Dua Kali Berhenti Bisnis MLM, Ini Alasan Jujurnya!

berhenti bisnis mlm oriflame

Sharing By Rey - Bisnis MLM adalah sebuah bisnis yang sama sekali tidak pernah terlintas di pikiran saya untuk melakoninya.

Hal tersebut amat sangat bertolak belakang dengan karakter saya yang memang sulit percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal.

Saya ingat, belasan tahun lalu, saya pernah mendapatkan undangan dari teman saya di Sulawesi, yang mana dia meminta saya untuk menghadiri sebuah acara di Hotel Majapahit Surabaya.
Kalau nggak salah sekitar tahun 2003 atau 2004 kali ya? lupa saya.

Waktu saya tanya itu acara apa, teman saya menjawab katanya acara seminar, dan saya diharapkan hadir menggantikan dia yang nggak bisa hadir.


Karena nggak enak, saya akhirnya datang juga bersama si pacar.
Dan setelah sampai di sana, saya ternganga-nganga.

Acara apaan nih?
Masa acaranya penuh dengan orang-orang yang pamer punya rumah, punya mobil karena bisnis emas. Dan saya melihat semua orang yang pamer itu dengan lirikan sinis penuh makna.
"Sukses, punya rumah, punya mobil, liburan dan sebagainya, MANA BUKTINYA?"
Begitulah, saya hanya nyinyir dalam hati, lalu memakan snack gorengan dan minum air mineral, iya saya masih ingat banget, acaranya di hotel keren, tapi snack-nya ala kadarnya saja, hahaha.

Berikutnya kami diprospek.
Saya lupa apa nama bisnis yang belakangan saya ngeh kalau itu bisnis MLM, yang jelas mereka memakai emas sebagai objek yang dibisniskan.

Dan jelas saja mereka gagal memprospek kami.
Ya kali kami mahasiswa yang masih amat sangat pas-pasan, bisa bisnis emas dengan modal yang lumayan banyak.

Saya lupa, berapa modalnya, yang jelas sama sekali nggak terjangkau oleh kami, atau lebih tepatnya kami males bisnis-bisnisan gitu, lol.

Bertahun kemudian, saya akhirnya menikah dengan sang pacar, menjadi ibu lalu memutuskan jadi ibu rumah tangga.
Galaulah saya, karena banyak hal.
Yang paling bikin galau adalah, saya sedih lihat rekening saya kosong melompong, padahal biasanya terisi gaji yang lumayan, hiks.

Long story short, saya akhirnya kepincut dengan bisnis MLM Oriflame, hanya karena iklan melalui status facebook milik teman-teman memenuhi wall setiap hari.

Begitulah, saya akhirnya daftar dan menjalani bisnisnya dengan benar-benar.
Membaca semua teori bisnisnya, mengikuti semua seminar online yang diadakannya, mengikuti semua arahan upline.

Dan siapa sangka, saya akhirnya bisa juga merekrut, dan naik level meski mentok di level manajer.
Sampai akhirnya saya akhirnya berhenti dari bisnisnya dan kembali bekerja kantoran.

Setahun kerja kantoran, saya nggak betah.
Bukan nggak betah kerjanya, tapi nggak betah nangis-nangis meninggalkan si kakak yang sering sakit di daycare.

Hingga  akhirnya saya kembali menjalani bisnis MLM Oriflame, yang tentunya dengan jaringan lain dan memilih upline yang lebih terkenal.

Namun ternyata, sepertinya bisnis MLM sama sekali bukan jalan saya menuju sukses, karena sekuat apapun saya menjalaninya, sesulit apapun arahan upline saya ikuti semuanya.
Tetap saja saya sulit naik level.

Mentok cuman di level manajer yang bonusnya di bawah 1 juta, sementara modal yang saya keluarkan jutaan, hiks.

Justru saat saya istrahat mengurus bisnis karena hamil dengan hyperemesis, saya malah bisa naik level lagi meski tetap di manajer, tapi lebih tinggi dari sebelumnya.
Yang sukses bikin saya kena marah upline-upline karena mereka menganggap saya cuman mau makan bonus buta, alias nggak kerja tapi terima bonus.

kapok berbisnis mlm oriflame


I feel like HAH?
Makan bonus buta katanya?
Lalu hampir 2 tahun saya jualan untuk tutup poin hampir selalu 200BP dengan nilai sekitar 1,4 juta itu apa namanya?

Lalu, jaringan saya yang menggurita dan sukses bikin saya begadang melulu selama nyaris 2 tahun itu apa namanya?

Saya mulai deh merasa makin yakin, kalau memang saya tidak diciptakan untuk sukses di bisnis MLM, setidaknya untuk saat ini.


