Noktah Merah Perkawinan, Film Drama Rumah Tangga yang Pelik

noktah-merah-perkawinan

Noktah Merah Perkawinan merupakan judul dari sinetron yang melegenda di tahun 90an, dan mungkin saking legend-nya, oleh Sabrina Rochelle Kalangie, drama ini diangkat menjadi sebuah film yang ternyata menjadi trending nomor 1 di Netflix. 

Film ini diproduksi oleh Rapi Film, dan telah tayang di bioskop sejak 15 September 2022 lalu, namun saya baru saja ngeh loh, kalau ternyata film ini bagus banget, bahkan bikin air mata saya tumpah seember *tsah, saking baper dan merasa related banget nget ama ceritanya.

Si Rey emang semacam cari-cari masalah sih ya, pas lagi galau, pas juga liat film yang jalan ceritanya miriiiipppppp banget dengan kisah pribadi.

Dan sejujurnya, saya nonton film ini, gegara saya liat potongan film ini di TikTok, di mana ada adegan ending yang bikin air mata tumpah banget, dan believe or not, si Rey juga baru sajaaaa mengalami hal serupa, yang adegannya miriiiippp banget dengan itu, hahaha.

Ya udah deh, saya ceritakan dulu sinopsis film Noktah Merah Perkawinan ini, biar nggak penasaran.


Sinopsis Lengkap Film Noktah Merah Perkawinan

Seperti biasa, sebelum mulai, saya tidak bosan kasih warning keras! sinopsis ini bukan cuman menghadirkan spoiler, tapi jalan cerita seutuhnya, wakakakkaka.

Yang suka kejutan, mending skip aja sinopsisnya, langsung scroll ke reviewnya aja di sub tema kedua artikel ini.

Film Noktah Merah Perkawinan dimulai dari adegan Yulinar atau Yuli yang diperankan oleh si artis berbakat, Sheila Dara, yang terlihat gelisah menanti seseorang.

Tak lama kemudian, datanglah orang yang ditunggu, ternyata dia adalah seseorang yang dipanggilnya tante Kartika, diperankan oleh Ayu Azhari, yang juga merupakan seorang konselor sebuah konseling pernikahan ternama di Jakarta.

Baca juga : Pengalaman Konseling dengan Psikolog di Unair dan Biayanya

Tantenya baru saja pulang dari luar negeri dan meminta bertemu karena pengen kasih oleh-oleh, dan karena sekalian udah ketemu, Yuli terpikirkan untuk curhat tentang masalah hatinya, ke tante Kartika tersebut.

Dan begitulah, ceritapun dimulai, di mana Yuli menceritakan tentang kegalauan hatinya, karena jatuh cinta pada lelaki yang salah, yaitu Gilang Priambodo (Oka Antara), yang merupakan suami orang, Ambarwati (Marsha Timothi).


Kehidupan Rumah Tangga Gilang dan Ambar yang Menyimpan Bara dalam Diam

Gilang dan Ambar merupakan sepasang suami istri yang dikaruniai sepasang anak, Bagas (Jaden Ocean) dan Ayu (Alleyra Fakhira). Kehidupan mereka sempurna, Gilang bekerja sebagai arsitek dan pembuat taman, sementara Ambar bekerja sebagai guru yang mengajar di kelas lokakarya keramik, miliknya.

noktah-merah-perkawinan

Sayangnya, kehidupan 'sempurna' mereka, tak lagi sempurna, setelah keduanya terlibat pertengkaran hebat, dikarenakan adanya campur tangan dari pihak orang tua Ambar maupun Gilang.

Ambar mempunyai kakak yang menikah dengan WNA dan tinggal di Eropa, sayangnya mereka bercerai dan anak-anak menjadi tanggung jawab kakak Ambar, yang melanjutkan hidup di Eropa dengan pekerjaan yang tidak tetap.

Karenanya, ibu Ambar selalu kepikiran dengan anaknya, dan sering meminta bantuan uang kepada Gilang tanpa sepengetahuan Ambar.

Gilang yang tidak kuasa menolak, akhirnya memberikan bantuan keuangan ke ibu mertuanya tersebut, sampai-sampai ketika keuangannya belum membaik, Gilang rela meminta bantuan ke ibu kandungnya, tentu saja tanpa sepengetahuan Ambar.

