Menghalangi Rezeki Orang Lain Yang Sebenarnya

Menghalangi Rezeki Orang Lain Yang Sebenarnya

Sharing By Rey - Kita pasti familier dengan ungkapan menutupi rezeki orang lain. Biasanya hal ini kita baca atau dengar dari kasus-kasus yang review sesuatu yang kurang mengenakan terhadap usaha orang lain.

Misal, pada aplikasi taksi / ojek online, makanan online, dan jualan online di aplikasi marketplace, atau juga media sosial.

Mungkin untuk media sosial, zaman sekarang udah jarang ya, karena takut kena UU ITE yang kadang memang jadi boomerang tersendiri dalam menuliskan hal yang benar.

Namun, pada beberapa marketplace yang punya fitur rating, konsumen sangat berperan untuk memberikan testimoni dengan bintang, di mana kalau bintangnya dikit, ya ratingnya turun, dan biasanya berpengaruh terhadap keputusan konsumen lainnya untuk menjadi konsumen di usaha tersebut.

I know, saya termasuk orang yang sangat percaya, bahwa rezeki itu berasal dari Allah, Tuhan kita semua. Jadi, nggak akan semua tergantung ama yang namanya rating dan bintang dan testimoni.

Tapi nggak memungkiri juga sih, yang namanya rating dan testimoni itu sama dengan ikhtiar biar lebih laris manis nggak sih?

Jadi, begitu banyak orang yang bakal menghujat, jika ada yang tega memberikan rating rendah, atau testimoni nggak baik.
Padahal ya memang testimoni itu jujur, memang seperti itu.

Tapi saya yakin semua orang bakal menghujat, dengan perkataan menghalangi rezeki orang lain!.

Menurut saya, itu sih bukan menghalangi rezeki orang lain ya, terlebih kalau memang yang ditestimonikan itu benar, dan terlebih jika memang misal penjualnya sengaja melakukan hal tersebut dengan alasan apapun.

I mean, bukankah itu merugikan konsumen ya?
Jangan hanya karena nggak mau rugi, lantas kerugiannya dialihkan ke konsumen yang nggak tahu apa-apa, ya nggak?

Saya sering banget nih punya pengalaman kayak gini, terutama masalah makanan yang saya beli secara online.
Meskipun saya nyaris nggak pernah kasih testimoni atau bintang sedikit, tapi sungguh saya dongkol banget.

Maksudnya, kalau makanan yang nggak layak dijual, ya udah jangan dijual, apapun alasannya, konsumen nggak ikutan nanggung untung rugi penjual kan, konsumen tahunya ngeluarin duit buat beli makanan sesuai keterangan.

Tapi di sini, saya nggak akan membahas lebih jauh tentang penjual yang nakalan dan semacam 'menipu' konsumen.
Saya mau bahas, hal-hal yang saya pikir paling pantas dikatakan menghalangi rezeki orang lain, dan ini banyaaaakkk banget terjadi di masyarakat.

Hal-hal itu adalah:


1. Punya Peranan Penting Dalam Hajat Orang Banyak Tapi Sering Izin Karena berbagai Alasan


Saya lupa, udah pernah nulis nggak sih, salah satu alasan saya resign dari kerjaan kantoran, dan memilih jadi ibu rumah tangga adalah dikarenakan oleh anak.

Menahan Rezeki Orang Lain Yang Sebenarnya

Iya, sejak menjadi ibu, saya udah nggak bisa seleluasa sebelumnya dalam bekerja.
Wajar sih, as we know ibu itu complicated banget, apalagi kalau nggak punya support sistem yang penuh dari keluarga atau orang-orang kepercayaan.

Alhasil, kerjanya tuh sulit buat fokus.
Waktu resign pertama kalipun, hal itu yang paling mendorong saya buat resign, saya merasa selalu terbebani, ketika kerjaan belum selesai, tapi anak sudah menunggu di rumah.

Sementara, memang kerjaan itu penting sih ya, dan butuh segera diselesaikan, agar kerjaannya selesai, agar menghasilkan, agar keuangan perusahaan bisa selalu stabil (segitunya saya mikir, tapi memang iya kan, hahaha).

Yang kedua lebih parah lagi.
Karena saya bekerja di sebuah perusahaan kecil, jadinya saya punya peranan penting dalam menjalankan sebuah pekerjaan di kantor.

Salah satunya, paraf saya dijadikan alasan buat mengucurkan dana untuk upah para pekerja, khususnya pekerja mingguan, yang mana mereka tuh benar-benar butuh uang tersebut secepatnya.

Sementara, si Kakak dulu langganan sakit mulu, ketika saya masih kerja kantoran, dan bikin saya harus izin untuk nggak masuk demi menjaga si Kakak.

Si Bos sih sama sekali nggak protes, karena dia butuh saya juga.
Tapi sungguh hati nurani saya nggak tenang, karena memikirkan orang-orang yang bekerja di proyek tersebut.

