"Waode Kartini? dia itu selebgram di Kendari, sudah sukses!"
Anak perempuan satu-satunya lain rahimnya si Rey aka keponakannya si Rey (astagaaahhh, mengapa pulak sebutannya rempong betoollll, hahaha), seketika nyelutuk ketika saya sedang mengobrol by video call dengan mamanya.
Mamanya, aka kakak saya memang sering menelpon sekadar menanyakan kabar, atau ngerumpi beragam hal dengan saya. Termasuk ngobrolin rencana-rencana saya yang udah bosan buangeeettt sedih liat rekening BCA akoh jadi mampet setelah berada di Buton, hiks hiks hiks.
Dengan kata lain, sejak di Buton job blogger dan (haduh akoh malu sebenarnya ngomongnya) influencer ala-ala nya si Rey jadi sepi kayak kuburan, menjadikan rekening saya makin angker dan serem saking kagak ada duitnya, huwaaaaaaa.
Sejak di Buton memang banyak rencana yang tidak tercapai, salah satunya akibat ekonomi saat ini yang makin nggak karuan. Impian dan harapan satu-satunya kembali bekerja jadi sirna setelah perusahaan yang dituju malah melakukan PHK besar-besaran.
Sedihnya lagi, bahkan peluang-peluang produktif di kantor pemerintahan pun tertutup. Padahal saat ini, bisa dibilang saya punya beberapa jalan menuju ke Roma eh maksudnya bisa menuju peluang produktif di kantoran karena punya relasi (mau bilang orang dalam aja susah kau, Rey!, wakakakaka).
Karena semua peluang itu tertutup, mau nggak mau saya berpikir untuk kembali menekuni atau meneruskan pekerjaan saya sebelumnya, sebagai blogger dan influencer ala-ala (mau bilang konten kreator kok jarang bikin konten juga sekarang, hahaha).
Di pikiran saya udah punya bayangan dan rencana membangun personal branding baru, cuman memang realisasinya agak sulit, karena sekarang waktu saya habis di dapur, hiks.
Baca juga : Personal Branding Blogger, Kayak Gini!
Eh malah ngomongin dapur dan kerempongan saya, padahal saya pengen nulis tentang Waode Kartini. Seorang konten kreator asal Kendari yang sering wara wiri di FYP TikTok.
Tentang Waode Kartini, Konten Kreator Kendari Asli Muna
Awal mula tahu tentang Waode kartini ini dari mamak 3F, si Diahalsa, blogger famous (bilang aja gitu, biar dia senyum-senyum bacanya, wkwkwkwkw) asal Kendari dengan salah satu blognya adalah diahalsa.com (nggak usah saya kasih backlink ya say, udah pernah juga dikasih backlink ke diahalsa, wakakakakak).
Saya lupa sih tepatnya, tapi kalau nggak salah dulu tuh kami ngobrolin tentang peluang blogger di Kendari yang menurut si Mamak 3F ini lumayan sulit berkembang.
Dulunya sih saya selalu menyemangati, sekarang udah paham betul keluhannya, emang blogger tuh susah buanget berkembang jika kita berada di luar pulau Jawa.
Jangankan di Sulawesi ya, bahkan di Madura yang luar Jawa-nya hanya beberapa KM, juga kurang mendapatkan pasar yang luas, wkwkwkwkw.
Karena peluang blogger yang sepi, saya kasih ide buat dia rajin bikin konten, dan liat jenis konten apa saja yang ada di Kendari, cari yang belum ada, biar bisa bersaing.
Dari situ si mamak 3F menceritakan tentang beberapa konten kreator di Kendari, salah satunya si Waode Kartini ini.
Setelah mendengar rekomendasinya, segera saya searching kan di TikTok dan instagram, dan ketemu. Tapi tebak siapa yang saya liat kontennya?
Waode Kartika atau akunnya kalau nggak salah sih Kartika Waode, wakakakaka.
Setelah dibenerin oleh mamak 3F, akhirnya saya tau deh konten-kontennya si Waode Kartini tersebut. Dan sejak saat itu kontennya sering lewat di beranda TikTok saya, karena setiap kali lewat, saya tontonin sampai selesai.
Dulunya yang menarik dari kontennya itu, bukan hanya lucu dan anti mainstream, tapi saya suka logat dan bahasa asli daerah asalnya, Muna. Bahasa Muna itu khas, dan mama saya juga bisa pakai bahasa itu, meski mama orang asli Buton.
Percakapan di konten Waode Kartini ini, lumayan mengobati rasa kangen saya ke mama yang saat itu lama nggak ada komunikasi.