Baca juga : Jangan Anggap Ibu Mertua seperti Ibu Sendiri, Ini Alasannya!

Suatu saat, ibu Gilang keceplosan membahas tentang pemberian uang oleh Gilang tersebut, dan hal itu membuat Ambar marah besar.

Dia kecewa, karena merasa tidak dilibatkan dalam keputusan serta masalah besar seperti itu, sementara Gilang yang merasa kalau tidak tega menolak permintaan ibu mertuanya yang telah menjanda, bersikukuh kalau semua itu demi melindungi Ambar agar tak perlu kepikiran dan marah ke ibunya.

Hal itu menjadi perdebatan panjang buat keduanya, dan selalu berakhir dengan Gilang yang memilih diam, atau selalu kabur ketika Ambar mengajaknya berkomunikasi.

Hal itu, ternyata menjadi pemicu dari setiap masalah-masalah sepele yang terjadi di keluarga mereka. Seperti ketika siang itu, ibu Ambar kembali menelpon Gilang untuk meminta bantuan uang lagi, dengan berdalih kalau dia kangen cucu-cucunya, Ayu dan Bagas, serta meminta Gilang datang karena ada tanaman bunga merambat di tamannya yang jatuh.

Gilang sampai lebih dulu di rumah mertuanya tersebut, dan benar saja, ibu Ambar meminta bantuan uang lagi.

Tak lama kemudian, ada mobil yang datang membawa Ayu dan Bagas ke rumah neneknya, namun bukan Ambar yang menemani anak-anaknya, tapi Yuli yang diminta tolong mengantarkan anak-anak ke rumah neneknya, tentu saja dengan beberapa pesan penting yang harus disampaikan kepada Gilang.

Di situlah, Yuli bertemu dan berkenalan dengan Gilang, sampai akhirnya Yuli menawarkan proyek pembuatan taman di kafe milik Kemal (Roy Sungkono), pacarnya.

Sebelum pamit, Yuli juga menyampaikan pesan Ambar, tentang anak-anak yang harus mandi, lalu harus mengoleskan salep di punggung Bagas, karena dia punya penyakit kulit yang sering kambuh di bagian punggung.

Ternyata Gilang lupa dong ngolesin salepnya, berakibat fatal yaitu kulit Bagas jadi ruam parah, yang mengakibatkan Ambar kesal dan menganggap Gilang tidak serius menganggap penyakit anak mereka adalah hal penting.

Wait... saya kenal banget loh, orang yang suka berpikiran kek Ambar ini, yang hal kecil dibikin gede, siapa ya? eh iya... itu kan si REY! wakakakakak.

Btw, meski kehidupan rumah tangganya penuh dengan problem tak terselesaikan dan berkepanjangan, Ambar beruntung masih bisa punya teman bicara dengan sahabat baiknya, Dina (Nazira C. Noer).

Oleh Dina, Ambar diminta untuk mempertimbangkan jasa konselor pernikahan yang ternyata adalah tante Yuli, tante Kartika.

Ambar lalu mengajak Gilang untuk menemui konseling pernikahan, Gilang yang awalnya menolak, akhirnya datang juga, sayangnya baru mulai saja, Gilang malah memutuskan untuk meninggalkan ruangan konseling, just like seperti biasa, kalau diajak ngomong serius, si Gilang pasti kabur.

Ambar tidak menyerah, dia tetap mengunjungi Konselor tersebut, dan curhat tentang masalahnya, yaitu dia merasa tidak pernah dilibatkan secara langsung selama dalam pernikahan, dan dia merasa depresi karena Gilang tak pernah bisa diajak berkomunikasi serius, dia selalu diam atau kabur di tengah pembicaraan.

Ambar merasa lelah menjadi sosok yang terlihat selalu menuntut dalam hubungan mereka, dan bikin dia jadi benci akan dirinya sendiri.


Hubungan Yuli dan Kekasihnya serta Jatuh Cinta ke Gilang

Di tengah kemelut rumah tangga Gilang dan Ambar, muncullah Yuli. Seorang gadis berhati polos yang sedang mencari jati diri dan passionnya, karenanya selepas kelulusannya dia melakukan banyak hal hingga akhirnya menemukan kelas lokakarya keramik milik Ambar dan langsung merasa cocok dengan itu.

