Anak Perempuan Untuk Mengurus Ibunya Ketika Tua dan Sakit

anak-perempuan-untuk-mengurus-ibunya

Anak perempuan katanya penting dipunyai, karena untuk mengurus ibunya ketika tua dan sakit.

"Mbak Rey, anaknya berapa?"

"Alhamdulillah dua"

 

"Cewek cowok?"

"Cowok keduanya, Alhamdulillah!"

"Hah cowok aja? tambah satu lagi, biar dapat perempuan, untuk ngurus kamu pas tua nanti!"

Tidak sekali dua kali saya mendapatkan pertanyaan serta ide seperti di atas, baik yang bersifat basa basi, sampai yang bersifat serius yang biasanya dilakukan oleh orang-orang tua.

Saya nggak ngerti, apakah para orang tua yang nyuruh saya punya anak lagi dan harus cewek atau perempuan itu, menyadari bahwa anak perempuannya, ikhlas mengurusnya ketika udah tua, sampai-sampai dia bertestimoni, sampai terkesan menyuruh gitu, hehehe.

Dan yang paling saya ingin katakan adalah, apakah mereka-mereka yang selalu ribet dengan kondisi saya punya 2 anak, laki keduanya, akan mengambil alih tugas mengasuh dan mengurus anak-anak saya sedetail mungkin, ketika saya akhirnya hamil lagi demi anak perempuan, terus mabok lagi berbulan-bulan kek hamil anak kedua dulunya.

Baca juga : Akhirnya Hamil Lagi

Terus ketika saya mau melahirkan, itu yang nyuruh saya hamil lagi, udah siapin dana minimal 50 juta buat biaya melahirkan, ye kan jaga-jaga karena saya udah nggak muda lagi, ditambah harus sesar, jadi ya gitu deh.

Terus, dan yah, apakah itu yang nyuruh saya hamil lagi, sudah menyiapkan nanny buat jagain anak bayi saya, lalu uang pendidikannya yang sungguh nggak sedikit ye.

Pokoknya, apakah dia atau mereka, udah siap menyediakan dan ini itu buat biayan menghidupi satu anak saya? wakakakaka.

 

Apakah Tidak Punya Anak Perempuan, Tidak Ada yang Urus Ketika Tua Nanti?

Saya nggak tahu sih ya, soalnya saya belum tua, Alhamdulillah belum butuh bantuan siapapun, hehehe. Tapi saya berpikir juga nih, orang-orang yang akhirnya kemakan omongan orang, tentang punya anak perempuan biar nanti ketika tua ada yang ngurus, akhirnya mencoba hamil lagi dan lagi, sampai akhirnya berkali-kali hamil, anaknya laki semua, hahaha.

Apakah ketika tua, si ibu nelangsa karena nggak ada anak perempuan yang bisa mengurusnya?

Sementara, anak mama saya dua loh, perempuan pula keduanya. Tapi sekarang mama saya tinggal sendirian di rumahnya yang sudah tua itu.

Saya, sebagai anak kedua yang mungkin kurang diharapkan bisa mengurus mama, ya memang nggak bisa mengurus mama, karena jauh banget dong ya.

Saya di Jawa, mama di Sulawesi.

Etapi, kan mama masih punya satu anak perempuan, dan jangan lupa juga, mama punya satu-satunya cucu perempuan dari kakak saya.

Baca Juga : Tasyi Tasya adalah Jouke Rey dalam Sibling Rivalry

Rumah mama dan rumah kakak sih nggak dekat-dekat amat, terpisah sekitar 70 KM. Tapi masih bisa lah yah ditempuh setiap minggunya, ketimbang saya yang terpisah jarak ribuan bahkan puluhan hingga ratusan ribu KM.

Jadi nggak ada masalah kan ye sebenarnya?

Kenyataannya? enggak!

Mama saya tetap sendirian di rumahnya, kalau sakit mama ngenes pulak, nggak ada yang bisa ngurusin atau menjaga 24 jam.

Memang sih, ada tetangga atau beberapa perawat mantan anak buah mama saya, ketika dulu masih kerja, tapi you know lah ya semua orang punya urusannya masing-masing.