Demikianlah awal-awal saya mengenal si konten kreator dengan ciri khas, hmm hmmm hmmm... dan logat Muna-nya yang khas itu, serta tingkah lucunya.
Btw, kalau liat postingannya di TikTok, serta dari komentar di kontennya, saya bisa mengetahui kalau si Waode Kartini ini asli Muna, tapi tinggal di Kendari sama suaminya.
Meski demikian, nggak ada info lebih jelas tentang statusnya gimana? apakah dia benar-benar sudah menikah? apakah punya anak? dan semacamnya.
Sampai malam ini nggak sengaja saya menemukan kontennya yang menjelaskan kalau dia jadi bintang tamu di podcast YouTube akun Perempuan Indonesia Maju SULTRA.
Karena penasaran, saya cari dong akun YouTube tersebut dan nonton bincang-bincang si Tini ini sampai selesai.
Dari video dengan durasi sekitar 38 menit bincang-bincang mereka, saya akhirnya mengetahui lebih banyak tentang kehidupan pribadi si Tini.
Dia ternyata asli Muna Barat, sudah menikah dengan lelaki dari daerahnya yang kalau nggak salah nama suaminya Antit atau Antin ya? hehehe.
Sayangnya, hubungannya dengan sang suami sudah kandas sejak Januari 2025 ini pisah rumah.
Waode Kartini ternyata pertama kali tinggal di Kendari lantaran kuliah di jurusan Teknik Geologi UHO aka Universitas Halu Oleo (btw, saya baru tahu dong kalau namanya udah ganti UHO, dulu kan Unhalu, hehehe).
Sayangnya si Tini nggak meneruskan kuliahnya, sepertinya memang dia nggak passion di hal-hal ilmiah, sehingga terpaksa DO secara permanen dan menekuni dunia yang lebih disukainya.
Setelah memutuskan berhenti kuliah, dia kembali ke kampung halamannya, di sanalah dia bertemu dengan suaminya dan menikah. Karena kehidupan di kampungnya tidak bersahabat dengan passion-nya, jadilah dia putuskan untuk kembali ke Kendari.
Awalnya Tini memulai usaha dengan menggunakan laptop dan printer yang dia punyai, dengan mencetak foto, lalu berkembang jadi bucket, sampai akhirnya dia mulai bikin konten dan ternyata FYP di TikTok.
Dari situlah perjalanan usahanya sebagai konten kreator dimulai.
Selain menjadi konten kreator dan telah menempati hati banyak netizen di Sulawesi Tenggara khususnya. Tini juga punya beberapa usaha lainnya. Mulai dari jualan pisang ijo, hingga sekarang jualan beberapa camilan kayak Kacang Balado hingga gorengan.
Setidaknya seperti itulah kehidupan Waode Kartini yang saya ketahui dari bincang podcast YouTube tersebut.
Waode Kartini, ASN dan Kesuksesan Konten Kreator Luar Jawa
Dari bincang mereka di podcast YouTube ini, membahas beberapa hal, selain kehidupan pribadi Tini, juga tentang makna sukses seorang konten kreator.
Menarik banget nih.
As you know, seorang konten kreator itu dipandang sebagai profesi yang banyak duit dan kehidupan bergelimang kemudahan.
Jangankan si Tini yang kontennya selalu FYP di Tiktok ya.
Si Rey yang membangun portofolio-nya dengan susah payah selama bertahun-tahun sebagai blogger dan influencer mikro Surabaya, seringnya dipandang 'lebih beruntung' oleh blogger lainnya.
Makanya banyak yang heran, kok saya masih ngeluh masalah duit?. Kok saya nggak mau cerai aja sama suami dengan gejala NPD karena takut anak-anak makin kesulitan mendapatkan haknya?.
Padahal kayaknya saya banyak job, sering terlihat menghadiri event, posting beberapa artikel review. Yang begini-begini tuh seringnya diartikan kalau saya posting berarti dapat uang, dan kalau rajin posting, berarti rajin juga uangnya, hahaha.
Padahal tidak seperti itu ya.
Sama kayak si Tini, eh apalagi si Tini ya.
Karena se terkenalnya seorang konten kreator atau digital kreator, kenyataannya lokasi domisili juga sangat mempengaruhi pangsa pasar penghasilannya.
Saya sudah merasakan sendiri, betapa penghasilan sebagai digital kreator di luar pulau Jawa itu lebih sulit ketimbang di pulau Jawa.
Baca juga : Sumber Penghasilan Sebagai Blogger dan Konten Kreator Surabaya
Di pulau Jawa, peluang job lebih banyak, dan rata-rata berbayar, eh yang nggak berbayar juga banyak sih. Saya aja kalau nggak pilah pilih, keknya rame terus postingan medsos, khususnya di instagram.