Baca juga : Hobi dan Passion, Ternyata Beda Loh!

Yuli juga mempunyai seorang kekasih bernama Kemal yang selalu ketus dan bertindak tidak peduli akan perasaan Yuli. Sikap Kemal yang terbilang tidak menghargai kekasihnya ini, sering bikin Gilang merasa kasihan padanya, dan melakukan beberapa hal agar Yuli tidak sedih.

Misal, mengobrol tentang hal-hal yang receh namun kocak, membuat keduanya, baik Gilang maupun Yuli, merasa sejenak bisa melupakan masalah yang mereka pikul.

noktah-merah-perkawinan

Namun, ternyata hal itu malah semakin menumbuhkan rasa cinta di hati Yuli, terlebih dengan kesempatan mereka harus sering ketemu demi menyelesaikan proyek taman di kafe milik Kemal, yang oleh Kemal terus dipaksa untuk dikebut penyelesaiannya.

Kemal juga sudah merasa, kalau Yuli menaruh hati pada Gilang, bahkan sempat mengingatkan Yuli agar berhati-hati, karena Gilang sudah punya istri.

Pada akhirnya Yuli dan Kemal memutuskan untuk berpisah, setelah 5 tahun hubungan mereka berjalan.


Rumah Tangga Ambar dan Gilang yang Semakin Memanas Hingga Sampai ke Pengadilan 

Kehadiran Yuli, bisa dibilang semakin menambah masalah di antara Ambar dan Gilang, tapi juga bikin masalah jadi lebih cepat terselesaikan (meskipun dengan ekstrim ya).

Sebenarnya kehadiran Yuli pun sama sekali bukan sesuatu yang dipaksakan, Yuli hadir tanpa sengaja, dikarenakan beberapa faktor, misal karena dia menyukai anak-anak, jadinya Ayu, anak kedua Ambar dan Gilang jadi dekat dengannya.

Ayu selalu mengundang Yuli hadir di waktu-waktu penting keluarga mereka, misal ketika Ayu bertanding sepak bola, dia juga mengundang Yuli hadir untuk menontonnya, meskipun sudah ada mama, papa dan tante Dina, teman mamanya.

Yuli tak bisa menolak, dan akhirnya hadir juga di lapangan tersebut, dan ternyata kehadirannya malah menbuat hubungan Ambar dan Gilang makin parah dikarenakan insiden-insiden kecil yang memang bikin awkward

Misal, ketika itu Ambar dan Dina sudah tiba duluan di lapangan untuk menonton Ayu, mereka duduk berdampingan, selang beberapa saat, Yuli juga datang, dan duduk di samping Ambar.

Posisi Ambar diapit Dina dan Yuli, dan beberapa saat kemudian, datang Gilang, yang mau nggak mau harus duduk di samping Yuli. Yuli segera sadar dan berniat untuk pindah tempat duduk, tapi ditahan oleh Gilang.

Sementara itu, Ambar mulai merasa sedikit kesal karenanya, ditambah pula Dina, sahabatnya yang seolah ikut meng'kompori' hatinya untuk jadi lebih 'panas'.

Keadaan lebih diperparah ketika Ayu selesai tanding, mereka duduk di sebuah meja untuk menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan, sayangnya pesanan Yuli, es jeruk sudah habis. Yuli lalu meminta diganti air putih saja, tapi Ayu menawari Yuli untuk minum es jeruknya saja, berdua dalam 1 gelas.

Yuli bingung, dia nggak enak sama Ambar, tapi Ayu memaksa, ditambah Gilang menyuruhnya, akhirnya Yuli mengikuti keinginan Ayu, dan tentu saja hal itu bikin hati Ambar sakit, dan segera berlalu dari situ, dengan alasan ke toilet.

noktah-merah-perkawinan

Dina lalu menyusulnya, dan di toilet Ambar melampiaskan kekesalannya dengan menangis, dan mulailah kegundahan hatinya bertambah.

Jika sebelumnya, dia kesal karena Gilang tidak pernah mau dan bisa diajak berkomunikasi serius. Kali ini bertambah, dengan kecurigaannya akan hubungan Gilang dengan Yuli.