Terus, kakak saya mana? dia kan anak perempuan yang memungkinkan menemani mama, kenyatannya nggak bisa dijagain atau ditungguin setiap hari, karena kakak saya juga harus kerja, anak kebanggaan mama dan bapak memang kakak saya, dan itu dibayar pakai kerja di luar kan ye.

Harusnya sih, mama saya ngalah, datang ke rumah kakak saya aja, tinggal di sana, biar bisa diliatin kakak saya, atau cucu-cucunya.

Tapi kenyataannya, mama nggak bisa tahan tinggal lama dengan kakak saya, karena we know lah setiap keluarga punya kebiasaan masing-masing, sesekali juga punya masalah suami istri, dan mama saya nggak suka liat pertengkaran anak-anaknya (padahal waktu kecil mama berantem mulu sama bapak, ya ya ya). 

Tapi, sudahlah membahas mama saya yang anaknya cuman dua, meski anaknya perempuan keduanya, tapi tetep aja nggak bisa diharapkan untuk mengurus dan menjaga mama ketika tua bahkan ketika sakit.

Tapi, mari kita lupakan mama saya, mari kita bahas ibu dengan anak perempuan yang terbilang banyak.

Adalah eyang putrinya anak-anak, yang punya 4 anak perempuan, dan 3 anak lelaki, semua anaknya tinggal sekota dengannya. Dan seperti sudah ditakdirkan begitu, jadinya si eyang putri itu bolak balik drop dan sakit.

Berkali-kali si eyang akhirnya hanya terkapar di tempat tidur, berkali-kali juga terkapar di kamar rawat inap rumah sakit.

Enak dong, si eyang ada banyak anak perempuannya yang bisa urusin.

Kata siapa?

Kenyataannya, anak-anak perempuannya harus memutar otak untuk gantian menjaga ibu mereka, mengapa? karena kesemua anak perempuannya, sudah menikah dan punya anak sendiri.

Dan nggak bisa hanya berharap di anak perempuan saja, karena mengurus lansia yang sakit itu nggak kayak urus bayi dong ya.

Akhirnya butuh anak laki juga buat mengurusnya. Lalu, kata siapa nggak punya anak perempuan nanti ketika tua nggak ada yang urus? Dan kata siapa kalau anaknya perempuan semua, bakalan enak masa tua seorang ibu? enggak ya!

Baca Juga : Saat Kita Lanjut Usia

Setahu saya, anak perempuan dan anak laki itu sama aja kok, tergantung bagaimana kita mengasuh, mendidik dan mendoakan anak-anak tersebut.

Nggak ada anak perempuan, dan anak laki juga kurang pandai merawat lansia? ya kan ada menantu perempuan, atau doakan anak sukses, jadi bisa sewa perawat buat merawat ibunya.

Atau, kalau saya sih berharap agar nanti jika diberi umur panjang, semoga saya selalu sehat, setidaknya meski sakit, tapi masih bisa melakukan segala sesuatunya secara mandiri, kayak bapak saya almarhum.

Subhanallah.... Bapak sampai meninggal, nggak pernah terlalu menyusahkan kami, entah bapak nggak mau merepotkan kami anak-anaknya yang perempuan keduanya kali ya.

Tapi, sampai 2 jam sebelum bapak meninggal pun, bapak menolak pakai popok, beliau maksain diri untuk buang air di toilet, nggak mau juga diurus anak-anaknya, cuman minta tolong mama saya.

 

Benarkah Anak Perempuan Harus Mengurus Ibunya Ketika Tua Nanti?

Tidak bisa dibenarkan 100% ya!

anak-perempuan-untuk-mengurus-ibunya

Emangnya anak perempuan nggak boleh nikah? nggak boleh punya keluarga sendiri? 

Ketika anak perempuan sudah menikah, dia udah jadi milik suami seutuhnya, baktinya adalah kepada suami, meskipun dapat suami baik, tapi kalau istri hanya fokus urus ibunya, sampai suaminya terbengkalai, kan jadi masalah juga.

Keadaan akan lebih sulit lagi ketika anak perempuan sudah punya anak, dan anaknya masih bayi dan balita ketika ibunya akhirnya butuh bantuannya.

Itu sulit banget dong ya.