Alasan Dua Kali Berhenti Bisnis MLM


Meskipun 2 kali berhenti bisnis MLM Oriflame karena alasan yang berbeda, namun kenyataannya di dalam hati, hanya ada satu alasan, yaitu : saya merasa cara bisnis tersebut, tidak sesuai dengan kepribadian saya.


Bukan lebay atau gimana, entah mengapa, saya selalu merasa bersalah setiap kali tutup bulan yang mana di bisnis Oriflame tersebut, tiap akhir bulan ada yang namanya tutup poin dan perhitungan total poin yang kita dapatkan, yang tentunya berasal dari penjualan pribadi beserta penjualan team (bahasa halusnya) dan penjualan atau hasil keringat downline (bahasa kasar tapi jujurnya, lol)

Setiap kali saya naik level, lalu upline membuatkan foto yang dihias dan diupload sebagai recognisi, meskipun di sisi lain bangga dan berharap bisa menggaet prospek dengan foto tersebut.
Tapi di sisi lain, saya amat sangat nggak enak hati terhadap para downline.

Terutama downline yang sudah mengorbankan apa saja demi tupo, termasuk membeli produk yang tidak dia butuhkan demi tupo.
Duh, itu rasanya nggak enak banget.
Saya cuman bisa mengirimkan kata maaf kepada teman-teman, karena saya belum bisa membantu mereka naik level, dan saya naik level sendirian huhuhu.

MAKANYA KAMU NGGAK PERNAH BISA SUKSES, REY! POLA PIKIRMU SALAH!

Iya..
Itu pasti yang diucapkan para upline, tapi gimana dong, ini hati yang bicara, sulit dikendalikan.


Yup, saya akhirnya berhenti, karena berbagai alasan:

1. Merasa jaringan atau grup sudah tidak kondusif.


Yang namanya bisnis MLM tentu saja kita harus mau dan bisa membaur dan bekerja sama dengan berbagai macam karakter orang dan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda-beda.


Dan itu sungguh bikin sakit kepala!

Ada upline yang sukanya memerintah saja.
Upline yang suka nyindir baik di grup maupun di status facebooknya.

Meskipun mungkin sindiran itu bukan ditujukan ke saya, namun sebagai downline-nya, terlebih sudah bekerja dengan sebaik mungkin.

I mean, saya sudah mengorbankan waktu saya nyaris 24 jam, demi membangun jaringan.
Meskipun hasilnya belum seperti yang diinginkan, namun saya benar-benar terjun jungkir balik dalam menjalankan bisnisnya, bukan sekadar duduk diam menanti saja.

Lalu tiba-tiba membaca sindiran, seolah kita cuman duduk manis.
Itu rasanyaaaa....
Uuughhhh!!!

Bukan hanya saya yang merasa demikian, banyak downline dari jaringan saya, yang ikutan mengeluh ke saya akan hal tersebut, jadilah saya sudah menampung kesal dari diri sendiri, plus menampung sampah curhatan banyak orang.

Rasanya, saya belum pernah bekerja sekeras itu tekanannya, even saya pernah kerja di proyek dan saya lembur mulu nyaris tiap hari, hahaha.


2. Selalu merasa bersalah saat downline tidak bisa mendapatkan keuntungan


Hampir semua leader di bisnis Oriflame mengatakan, bahwa upline hanya mengajarkan, namun keberhasilan downline ada di tangan mereka sendiri.

Sungguh saya nggak bisa mengaminkan hal tersebut.
Bagaimana tidak?
Sewaktu merekrut, kami para pebisnis MLM selalu mengatakan akan membimbing, mengajari, sukses bareng-bareng.

Eh nyatanya?
Tidak semudah itu kita bisa meraup bonus lebih.

Kebanyakan pula berkata bahwa,
"Saya juga dulu pernah ada di bawah, pernah berjuang sampai di level ini, makanya kamu juga harus berjuang!"
Ih, kalau dulu upline di bawah lalu berjuang hingga bisa naik ke atas yang tentunya berdiri di atas penjualan downline, mengapa kita kudu cari 'korban' lain buat mengangkat kita?

Hmmm...

Iya, i know ini mungkin bakal disanggah habis-habisan oleh para pebisnis MLM, khususnya Oriflame.
Saya pasti bakal dikatakan, bahwa pola pikirnya salah, en debrai en debrei.

Tapi sekali lagi saya tekankan, seperti itulah perasaan saya.
Bukan hanya sekarang setelah lama memutuskan berhenti bisnis MLM, tapi sejak dulu masih berbisnispun selalu dikerubungi pemikiran seperti ini.

Makanya saya sulit berkembang di bisnis MLM yak, lol.