Masalah ini akhirnya pecah berantakan, ketika paginya ibu Ambar datang ke rumah mereka, dan menasihati Gilang, untuk lebih bijak dalam berhubungan dengan Yuli.

Gilang kaget, dan mulai merasa, kalau orang-orang menganggap dia ada hubungan spesial dengan Yuli, hal itu diungkapkan kepada Ambar, dan tentu saja malah membuat Ambar semakin kesal.

Ambar merasa, kalau selama ini Gilang selalu diam akan masalah mereka, padahal Ambar selalu mengatakan kalau hatinya sakit dengan kondisi rumah tangga mereka.

Tapi, ketika melihat penilaian orang yang salah, dan melibatkan Yuli, Gilang tiba-tiba punya inisiatif mengajak komunikasi. Makin sakitlah hati Ambar dan karenanya pecah pertengkaran besar di antara mereka, yang berakibat Gilang pergi dan menginap di kantornya selama berhari-hari.

Baca juga : Menyikapi Suami yang Terlalu Sibuk

Suatu malam, Gilang menghadiri acara peresmian kafe milik Kemal, dia diundang dan di situ, dia kembali bertemu dengan Yuli, dan akhirnya tahu, kalau Yuli dan Kemal sudah putus.

Ketika pulang, Gilang menawarkan untuk mengantar Yuli pulang, namun karena kos Yuli kejauhan, Yuli meminta untuk diturunkan di kantor Gilang, setelahnya dia akan pulang naik ojek atau taksi.

Ketika sedang menunggu taksi yang diordernya, Gilang menawarkan untuk tunggu dari dalam kantornya saja.

Sayangnya, baru saja Gilang membuka pitu kantor dan mempersilahkan Yuli masuk, tiba-tiba mobil Ambar datang, dan melihat kejadian itu, yang membuat Ambar salah paham dan kecewa, lalu meminta cerai.

Gilang hancur karenanya, dia sangat mencintai Ambar dan anak-anak, dan tidak siap kehilangan mereka, Yuli yang melihat hal itu, seketika hatinya hancur dan sakit. Dia sadar, kalau ternyata memang tak pernah ada tempat istimewa untuknya di hati Gilang.

Baca juga : Cinta dalam Diam, Pengalaman Hidup yang Sakit Tapi Konyol

Hati Gilang selalu penuh dengan anak-anak dan istrinya, Ambar. Dan akhirnya Yuli sadar, kalau perasaannya adalah salah dan bertepuk sebelah tangan.

Gilang tidak menyerah begitu saja, mencoba membujuk Ambar untuk mengurungkan niatnya dalam menggugat cerai, tapi sayang Ambar sudah bulat pada keputusannya untuk bercerai, meski dia tahu hatinya, maupun hati anak-anak terluka oleh niat bercerai itu.


Ending yang Bikin Air Mata Tumpah Berember-ember    

Jangan khawatir, ending film ini membahagiakan kok, hehehe. Tapi sukses bikin penonton harus menumpahkan banyak air mata. Saya pernah liat salah satu postingan di IG Marsha Timothi ketika merekam banyak penonton di bioskop yang matanya memerah setelah nonton film Noktah Merah Perkawinan ini, memang ternyata bikin baper banget.

Pada akhirnya, Ambar menghadiri putusan final gugatan cerai yang diajukannya itu, ketika itu masa mediasi telah gagal dilakukan, sehingga hamik terpaksa akan memutuskan untuk menyetujui perceraian mereka.

Namun, sebelum hakim membacakan kesimpulan akhir, Gilang yang sudah ada di ruangan itu, melihat Ambar yang baru masuk ruangan, meminta waktu sebentar ke hakim untuk berbicara ke istrinya.

Hakim menyetujui, dan akhirnya Gilang dan Ambar kembali bertemu.

Dengan berlinang air mata, Gilang akhirnya bisa mengeluarkan semua perasaannya ke Ambar, di mana dia akhirnya mengakui, kalau selama ini dia bingung mengartikan kebahagiaannya.

