Refleksi Diri Sebelum Meminta Naik Gaji Ala Christina Lie

Naik gaji

Naik gaji atau kenaikan gaji, merupakan hal yang paling diidamkan semua orang, bukan hanya pekerja saja, tapi istri pekerja juga, hahaha.

Dan melalui Sharing By Rey - saya ingin berbagi tentang bagaimana kita merefleksikan diri terlebih dahulu, sebelum meminta naik gaji kepada perusahaan.

Ide tulisan ini, bermula dari postingan di facebook Christina Lie, seorang pebisnis wanita yang tulisan maupun tips-tips bisnisnya, selalu saya kagumi.

Dalam sebuah tulisannya dengan judul 'PANTASKAN KAMU NAIK GAJI?', Christina Lie menceritakan tentang bagaimana dia memberikan gambaran kepada para pegawai atau staf di bisnisnya, tentang refleksi diri sebelum meminta kenaikan gaji.
Hal tersebut disampaikan ketika dia mengajak sekitar 36 orang tim-nya untuk outing di Lembang 


Tentang Meminta Naik Gaji atau Kenaikan Gaji


Sah-sah saja, sebenarnya ya, jika kita sebagai karyawan atau pekerja, berharap dan meminta kenaikan gaji. Terlebih jika masa kerja dan juga kinerjanya telah cukup memenuhi syarat kenaikan gaji, sesuai UU Tenaga Kerja yang berlaku di Indonesia.

Tips naik gaji

Merujuk pada UU tenaga Kerja Indonesia, Pasal 92 ayat 2 yang berbunyi:
“Perusahaan melakukan penyesuaian upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.”
Yup, bahkan bukan hanya kita yang perlu meminta kenaikan gaji, hal itu juga diatur dalam UU, bahwa kenaikan gaji berkala itu wajib buat perusahaan lakukan untuk karyawannya, namun tentu saja disesuaikan dengan kemampuan dan produktivitas perusahaan tersebut.

Hal ini, sangat berkaitan dengan kinerja dan produktivitas para karyawan tentunya, dan tentu saja, persis seperti refleksi diri yang dituliskan oleh Christina Lie, karena hal itu menyangkut kinerja diri, untuk kemajuan perusahaan, di mana jika perusahaan maju, tentu saja karyawan pun ikut maju.

Dalam pengalaman saya di dunia kerja, juga pernah bekerja di perusahaan yang lumayan taat UU tenaga kerja, di mana kenaikan gaji dilakukan secara berkala.

Besarannya tentu saja tidak stabil, meski ada minimum persentasi kenaikan, kenyataannya, pernah juga kami hanya mendapatkan kenaikan gaji di bawah persentasi yang biasa diterapkan, karena memang penghasilan perusahaan lagi seret banget.

Sedihnya, banyak orang yang cuman menuntut kenaikan gaji, tapi tak pernah menilai dirinya, apakah pantas kita naik gaji?

Kebanyakan orang pasti akan mengatakan pantas, dengan alasan melihat lamanya masa kerja yang berarti menunjukan keloyalan, tapi pertanyaannya adalah, apakah keloyalan tersebut, membawa perusahaan menjadi lebih baik lagi? atau jangan-jangan malah jadi beban perusahaan?

That's why, saya setuju banget dengan poin-poin pertanyaan yang dituliskan oleh Christina Lie di medsosnya.


Refleksi Diri Sebelum Meminta Naik Gaji A La Christina Lie   


Christina Lie, memberikan beberapa pertanyaan, yang bisa dijawab oleh karyawan, yang akan meminta atau menerima kenaikan gaji, sebagai refeksi diri dalam memahami kenaikan gaji itu sendiri.

Dan pertanyaan-pertanyaan itu adalah:

Tips minta kenaikan gaji

  • Lebih rajin mana? pegawai baru atau pegawai yang sudah kerja tahunan?
  • Jika kita punya sebuah tim, yang tiap tahun performa kerjanya atau kinerjanya tidak ada peningkatan, bahkan cenderung makin malas-malasan, tapi gaji naik terus karena tuntutan UU Tenaga Kerja, apakah menurut kita, atasan gak akan berpikir, jika lebih baik hire pegawai baru yang request gajinya lebih rendah, tapi dengan kerja lebih rajin dan kinerja bisa meningkat?
  • Jika atasan diminta menunjuk 5 karyawan terbaiknya, yang diyakini bisa survive di manapun bisnis berada. Menurut kita, kitalah yang akan termasuk dalam 5 orang itu?
  • Hampir semua perusahaan memberlakukan adanya perbedaan gaji, salah satunya antara Senior CS vs Junior CS. Untuk itu, menurut kita, apakah perbedaan tersebut dinilai dari lamanya masa kerja, atau dari skill-nya?
  • Jika ada yang menilai, besarnya gaji harus di lihat dari lamanya masa kerja, maka coba renungkan hal ini. 
Suatu saat, kita hire tukang potong rumput, job desc-nya sih hanya motongin rumput, dengan gaji awal 1.5 juta. Ternyata, dari tahun ke tahun nggak ada inisiatif mempelajari skill baru, bahkan selalu menolak jika diminta bantu kerjaan lain, kayak bantuin nanam bunga, dengan alasan “itu bukan jobdesk saya, tugas saya hanya memotong rumput