3. Tidak cocok buat kondisi saya sebagai IRT tanpa modal


Sangat bertolak belakang ya dengan iklan yang beredar di media sosial.
Katanya bisnis MLM online khususnya Oriflame sangat cocok buat IRT, bisa menghasilkan tanpa meninggalkan anak.


Atau juga, iklan yang mengatakan bahwa, bisnis MLM online khususnya Oriflame cuman butuh modal 49,900 bahkan kadang modal 9,900.

Hmm..

Preeett dah!

Yang ada, anak makin nggak keurus, karena sulit banget menyesuaikan waktu dengan team kita yang isinya nano-nano, alias ada yang IRT, ada yang pekerja kantoran, ada mahasiswa.

Jadinya saya nyaris harus standby 24 jam pegang hape, karena harus fast respon saat anggota di jaringan saya atau upline membutuhkan.

Bisnis sambil jaga anak?
Yang ada anak terabaikan.
Bagaimana bisa kita meladeni downline yang masih awam dan butuh bantuan kita, sementara kita sibuk main dengan anak.

Yang ada downlinenya kabur karena kita seperti nggak serius membantunya.
Jadi, bisnis MLM online, khususnya Oriflame wajib banget punya modal, minimal buat hire ART, jadi kita bisa fokus jalanin bisnisnya, bukan berbisnis di sela waktu luang.

Kita berbisnis brosis!
Bukan berdagang asal-asalan.


Sebenarnya masih banyak alasan jujur mengapa saya memutuskan berhenti dari bisnis MLM Oriflame.
Namun yang paling mendasar memang karena tidak sesuai dengan kepribadian saya.

Meskipun memutuskan berhenti bisnisnya, saya masih tetap jadi member Oriflame.
Sesekali saya berhasil mengumpulkan poin ketika teman saya memesan parfum.
Sayapun kadang masih order beberapa produk yang memang cocok di saya.

Tapi untuk bisnisnya, saya putuskan berhenti.
Setidaknya untuk saat ini, nggak tahu di waktu mendatang.
Who knows kan ya, kali aja saya kecantol bisnis MLM lain?

Karena sejatinya bisnis MLM nggak melulu negatif, manfaat positifnya pun banyak, setidaknya bisa jadi tempat kita belajar marketing dan bisnis secara gratis.

Kalau temans?
Ada yang masih berbisnis MLM Oriflame nggak?
Berbisnis loh ya, menjalankan bisnisnya dengan benar.
Bukan dengan santai.

Banyak yang bilang, ikut bisnis Oriflame tapi nggak ngoyo, kalau ada yang pesan ya diorderkan, kalau enggak ya nggak maksa juga.

Itu bukan berbisnis beybeh!
Itu jualan.
Penjual dan pebisnis itu beda brosis!

Sidoarjo, 02 Desember 2019

@reyneraea

Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : unsplash

8 komentar :

  1. Kalau ditilik dari kepribadian, MLM juga tidak sesuai dengan kepribadian saya. Wkwk...
    Harus prospek kanan kiri. Ya, walaupun saya sadar namanya bisnis jika ingin berkembang harus selalu berusaha memprospek orang lain. Selain nggak cocok dengan kepribadian, ada juga hal prinsipil yang tidak saya sepakati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kalau prospek memang sudah basic marketing sih, bahkan kita bisnis konvensional pun kita kudu prospek.
      Prospek intinya kayak menjemput bola sih, cuman caranya saja yang kadang mengganggu orang.
      Kalau bisnis konvensional kan kita prospek orang buat beli barang kita, nah kalau MLM tuh nggak enaknya kita prospek buat jadi 'bawahan' kita hahahaha

      Hapus
  2. Gw juga gak cocok mbak bisnis macem gitu. Mending jualan beneran deh di tokped atau bukalapak. Yang penting gak pake prospek-prospekan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iyaaa, kalau saya nggak sukanya jual mimpi, kasian aja :D

      Hapus
  3. duluuu waktu kuliah pernah diajak mbak kos dateng ke acara macam MLM gini, kayaknya Tianshi namanya, meskipun ikut seminarnya aja tp ga ngeh apa itu MLM, waktu itu
    umur masih mudah banget udah bisa punya BMW etc

    aku juga joint di Oriflame, awalnya buat nambah2 uang jajan dari keuntungan jualannya, untungnya juga tidak terasa banget, lahh orderan juga jarang2

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, iya Mba, emang butuh effort tinggi banget mah bisnis MLM itu

      Hapus
  4. Aku dulj pernah diajak teman buat jadi reseller produk perusahaan MLM. Katanya caranya gampang, cuma upload foto di medsos doang. Tapi akunya tetep gak mau. Gak punya bakat jualan. Apalagi followers medsos juga sedikit banget. Haha.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)