Gilang merasa kebahagiaannya tidak bisa diterima oleh keluarganya, terutama istrinya. Namun akhirnya menyadari, mengapa hal itu terjadi, karena memang dia tidak pernah melibatkan anak istrinya dalam semua pencapaian dan kebahagiaannya.

Gilang juga mengakui, kalau anak dan istrinyalah yang menjadi sumber kebahagiaannya, karenanya dia berharap masih bisa menghabiskan seluruh hidupnya bersama anak dan istrinya, sesulit apapun itu.

Ambar terharu mendengarnya, dan langsung minta maaf.

Baca juga : Suami selalu Salah

BACA YA, KHUSUSNYA PARA BAPAK-BAPAK YANG NGGAK TAHU CARANYA BERKOMUNIKASI!

ISTRI TERHARU DAN MEMINTA MAAF!

IYAAA, ISTRI MINTA MAAF!

Jadi kata siapa istri tak pernah merasa bersalah dan mengakui kesalahannya? 


Review Film Noktah Merah Perkawinan

Profil:

Sutradara : Sabrina Rochelle Kalangie
Writer : Titien Wattimena, Sabrina Rochelle Kalangie
Produser : Gope T. Samtani
Sinematografer: Mawan Kelana
Release Date: 15 September 2022
Runtime : 119 minutes
Genre :  Drama
Production company : Rapi Films
Distributor: Netflix
Language: Bahasa Indonesia
Country: Indonesia

Pemain:

Marsha Timothy sebagai Ambarwati
Oka Antara sebagai Gilang Priambodo
Sheila Dara Aisha sebagai Yulinar
Jaden Ocean sebagai Bagas
Alleyra Fakhira sebagai Ayu
Nazira C. Noer sebagai Dina
Ayu Azhari sebagai Kartika
Ratna Riantiarno sebagai Lastri Priambodo
Nungki Kusumastuti sebagai Marissa Sugondo
Roy Sungkono sebagai Kemal
Nusa Kalimasada sebagai Hadi
Mas Zamrud Lazuardi sebagai Pak Sodik
Laras Sardiputri sebagai Dea
Andi Bachtiar Yusuf sebagai Pak Iskandar
Yani Nurdiani sebagai Ibu Nin
Calvin Moniaga sebagai Abi
Zulkifli Ferry Nasution sebagai Ayah Kemal

Rating By Me : 4,9 of 5,0

noktah-merah-perkawinan

Well, mungkin penilaian saya agak kurang adil ya, karena saya lebih banyak menilai dari sisi related-nya dengan cerita pengalaman diri saya.

Film ini jadinya terasa nyata banget sih ya buat saya, karena yesss... saya adalah Ambar, versi ekonomi dan support sistem yang sangat kurang, jadinya lebih meledak-ledak emosinya.

Sementara, Gilang adalah papinya anak-anak, dalam versi beda pelarian, kalau Gilang suka lari atau kabur di tengah pembicaraan dengan menjadikan pekerjaan sebagai obat terbaik untuk melawan stres. Dan hatinya teguh terisi oleh cintanya akan istri dan anak-anaknya.

Kalau papinya anak-anak mungkin, tidak sehebat itu, dia malah menjadikan alasan ketidak nyamanan yang terjadi sebagai alasan tepat untuk curhat ke wanita lain, untungnya sih dia nggak punya modal duit, jadi belum menemukan wanita yang mau diajak hidup susah, hahaha.

Tapi mari kita coba singkirkan sejenak perasaan relate saya terhadap cerita film ini. Kita bahas reviewnya lebih mendalam, yang disesuaikan dengan kondisi umum.

Saya nggak pernah nonton semua cerita sinetron NMP ini, tapi sepertinya kisahnya memang diadaptasi dalam cerita yang sama secara umum, namun lebih diadaptasi ke dalam masalah yang sering terjadi di zaman sekarang.

Baca juga : Menikah adalah Seni untuk Mengalah

Karena itulah, kalau di cerita sinetronnya, Ambar dan Gilang akhirnya bercerai dan Gilang lalu menikah dengan Yuli, di filmnya tidak dibuat sedramatis itu.

Meski ada kata tidak sedramatis itu, bukan berarti Noktah Merah Perkawinan versi film ini lebih santai masalahnya ya.