Jika ada kenaikan gaji berdasarkan lama kerja, setelah 10 tahun kerja, dan gajinya setiap tahun naik, apakah pantas, gajinya naik jadi 9 juta di tahun ke 10? 
Sementara pasaran tukang potong rumput di tahun itu di angka 3 juta? Dan uang 9 juta tersebut bisa digunakan perusahaan untuk menggaji 3 orang pekerja potong rumput?.
  • Jika kita akan membuka bisnis sendiri, apakah kamu akan merekrut staff yang keseharian di kantornya kayak kita?
  • Jika perusahaan buka lowongan untuk posisi kerja kita sekarang, dengan gaji kita saat ini, apakah akan banyak yang melamar dengan skill yang lebih baik dari kita
  • Jika omset perusahaan dalam setahun naik 2x lipat sejak kita masuk kerja, dengan adanya tim di divisi kita yang mana tadinya cuman 3 orang, sekarang jadi 6 orang, Menurut kita, mengapa gaji kita naiknya gak 2x lipat layaknya omset perusahaan?

Serius dah, semua pertanyaan yang diajukan tersebut, udah ada di benak saya, jauh sebelum saya sedikit mengerti tentang tips bisnis dan marketing seperti sekarang.

Sejak dulu, belasan tahun silam, ketika saya masih menjadi seorang karyawan, saya adalah seorang karyawan yang sering banget dinilai (mungkin nih) sama beberapa rekan kerja, sebagai seseorang yang suka cari masalah, dengan selalu kepo akan job desc orang lain.

Saya juga sering banget menyiyakan semua permintaan atasan, sesulit apapun itu (well, awalnya sih karena sejujurnya saya sulit berkata 'tidak' sih, hehehe).

Banyak yang menasihati, kalau saya sebaiknya kerja dengan profesional, yaitu datang... kerjakan job desc-mu dan pulanglah. 

Namun, sulit banget untuk bisa mengikuti gaya hidup seperti itu, saya nggak bisa tenang, sebelum pekerjaan yang saya kerjakan dengan susah payah, bisa diimplementasikan dengan baik.

Dan untuk itu, tak jarang saya harus ikut campur job desc orang, yang notabene memang berhubungan dengan job desc saya.

Tidak sekali dua kali, rekan kerja mengingatkan saya, kalau saya karyawan, dan itu bukan perusahaan saya, ditambah embel-embel.
"Kamu jungkir balik kebingungan, bos besar santai dan memakai omset perusahaan untuk dirinya sendiri!"
Kenyataannya, meski saya juga berharap punya gaji yang lebih besar, sesuai dengan apa yangs aya lakukan, namun sama sekali nggak bisa diam, jika masalah terjadi di depan saya, terlebih jika itu berhubungan dengan job desc saya.

Sayangnya, saya tidak berjodoh dengan pebisnis yang open minded kayak Christina Lie ini.
Jadilah, selama saya kerja dulu, meski Alhamdulillah dengan gaji yang terbilang kecil, saya nggak pernah merasakan kekurangan (i told you, rezeki itu, sesuai banget dengan apa yang kita kerjakan, meski kadang nggak sesuai dengan gaji, hahaha).

Namun, saya pikir, kalau dulu saya nggak mau mengikuti hati yang suka kepo hal ini itu, biar kata bukan ranah saya, hanya karena penasaran.
Sepertinya saya nggak akan jadi seperti sekarang, yang bisa survive dalam keadaan tersulit sekalipun, Alhamdulillah.

kenaikan gaji

Jadi gitu ya, seperti kata Christina Lie, peningkatan profit perusahaan tidak melulu jadi tugas tim Sales & Marketing yang fokusnya lebih ke peningkatan sales. 
Akan tetapi, profit perusahaan juga akan bertambah dengan pengurangan cost operasional melalui sistemasi yang lebih efektif dan efisien. 