Saya tahu banget, kebanyakan mereka tuh orang dari luar kota, yang datang ke Surabaya cuman buat cari uang, dan mereka datang tanpa duit sepeserpun, jadi gaji mingguan mereka tuh penting banget, selain buat dipakai untuk kehidupannya sehari-hari dalam bekerja, juga untuk segera dikirim ke kampung buat ini itu.

Dan sayangnya, nggak semua orang peduli hal begini.
Si Pak Sumsum yang memang kerjanya di proyek, dan gajiannya khusus nggak ikutan karyawan perusahaan kantoran, pernah beberapa kali mengalami hal ini dong.

Sering banget gajinya tertunda-tunda melulu, bahkan pernah dulu pas lagi bokek, terus butuh banget duit buat ke dokter, eh gajinya belum cair-cair.

Dan tahu nggak alasannya apa?
Bendahara yang nangani gaji orang proyek tuh udah beberapa hari nggak masuk, lantaran anaknya sakit.
WATTTTTDEEEEEEFFFF!

Moon maap nih ye, mungkin karena saya resign karena masalah tersebut, terus pas kami butuh duit banget tapi hak Pak Sumsum jadi tertahan, sungguh saya pengen memaki deh, astagfirullah..

That's why saya sama sekali nggak ikutan mendukung para wanita yang minta kesetaraan dalam bekerja, karena saya udah pengalaman, kalau enggak semua wanita, bisa menyelaraskan karir dengan kebutuhan pribadi, terutama ketika sudah jadi ibu.

Seperti dalam film Kim Ji-Young Born 1982, di mana si Kim Ji-Young ini merasa di diskriminasi dalam dunia karir lantaran dia perempuan, mau nikah pula.
Ya kalau menurut saya sih bukan semata salah kebijakan perusahaan sih, tapi memang kita para wanita ini dikodratkan beda ama lelaki, karena kita diberi naluri keibuan yang nggak akan dipahami para lelaki.

Justru karena hal ini, menurut saya sangat menghalangi atau lebih tepatnya menahan rezeki orang lain nggak sih?
Beda lagi ya kalau kerjaannya bukan di posisi yang punya peranan penting, tapi kalau kayak masalah duit atau tanggung jawab menggelontorkan duit upah atau gaji, saya rasa keterlaluan juga karena kebutuhan kita, kebutuhan orang banyak jadi tertahan.

Ini bukan hanya untuk wanita ya, yang lelaki juga.
Kalau memang nggak merasa bisa selalu ada di saat-saat urgent yang melibatkan orang banyak, mending jangan ambil tanggung jawab itu deh.


2. Punya Kesibukan Tersendiri Tapi Tetap Ikutan Kerjaan Team


Duh apa ya judul yang tepatnya, maksud saya ini diperuntukan bagi beberapa orang yang suka pada rebutan apply job freelance secara team, padahal ya dia punya kerjaan dan kesibukan tersendiri di luar freelance tersebut.

Menahan Rezeki Orang Lain Yang Sebenarnya

Alhasil, pas waktunya ngumpulin kerjaan, seribu satu alasan mencuat di permukaan.
Minta kelonggaran waktu karena sedang sibuk lah, sedang capek lah, sedang di luar kota lah.

Padahal, itu kerjaan team atau kelompok, di mana fee hanya akan terbayarkan, jika semua kerjaan dan laporannya telah terkumpul.

Lah, gara-gara satu dua orang yang super sibuk itu, jadilah yang lain, yang mungkin segera mengerjakan tugas dengan gercep, malah jadi ikutan tertunda mendapatkan haknya karena satu dua orang tersebut.

Duh... Temans jangan kayak gitu ya, nanti kualat, hahaha.


3. Ikutan Kerjaan Freelance Secara Team, Tapi Nggak Bertanggung Jawab


Nah kurang lebih sama dengan poin yang nomor satu, tapi bedanya yang ini kebanyakan karena kurangnya rasa tanggung jawab bersama rasa sungkan kali ya.

Menahan Rezeki Orang Lain Yang Sebenarnya

Sering banget nih, kita ikutan job secara team gitu, pas udah lewat deadline-nya, tapi masih ada juga yang belum kerjain dan ngumpulin hasil tugasnya.

Alasannya, lagi capek lah, karena abis ada acara lah, ada ini lah, ada itulah.
I mean, kalau udah tahu bakalan rempong ada acara, tunda aja dulu ikutan nge-job-nya napa?

Atau, kalau udah tahu bakalan ada acara tersendiri, tapi juga butuh duit dari job, ya udah.. kerjakan aja dulu tuh job-nya, biar nggak jadi punya hutang tugas karena kecapekan ada acara, apalagi kalau sampai tepar.

Bukannya apa-apa nih ya, kasian dong yang udah kerja keras ngerjakan duluan, tapi harus ikutan menanggung tertundanya hak, gara-gara kita yang nggak tanggung jawab atau nggak punya rasa sungkan, ye kan?

Demikianlah curhat opini saya, dari pengalaman diri yang kadang ikutan kesal dengan adanya orang-orang yang suka menunda kerjaan, padahal dia ikutan job kelompok.