Kalau saya pikir, penulisnya benar-benar keren mencari sudut masalah yang related sesuai zaman. Yup, cerita di film NMP ini amat sangat related dengan banyak kisah masalah rumah tangga zaman now, di mana komunikasi adalah masalah utama yang paling sering diabaikan pihak suami.

Ditambah dengan pemilihan aktris dan aktor yang memerankan karakter Ambar, Gilang dan Yuli itu pas banget, baik sikap dipengaruhi oleh akting masing-masing, maupun gestur tubuh.

Ambar yang tegas, keras kepala, nggak mau ngalah, ini terlihat dari bagaimana sikapnya dalam mendidik anak-anaknya secara tegas, nggak pakai alasan apapun, bahkan di depan mertuanya pun, Ambar tidak gentar menerapkan aturan parentingnya.

Gilang, lelaki manis yang wajahnya juga mencerminkan karakter lelaki family-man, tapi pendiam, cenderung diam untuk menghindari konflik.

Ditambah akting luar biasanya, khususnya di adegan ending, ketika mereka berbaikan di pengadilan, adegan nangisnya, meski masih ada yang kurang, yaitu matanya nggak merah (setau saya semua orang nangis kan, matanya merah ya, hahaha), tapi luar biasa mengaduk perasaan penonton.

Lalu, akting Oka Antara ketika mereka berantem, dan sebagai Gilang dia merasa kesal sama Ambar, tapi nggak berani nampar Ambar, yang ada dia malah ikut menampar dirinya sendiri.

Kalau akting Marha Timothy mah, nggak usah ditanya ya, udah terbukti banget dalam berbagai film ya, meski buat saya, tetep Dina Olivia di hati *eh, hahaha.

Dan jangan lupa, akting Yulinar si Sheila Dara, si aktris manis yang konon kepribadiannya introvert sejati ini, benar-benar keren ya. Dia benar-benar 'masuk' ke peran sebagai gadis berhati tulus, yang sederhana, dan jatuh cinta ke lelaki yang salah.

Seirama juga dengan penampilannya, ditunjang juga dengan gestur tubuhnya yang amat sangat menggambarkan wanita sesuai karakter Yulinar.

Dan secara sinematografinya juga benar-benar mengeksplor kisahnya sebagai daya tarik luar biasa dari film ini, percakapan-percakapan yang meski gaya bahasanya kekinian, tapi seolah menghadirkan quotes-quotes manis yang melekat di ingatan penonton.

Over all, suka banget sih sama semua konsep film ini.

Dan oh yes, hampir lupa, secara keseluruhan, film ini sebenarnya bercerita tentang sudut pandang orang ketiga, yaitu si Yulinar, cuman dalam versi 'pelakor' yang berhati bijak dan tulus kali ya (moon maap jadi merepresentatifkan wanita yang salah jatuh cinta sebagai 'pelakor', hahaha). 

noktah-merah-perkawinan


Makna dan Pesan Film Noktah Merah Perkawinan

Seperti biasa, tidak lengkap rasanya membahas tentang sinopsis dan review sebuah film, tanpa mengambil makna dan pesan yang seharusnya dibagikan kepada dunia, yaitu:


1. Cintailah pasanganmu sesuai kebutuhannya

Tahu nggak sih, hampir tidak ada orang yang bercerai, karena merasa sudah tidak cinta lagi sama pasangannya, setidaknya kebanyakan terjadi di masa sekarang ya.

Rata-rata, orang bercerai, justru karena patah hati, merasa cintanya tidak dihargai oleh pasangannya.

Baca juga : Sikap Mertua yang jadi Masalah Rumah Tangga

Benar atau bener?

"Aku tuh udah melakukan banyak hal untuk kamu, yang ada di pikiran aku tuh cuman bagaimana agar kamu dan anak-anak bahagia!"

Itu kalimat banyaaaaakkkk suami yang sering terdengar, iya nggak? 

"Aku udah korbankan semua hal demi kamu, demi kebahagiaan keluarga ini, aku rela jadi begini, mengubur semua impianku demi kamu, demi keluarga kita, karena aku cinta kamu, karena aku ingin kamu bahagia!"

Itu biasanya kata-kata istri kan, iya nggak? hahaha. 