Salah satu anak perempuan si eyangnya anak-anak, bahkan baru bisa menjenguk ibunya yang terkapar dengan berbagai alat bantu kehidupan di tubuhnya, baru bisa melihat langsung ibunya, setelah hampir 2 minggu terkapar.

Padahal rumahnya dengan rumah ibunya, hanya terpisah belasan KM saja loh.

Kok bisa?

Ya anaknya masih balita dan anak sekolah SD dong ya, ada 3 pulak anaknya, mengurus ketiga anaknya saja udah sukses bikin stres dan waktunya nggak cukup, boro-boro mau liat ibunya yang sakit?

Justru, menantu perempuan si eyang yang masih bisa hampir setiap hari datang bantuin bersihin, ganti popok dan sebagainya.

Jadi, kata siapaaaa tuh anak perempuan harus mengurus ibunya ketika ibunya tua dan sakit? Emangnya anak perempuan dilahirkan hanya untuk mengurus ibunya?

 

Jika Anak Perempuan Tidak Bisa Mengurus Ibunya Ketika Tua, Lalu Siapa?

Munkin bakalan muncul di benak kita, kalau anak perempuan nggak bisa mengurus ibunya ketika tua, terus siapa dong yang urus?

anak-perempuan-untuk-mengurus-ibunya

Ya Allah lah, hehehe.

Karenanya, memintalah hal-hal yang baik kepada Allah, daripada berniat punya anak perempuan buat urus ibunya ketika tua, mending niatkan punya anak perempuan shalihah, yang nantinya akan menjadi salah satu sumber penyelamat kita dari api neraka.

Masalah tua nanti, mintalah kepada Allah agar dimudahkan, insha Allah hidup kita juga mudah, entah nggak perlu ngerepotin anak, apalagi ketika anak memang nggak bisa setiap hari standby direpotkan kan ye. 

Baca Juga : Menyeimbangkan Bakti Kepada Keluarga dan Ortu

Atau dipertemukan kita dengan orang-orang baik, siapa aja yang bisa membantu kita di masa tua, jika memang kita butuh bantuan, nggak peduli itu anak kita atau bukan.

Anak menantu perempuan juga bisa kok, karenanya berdoalah agar diberikan menantu shalihah yang berhati lembut. Atau keluarga lainnya, keponakan atau mungkin anak asuh kita? atau tetangga kita?

Who knows kan ye? karenanya tetaplah berbuat baik, buat tabungan kita di saat susah, insha Allah kebaikan kita, akan balik lagi ke diri kita, di saat kita butuhkan, baik di dunia maupun nanti di akhirat.

 

Kesimpulan dan Penutup

Berharap anak bisa membantu orang tuanya di masa tua bukanlah sebuah kesalahan, bahkan hal itu merupakan jalan mudah bagi anak, untuk menimba pahala sebanyak-banyaknya dan mengurangi dosa yang mungkin anak punyai terhadap orang tuanya.

Tapi, kadang kehidupan memang tidak berjalan sesuai rencana kita, dan kadang anak-anak tidak selalu bisa diandalkan ketika kita tua dan mereka sudah punya keluarga masing-masing.

Apalagi jika hanya berharap diurusin oleh anak perempuan, sementara anak perempuan kita nantinya bakal menjadi ibu juga, bakalan disibukan oleh anak-anaknya, seperti kita dulu sibuk merawat dan mengasuh mereka ketika kecil.

So, daripada punya anak diniatkan buat ngurusin ibunya di masa tua, mending niatkan punya anak jadi shaliha dan shalih sehingga dapat membantu menghindarkan kita dari api neraka, dan masalah hari tua kita, serahkan untuk dimudahkan oleh Allah.


Sidoarjo, 28 Januari 2023

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Demikianlah artikel opini saya tentang anak perempuan yang katanya untuk mengurus ibunya ketika tua dan sakit nanti, semoga bermanfaat.