Hanya saja semakin tuwah, saya membatasi banget terima job barter. Saya lebih fokus nulis ketimbang bikin video produk barter, apalagi kalau produknya nggak terlalu saya butuhkan.
Meski demikian, peluang job masih lumayan lah. Penghasilan saya bisa dari job blog, baik content placement, konten sponsored, review produk, review jasa atau tempat.
Job review produk dan jasa serta tempat di medsos khususnya instagram juga masih ada, dan seringnya berbayar. Makanya saya bilang, ketika di Surabaya rekening BCA saya nggak pernah seseram sekarang, selalu aja ada kegiatan bukan minus di mutasi rekening saya, hahaha.
Sejak di Buton, job pada menghilang, bukan nggak ada tawaran sih, Alhamdulillah masih ada beberapa tawaran yang masuk, hanya saja terkendala domisili.
Rata-rata job yang masuk ya membutuhkan domisili Surabaya, undangan visit lah, event lah. Sementara di Buton misalnya, saya belum punya portofolio sama sekali, apalagi saya lebih condong ke blogger.
Meski Kendari lebih besar dan lebih potensial dengan Buton atau BauBau, tapi pada dasarnya peluang untuk konten kreator nggak jauh berbeda. Yang jelas, masih jauh dibandingkan di kota-kota besar.
Jadi, saya paham banget jika kehidupan konten kreator, even yang seterkenal Waode Kartini, belum sesukses banyak duit seperti dugaan orang banyak.
Bukan berarti nggak ada duit ya, tapi saya paham berapa penghasilan konten kreator, apalagi di masa sekarang. Kalau di zaman pemilu lalu mungkin masih bisa tersenyum lega, karena biasanya budget marketing untuk pemilu tuh jauh lebih manusiawi.
Namun, sebenarnya ada peluang lain yang bisa dimanfaatkan konten kreator di luar Jawa seperti Tini, salah satunya menggunakan salah satu privilege dia sebagai konten kreator yang terkenal sehingga bisa meng-influence orang, dengan menjual produknya sendiri.
Demikianlah saya sering liat konten Waode Kartini yang sering berjualan makanan atau camilan, dan jualannya selalu lumayan laris manis.
Di sisi lain, saya ingin membahas tentang definisi sukses di kampung-kampung yang ada di Sulawesi, khususnya Sultra.
Jadi tadi tuh si Tini sempat menyinggung tentang definisi sukses buat orang di kampungnya.
Etapi ini keknya bukan hanya di kampung sih, di kota-kota yang ada di Sulawesi Tenggara khususnya. Definisi sukses itu adalah....
.
.
.
.
JADI PNS, hahahaha,
Masih mending mah dibilang sukses, seringnya disebut dengan 'jadi orang' ya PNS.
Saya sering dikatakan nggak jadi orang, hanya karena saya bukan PNS, apalagi sekarang kerjaannya online gini, makin nggak diakui deh, hahaha.
Jangankan orang lain ya, bahkan sama keluarga sendiri dibilang nggak jadi orang. Disindir-sindir salah sendiri alergi sama PNS.
Padahal sejak dulu juga saya udah bilang, kalau saya nggak alergi jadi PNS, saya hanya pengennya jadi PNS di Surabaya. Nggak perlu ditanya apa alasannya, yang sering baca blog ini pasti tahu alasannya.
Bahkan setelah sekarang saya ada di Buton, semua hal yang saya takutkan sejak dulu beneran terjadi, dan saya nggak tahu ini pegimana ujungnya, saking saya udah terlalu lelah memikirkan cari duit, hahaha.
Intinya demikian, meski konten kreator terkenal seperti Waode Kartini telah mendapatkan tempatnya di hati netizen TikTok khususnya. Tapi definisi suksesnya tidak serta merta ada di hati semua orang.
I mean, banyak yang mengatakan kalau konten kreator itu banyak duitnya. Tapi kesuksesan hakiki tetap di tangan PNS, hehehe.
Tapi, si Tini beruntung, karena menurutnya, baik dia dan salah seorang kakaknya tidak tertarik menjadi PNS. Jadi tak menjadi masalah ketika orang-orang menganggapnya tidak sehebat PNS.
Salut sih, si Tini bahkan bercita-cita menjadi sutradara, sebuah profesi yang nyambung dengan semua hal yang dibangunnya sekarang, yaitu sebagai konten kreator yang terbiasa menyusun ide dan script sebuah konten.
Apapun itu, saya berterima kasih atas inspirasinya, karena jadi punya pikiran tentang peluang yang ingin saya bangun, jika memang saya lama di Buton, khususnya di BauBau.
Begitulah...
Buton, 16-05-2025
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)