Sama kayak Gilang dan Ambar, yang cintanya tak bisa direnggut oleh apapun, termasuk dengan kepolosan Yulinar pun tak mampu membuat hati Gilang menyediakan sisi kosong sedikit untuknya, Gilang dan Ambar sama-sama saling mencinta, dan sama-sama berjuang untuk kebahagiaan pasangannya.

Sayangnya! cinta mereka salah! atau lebih tepatnya, tidak tepat guna, tidak tepat sasaran, alias bukan yang dibutuhkan oleh pasangan masing-masing.

Gilang berpikir, dengan dia menjadikan dirinya sebagai tulang punggung, pasang badan kepada semua masalah yang bikin Ambar jadi kepikiran, adalah bentuk cintanya kepada Ambar, lah ternyata Ambar nggak butuh itu, Ambar justru memaknai cinta, sebagai cara bersama menghadapi tantangan dalam pernikahan, dilibatkan selalu dalam apapun yang terjadi pada hidup Gilang, adalah sebuah hal istimewa yang dia butuhkan.

Jadi gitu, kalau mencintai pasangan tujuannya adalah membahagiakan, maka jangan cintai pasangan sesuai caramu, tapi cari tahu atau tanyakan, apa kebutuhan pasanganmu. Begituh!


2. Tak ada pasangan yang bisa ikut merayakan kebahagiaan kita, jika dia tidak pernah dilibatkan sejak awal

Gilang mengeluh, dan oh yaaa... bukan cuman Gilang sih, tapi banyak banget para suami yang merasa, istrinya tak bisa mengerti, apalagi mendukung kebahagiaannya.

Misal, dia milih cara A karena itu impiannya, tapi istrinya merasa itu tidak benar, meskipun akhirnya istrinya mengalah dan setuju, kenyataannya istrinya terlihat dan bersikap seperti tidak benar-benar bahagia untuknya.

Jangan marah dan kesal dulu para suamik!

Pegimana istri kalian bisa ikut merayakan kebahagiaan dan impian kalian, kalau sejak awal kalian tidak pernah mengajak atau membiarkan istrimu masuk ke dalam semua rencana kalian?

Lah, kalian itu udah menikah loh, udah nggak ada lagi impian diri sendiri. Impian suami adalah impian keluarga, melibatkan istri dan anak, demikian sebaliknya.

Coba kalian kalian pikirkan, menurut kalian, apakah sosok wanita hebat di Indonesia misalnya, ibu Sri Mulyani merasa hidupnya sudah hebat dan luar biasa, dengan semua pencapaiannya, kalau anak dan suaminya merasa tidak bahagia dengan itu?

Suami dan anak ibu Sri Mulyani harus mendukung dan support penuh, itulah kebahagiaan utama sebuah keluarga, dan suami serta anaknya nggak akan pernah ikut merasakan kebahagiaan ibu Sri mulyani, kalau mereka nggak pernah diajak, masuk dan ikut serta melihat perjuangan si ibu, ye kan?

Sama kayak perjuangan suami, akan sulit dipahami istri dan anak-anak, kalau mereka nggak pernah dilibatkan.

  

3. Belajarlah komunikasi asertif

Ini kayaknya lebih banyak ditujukan kepada para wanita atau istri ya, karena kebanyakan istri itu, kalau ngomong, tujuannya A, yang keluar dari mulutnya B, C , D bahkan sampai Z.

Nggak jarang, yang A malah lupa diungkapkan, wakakakakak.

Maksudnya gini, kita para wanita itu, selalu sulit untuk ngomong terus terang akan perasaan kita, tapi gitu ya, kita selalu maksa pasangan mengerti kita.

Pegimana caranya beibeh, emang laki adalah dukun? yang bisa tahu isi hati kita iya nggak?

Parahnya lagi, udah lah berbelit-belit, fokusnya ke diri pasangan pula, bahkan terkesan menghakimi pasangan.

Misal, istrinya sedih karena merasa suami tidak menghargai perasaannya yang terluka karena setiap diajak ngobrol, malah kabur.

Harusnya kan ngomongnya gini ya:

"Aku tuh sedih, karena merasa isi hatiku kayak nggak penting, sehingga kalau kita ngobrol, belum juga bisa mengeluarkan uneg-uneg, udah ditinggal!"