6 komentar :

  1. Masya Allah. Semoga yg nyuruh2 punya anak lagi, baca tulisan ini ya mbak. Gemes bgt bacanya, haha.
    Setuju mbak, klo punya anak (baik anak lelaki atau perempuan) baiknya diikhlaskan niatnya krn Allah, jgn ngarep imbalan spy nanti tua bakalan diurus atau yg lain. Soalnya jika ternyata kenyataan tdk ssuai harapan, kita gak terlalu kecewa. Toh mreka jg sdh pny tanggung jwb masing2 thp keluarganya.
    Setuju bgt sm statement mbak, baiknya kita harus minta Allah spy jaga kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya ini udah jadi kayak permasalahan unversal para ibu yang anaknya 1 jenis kelamin aja, laki semua atau perempuan semua.
      Terlebih kalau anaknya laki semua ya :D
      Sebenarnya saya juga udah nggak ngaruh disuruh gimana-gimana, tapi kadang gemes juga bikin tulisan yang mungkin bisa dipahami orang-orang yang tanpa sengaja suka komen ngasal :D

      Padahal masa tua kita nggak bisa berharap sepenuhnya ke anak :)

      Hapus
  2. Memang betul mbak, tidak jadi patokan anak perempuan akan merawat ibunya saat sepuh nanti, karena kalau sudah menikah tentunya anak perempuan harus lebih mengutamakan suaminya dibandingkan dengan kita, justru anak laki-lakilah yang bisa meminta istrinya untuk mendampingi kita disaat kita sepuh, karena meskipun menantu tapi statusnya tetep anak kita juga. tetep semangat mbak..

    BalasHapus
  3. Siapapun yang akan merawat kita dimasa tua, itu masih misteri. Kita tidak bisa memilih dan menentukan.

    Sepertinya, menabung amal baik kepada siapapun dimasa muda bisa menjadi penenang hati kita. Siapa tahu amalan baik itu akan menjadi perantara pertolongan Allah SWT untuk kita dimasa tua nanti. Sebuah masa dimana untuk mengingat pas login blog saja mungkin lupa - lupa ingat. :)

    BalasHapus
  4. Terus yg udah punya anak cewek cowok lgsg dijawab alhamdulillah lengkap crwek cowok yg punya anak cewek semua pun suruh punya anak cowok biar lengkap. Dahlan rumit emang dengerin obrolan orang mh.

    Dulu alm abahku malah sering bilang kalau bisa masa tua kita tuh nggak merepotkan siapapun, lancar dan tak repot saat meninggalkanya jg. org tua jg ga mau ngerepotin anaknya harusnya

    BalasHapus
  5. Si Kribo belum menikah, tetapi suatu waktu, Insya Allah dia akan punya keluarga. Untuk itu, saya pernah berkata padanya, "Nanti, kamu kalau sudah berkeluarga, nggak perlu khawatir sama mama dan bapak. Kita bisa urus diri sendiri kok!"

    Pede saya bilang begitu. Namun, semua itu saya katakan sejak awal agar ia tidak terbebani keharusan untuk mengurus bapak dan ibunya nanti. Saya ingin ia menikmati kebahagiaan bersama keluarganya.

    Bagaimana dengan saya dan si Yayang nanti? Entahlah, masa depan tidak bisa ditebak. Hanya saya berdoa, semoga saja, ketika tua nanti, saya masih mampu mengurus diri sendiri sampai selesainya tugas di dunia, jadi dengan begitu saya tidak merepotkan siapapun (meski pasti merepotkan juga karena ga mungkin memakamkan diri sendiri).

    Soal anak perempuan atau anak laki-laki, pola pikir masyarakat memang masih banyak yang kolot. Namun, belajar dari pengalaman ibu dan bapak saya, faktanya ketika anak laki-laki dan perempuan bisa bekerja sama, maka mereka bisa menjadi supporting system bagi bapak dan ibunya di kala mereka tua.

    Mau anak laki-laki atau perempuan, jika mereka menyadari posisi, tugas dan kewajibannya, maka keduanya sama mungkin menjadi supporting system bagi ayah dan ibunya. Tidak ada batasan.

    Bagaimana kalau tidak punya anak? Siapa yang akan mengurus nantinya? Dont worry, selama mereka bergaul dan bersosialisasi dengan baik, akan selalu saja ada orang yang berlapang hati dan waktu untuk membantu..

    So bener Rey, jangan terpaku sama omongan orang lain dalam menjalani kehidupan

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)