Kan kasian yang udah butuh duit, jadi ketunda gara-gara orang demikian, ye nggak?

Kita jangan ya Temans! 
Biar rezeki selalu lancar, jangan sampai menghalangi atau menahan rezeki orang lain.

Sidoarjo, 17 Februari 2022

8 komentar :

  1. Setujuuuuuu Rey 😍😍..

    Ituuu yg baru dianggab menghalangi rezeki orang lain. Tapi kalo secara jujur memberikan testimoni dengan service atau apapun yg kita terima, ya bukan menghalangi rezeki. Kecuali testimoni yg dikasih memang dengan maksud untuk menjelek2kan padahal aslinya ga gitu. Atau ngasih testimoni jelek, padahal dia sendiri yg ga baca deskripsi BRG yg ditulis seller 🤣.

    Aku paling takut kalo sampe harus menghambat rezeki orang. Takut ntr kejadian hal yg sama di aku nya. Makanya paling sebel juga kalo sampe suami telat transfer gaji asisten, Krn semua pengeluaran dia yg pegang.

    Pas msh ngantor dulu, itu suasana sikut2an berasa banget. Walopun kebanyakan di dept sales yaaaa. Kalo operational dan service ga terlalu. Naah kadang tuh mereka saling sikut sampe jadi whistle blower. Ngelaporin diem2 kalo staff A simpan blank form yg sudah ditandatangani nasabah di laci mobil nya yg diparkir di parkiran mana gitu. Parah sih. Blank form memang haram hukumnya di bank manapun. Tapi aku berani taruhan, ga ada satu bank pun di dunia yg staff sales-nya ga pegang blank form 🤣🤣🤣🤣. Itu udah pasti ada, oleh sales staff bank manapun. Cuma bedanya ada yg memanfaatkannya dengan benar tanpa maksud fraud, ada yg utk fraud.

    Jadi aku bingung sih, kalo sesama mereka saling ngelaporin segala 😂. Ibaratnya ngebuang piring makan temannya. Padahal si pelapor ngelakuinnya juga, cuma ga ketahuan aja. 🙄.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkwwk, ngakak juga itu Mba, bagaimana bisa ngelaporin hal salah padahal dia juga ngelakuin :D
      Etapi bener juga ya, saking target menggila, mau nggak mau bawa blank form adalah jalan ninja :D

      Sejujurnya, saya juga pernah kerja dengan tekanan berat, tapi memang marketing itu luar biasa tekanannya.
      Makanya, hal-hal ninja gitu atau lainnya sering dilakukan wkwkwkw.

      Hapus
  2. Soal rating belanja online ya, biasanya jika aku dapat barang yang jelek, misalnya beli kartu memori ternyata KW, maka aku kasih rating tiga saja, terus di ulasan aku bilang barangnya jelek karena memang tidak original padahal di keterangan produk katanya asli.

    Sebenarnya pengin kasih rating satu tapi ngga tega.😂

    Selama aku kerja di pabrik belum pernah sih telat gajian lama, pernah telat tapi cuma sehari, itu juga ada pengumuman. Mungkin karena stafnya tahu ngga boleh menghalangi rejeki orang lain kali.😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak enaknya pekerja proyek ya gitu Mas, karena dananya nggak gabung ama kantor, jadinya sering molor.
      Kalau molornya karena hal-hal teknis sih mungkin masih dimaklumi, tapi kalau karena hal pribadi dan terjadi berulang kali itu yang bikin kesel

      Hapus
  3. nah ini nih yang point 3 yang akhir akhir sering aku temui, karena aku ada di dalam proyek itu
    mau protes tapi gimana cobak, ngikut ketua akhirnya, dia yang negur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, sering ya gitu, kita udah gercep ngerjain, eh yang lain nggak kunjung selesai ngerjain, alhasil fee nggak cair-cair, hahaha

      Hapus
  4. Jadi keinget pernah beli skincare di toko online, beli dia bayar dua, pas dibuka isinya satu🙂 protes ke yang punya toko katanya bakal dkirim lagi yang satunya, eh tapi sampai sekarang nggak dikirim😄 tapi saya biarin sih, nggak kasih komen atau rating apapun.

    Memang kalau melibatnya banyak orang itu harus punya tanggung jawab yang besar. Kalau ada satu aja yang bandel pasti dampaknya ke semua orang. Dulu waktu kerja di pabrik, satu orang nggak masuk jadinya satu orang lain kudu kerja double...
    Menyengsarakan orang lain banget. Sekali dua kali nggak apa2 kalau alasannya emang jelas dan penting tapi ada juga yang berkali-kali dan tanpa alasan.

    BalasHapus
  5. Satu tim dengan orang yang kurang rasa tanggung jawab itu menyebelkan. Kadang-seenaknya dia bilang, "kali ini kamu dulu ambil alih tugas saya ya. Kedepannya biar saya yang ngisi jam kamu." Sampai waktunya dia pura2 lupa. Giliran terima honornya, satu sen pun dia tak mau dikurangi.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)