Yang keluar biasanya gini:

"Kamu tuh nggak pernah bisa mengerti perasaanku! kamu selalu kabur setiap diajak ngobrol masalah serius! Kamu malah selalu lebih mementingkan perasaan perempuan lain!"     

Iya nggak? iya in aja deh, hahahaha.

Intinya itu, kalau ngomong, apalagi ke para suami, cobalah fokus ke diri sendiri, ke perasaan sendiri, ditandai dengan kata 'aku atau saya', kurangi penggunaan kata 'kamu', apalagi kalau ditambah dengan 'selalu', 'nggak pernah'.

Saya udah sering melihat, betapa reaksi lelaki akan sangat kesal mendengar kata-kata yang kesannya menghakimi dan memojokan itu.

(TAPI TENANG AJAH! AKOH JUGA MASIH KESULITAN PRAKTIKNYA, BIAR KATA TEORI UDAH NGERTI WAKAKAKAKAKA!)

  

4. Pertimbangkan curhat ke konseling pernikahan untuk mengurai masalah pernikahan

Jangan memendam masalah diam-diaman terlalu lama, karena akan menambah asumsi yang negatif, dan lama-lama juga jadi terbiasa dengan kondisi tidak sehat itu.

Jadi, sebaiknya carilah jalan keluar yang nyata, misal memutuskan konseling ke konselor pernikahan, etapi kalau ada duitnya sih, karena untuk konseling itu, nggak bisa sekali dua kali, dan sekali datang juga rate-nya uwow, hahahaha.


5. Konseling pernikahan bukan hakim yang bisa memutuskan ending masalah pernikahan

Yang perlu dipahami, sebelum memilih curhat ke konselor pernikahan, adalah, bahwa konselor itu bukan hakim yang memutuskan akhir masalah kita.

Mereka hanya bisa mengarahkan, agar yang punya masalah ini, tau apa yang dia butuhkan, sehingga ketika memutuskan akhir masalahnya, tidak semata karena emosi.


6. Jadilah 'pelakor' yang punya harga diri

Ini sih si Rey agak laen emang yak! mana ada pelakor yang punya harga diri, iya nggak sih? (kalau para istri sah pasti akan teriak, IYAAAAAA! wakakakaka).

Tapi istilah 'pelakor' ini, saya sematkan kepada wanita yang salah jatuh cinta, sehingga merepotkan dirinya sendiri, termasuk keluarga lelaki yang dia sukai itu.

Tapi, manalah bisa rasa kita cegah kan ye! apalagi di zaman modern sekarang, di mana pertemuan rekan kerja lelaki wanita itu udah biasa, sehingga sulit menghindari munculnya bibit-bibit cinta bersemi di hati.

Tapi, meski demikian, jadilah wanita yang lebih bijak dan punya harga diri, jangan merebut milik orang, kalaupun dia jodoh kita, biarkan semesta yang bekerja, tugas kita adalah menjauhinya sejauh mungkin. 


Penutup

Atuh mah, pake penutup segala, padahal ini udah 3000 kata dong, hahahaha.

Intinya mah gitu, film ini rekomended banget nget, terutama buat yang sedang punya masalah komunikasi dengan suami, kalau perlu, ajak suaminya nonton bareng.

Dan oh ya, asyiknya film ini juga ya, ini film keluarga yang keren banget, nggak ada adegan mesra cipokan di dalamnya, ih keren banget sih sutradaranya, dia benar-benar menghadirkan film dengan cerita yang berkelas, yang melibatkan hati, bukan semata cinta dalam sentuhan. 


Sidoarjo, 22 Januari 2023

Sumber: Film Noktah Merah Perkawinan dan opini pribadi
Gambar: Berbagai sumber


Demikianlah sinopsis dan review film Noktah Merah Perkawinan, sebuah film drama Indonesia yang bukan tentang perselingkuhan, namun masalah rumah tangga yang pelik.

1 komentar :

  1. Makasih banyak mba rey. Aku kek udah nonton lgsg habis baca 3000 kata di postblog ini. Asa merasa tertampar karena aku pun masih suka ngmgn ‘ selalu, ga pernah sama sekali, dan blm menerapkan bgt itu komunikasi asertif. Heuheu

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)