Jadi, semua karyawan atau staff sesungguhnya sangat berkontribusi terhadap peningkatan profit perusahaan, dan semua itu akan terlihat dari berbagai aspek dan laporan keuangan.
Maka rajinlah lakukan sesuatu, meski itu remeh, demi perusahaan.

Paling aman sih, anggap aja perusahaan itu adalah perusahaan sendiri.
Nggak bakal rugi deh, meski saya bukan salah satu orang terkaya atau pebisnis sukses, karena kesuksesan tidak semata untuk banyak duit, tapi terus bertumbuh dengan pola pikir yang lebih baik juga merupakan satu kesuksesan, hahaha.

Semoga kita semua bisa merenungi semua pertanyaan dari tulisan Christina Lie di atas, sebagai refleksi diri, sebelum meminta atau berharap atau mungkin protes dengan kenaikan gaji.

Demikianlah.

Sidoarjo, 04 Juli 2022


Sumber: 
  • Opini dan pengalaman pribadi
  • https://www.talenta.co/blog/payroll/naik-gaji-berkala-berlaku-di-perusahaan-swasta diakses 04 Juli 2022 
  • Facebook Christina Lie
Gambar: Canva edit by Rey

5 komentar :

  1. Bersyukur saya mah karena selama puluhan tahun bekerja, tidak pernah sekalipun saya meminta kenaikan gaji. Ehh.. bodoh mungkin yah. Namun, saya berpandangan, meminta kenaikan gaji meski sesuatu yang normal dan biasa, pasti akan menyisakan ganjalan dalam hubungan kerja antara kita dan perusahaan. Jadi, saya lebih memilih menjaga hubungan itu daripada sekedar berpikir tentang nominal.

    Untungnya, selama bekerja, saya mendapatkan perusahaan yang "baik" dalam artian mereka mematuhi peraturan perundang-undangan. Disuruh setiap tahun gaji karyawan dinaikkan, ya dinaikkan. Alhamdulillah hanya sekali merasakan gaji tidak naik, yaitu saat pandemi kemarin dimana perusahaan mengalami situasi sulit. Sesuatu yang sebenarnya sudah bagus karena tidak ada pemotongan sama sekali. Begitu situasi membaik, kenaikan gaji saya dobel.. jadi perusahaan seperti hanya menunda kenaikan gaji sampai situasi stabil.

    Di saat perusahaan yang lain memPHK atau memotong gaji, perusahaan tempat saya bekerja bahkan memberikan bantuan obat-obatan, vitamin, masker, kepada karyawannya.

    Untungnya juga, saya terbiasa menyesuaikan gaya hidup dengan penghasilan yang didapat. Tidak memaksakan untuk hidup melebihi apa yang saya mampu beli, jadi saya tidak merasakan tekanan untuk meminta kenaikan gaji karena gaya hidupnya.

    Soal regleksi diri.. hemm sulit tidak bias dalam menilai diri sendiri. Mayoritas akan menilai tinggi diri sendiri sehingga membuat mereka merasa layak mendapatkan kenaikan gaji. Padahal seringkali permintaan itu karena keinginan saja bukan karena memang pantas. Demo buruh tahunan itu acap kali didasari pemikiran itu.. Tapi yah, terserah masing-masing sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah saya juga mikir gitu sih, kebanyakan orang menganggap dirinya hebat, makanya pada minta naik gaji, wkwkwkw.

      Saya juga dulu nggak berani minta naik gaji, kalau saya lebih suka nambahin kinerja, kalau nggak bisa berkembang ya udah babay, cari yang lain :D

      Daripada memaksa minta naik gaji kan :)

      Hapus
  2. Dulu waktu aku masih kerja, tiap tahun sepertinya naik gaji karena memang UMK naik.😁

    Memang kalo mau naik gaji khusus, misalnya di atas UMK itu harus melihat diri sendiri, pantas enggak minta naik gaji. Kalo kinerjanya standar seperti karyawan lainnya malu lah, apalagi kalo malas-malasan tapi malah maunya naik gaji.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, iya Mas, sayangnya kadang orang menilai dirinya dengan tinggi, jadi semua meras pantas naik gaji, meski perusahaan menilai belum hahaha

      Hapus
  3. terakhir kali aku naik gaji karena manager yang request ke bos besar untuk dinaikin, managerku melihat juga lama waktu aku kerja dan kinerja juga beban kerjaan yang keliatannya buanyak. Dan biasanya memang beberapa tahun sekali ada kenaikan gaji, cuman sekarang pas pandemi udah ga pernah lagi.
    aku sendiri maklum, karena pas awal pandemi memang penjualan juga turun.
    Temen-temen aku yang sering "julid", kok ga pernah naik gaji yo, kan wes berapa tahun ini bla bla bla, gitu aja

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)