Diri dan Hidup yang Terbelenggu Karena Anak

curhat diri

Pengen nulis curhatan saja, berharap agar beban di hati bisa lebih ringan, karena jujur sudah merasa sangat tertekan dengan kondisi saat ini.

Saya merasa hidup dan diri ini terbelenggu tak bisa bebas bergerak karena anak, Dan belenggu ini tidak hanya bikin saya tertekan, tapi juga merasa terhimpit oleh hal yang berat.

Sebenarnya ini sudah sering saya rasakan sejak dulu, contohnya ketika bulan Oktober 2024 lalu saat saya kebingungan luar biasa karena nggak punya tempat tinggal di Surabaya, nggak punya uang juga, sementara bapakeh anak-anak malah kabur begitu saja.

Semua kegundahan tersebut sebenarnya nggak perlu terlalu berat saya rasakan, andai nggak ada anak-anak. 

Jujur, saya bisa saja mencari kos murah di Surabaya. Bahkan kos yang lumayan dengan harga murah juga bisa. Caranya cari di Surabaya pinggiran, ada kok.

Masalahnya adalah, saya harus cari kontrakan yang dekat sekolah anak-anak. Dan kontrakan juga nggak bisa berbentuk kos biasa, karena ada anak-anak, jadi harus nyari kontrakan yang bisa menampung saya dan 2 anak beserta barang-barang kami.

Ini yang menjadi masalah besar.

Coba saja kalau anak-anak diambil bapaknya sejenak, jadi saya kan bisa lebih memungkinkan dalam bertahan dan memperbaiki taraf hidup.

Setelah beberapa hal menghamtam saya, akhirnya saya mudik ke Buton, yang prosesnya memang belum sempat saya ceritakan di blog, lantaran mau saya tulis di e-book.

Jujur pas mau pulang kemaren, saya malah galau banget, nggak yakin apakah saya bisa bertahan di sini. Masalahnya adalah ortu saya yang cuman tinggal mama, bukanlah orang berada.

Ortu juga nggak punya warisan berarti buat saya, selain tanah yang berbentuk hutan, bahkan rumah yang ada udah tua banget, bahkan sejujurnya udah nggak layak ditempati, harus segera di renovasi.

Dan yang paling gong, letaknya jauh dari kota. Dan inilah masalah utamanya.

Makanya ketika saya dulu mengiyakan permintaan mama, saya masih tawar menawar, dengan niat pengen tinggal di kotanya aja.

Niatnya mau cari kontrakan di kota, anak-anak tetap sekolah di sekolah agama, setidaknya MTSN gitu. 

Tapi ternyata, mama nggak setuju. Dia maunya saya dan anak-anak tinggal bersama dia di rumahnya, karena memang niat mereka memanggil saya adalah agar bisa nemanin mama.

Mama sudah tua, sering naik tensinya, dan tinggal sendiri dalam kondisi demikian tentunya sangat bahaya. 

Dan begitulah, karena mama sudah nangis-nangis, mau nggak mau saya ngalah, ikutin aja mau mereka. Dengan hiburan kalau mereka akan mengusahakan saya bisa masuk bekerja di sebuah perusahaan satu-satunya di dekat rumah mama yang belum tutup.

Dengan bujukan tersebut, saya akhirnya tenang dan mengiyakan. Dengan harapan kalaupun sinyal internet dan job blog akan sepi banget, setidaknya saya punya pemasukan dari kerja kantoran.

Siapa sangka, ternyata kayaknya semesta tak bisa berpihak ke saya, terutama tentang kehidupan saya di Buton, sejak dulu kok sulit berjodoh dengan rezekinya.

Sudah masukin lamaran kerja, nunggu panggilan, ujungnya terdengar kabar kalau perusahaannya tutup.

Musnah sudah semua harapan.

Masalah utamanya adalah, saya nggak bisa menghasilkan uang dengan usaha online, kayak ngeblog dan semacamnya, kalau ada di rumah mama.

Sinyal internet yang mati nyala seenaknya, kalau engga sinyalnya hilang, ya lampunya yang mati hingga lebih dari 24 jam dan melumpuhkan semua sinyal juga.

Saya pernah ikutan job webinar, udahlah pasang reminder dan persiapan ikut webinarnya, pas hari H, eh mati lampu dan terjadi sepanjang hari.

Setelah itu PIC job tersebut kesal dan memblokir saya, gegara dipikir nggak bertanggung jawab, pas hari H malah menghilang.

Kesal banget rasanya.

Gara-gara kesulitan sinyal itu sukses bikin saya uring-uringan, bad mood sampai merasa depresi. Apalagi saat mama mulai mengeluhkan biaya hidup.

Bahkan tanpa ada keluhan saja, saya tetap merasa sangat depresi.

Alasannya?

Ya ampun plis lah, saya sekarang tuh nggak punya penghasilan sama sekali loh, sementara biaya hidup anak-anak tetap ada. Dan jangan lupa, umur saya semakin bertambah, kalau mau fokus di dunia blogger dan konten kreator, saya nggak boleh menghilang dan mulai kembali.

Memulai kembali itu nggak semudah itu, karena sama aja kita mulai dari nol. Bangun personal branding lagi.

Baca juga : Membangun Personal Branding Di Ranah Digital 

Bukan hanya masalah sinyal internet yang nggak karuan, rutinitas saya di rumah mama ini sangat menyita waktu dan mental saya.

You know lah sebagai working home mom apalagi untuk kerjaan yang mulai merintis kembali, sudah seharusnya lebih banyak di depan laptop.

Tapi saya nggak bisa, waktu saya habis untuk masak, beberes, urus ini itu, urus anak. Belum lagi sikap mama yang cemberut karena saya di depan laptop mulu.

Cemberutnya mama tuh karena kesal, di depan laptop mulu kok, tapi nggak ada uangnya, huhuhu.

Dikira cari uang itu gampang apa.

Sementara kalau saya mau keluar, selalu dihadang oleh masalah anak-anak yang belum bisa mandiri mengurus dirinya. 

Beberapa hari lalu, saya sengaja meninggalkan mereka untuk menginap di rumah kakak saya semalam. Alhasil, anak-anak kacau balau. Nggak mau makan, main HP sepanjang hari, panggil teman main di rumah. 

Padahal mama tuh introvert, sejak dulu kami tidak terbiasa mengundang teman main ke rumah. Alhasil saya jadi nggak enak sendiri dengan sikap 'bandel' anak-anak yang di luar ekspektasi neneknya.

Tapi, kalau saya ngendon mulu di rumah kayak gini, stres dengan segala keterbatasan, mau sampai kapan?.

Sebenarnya saya udah berencana memindahkan anak-anak di kota saja, tapi lagi-lagi saya terbentur dengan kenyataan, kalau kontrakan manusiawi di BauBau itu luar biasa mahal. 

I mean, harganya sama aja kayak di Surabaya. 

Bayangkan, untuk apa coba saya pulang ke Buton, kalau harus bayar kontrakan yang bahkan lebih mahal, sementara penghasilan saya nggak bisa menyamai penghasilan ketika di Surabaya.

Serius deh, akhir-akhir ini saya sedihnya minta ampun, karena banyak tawaran job, tapi tak satupun bisa saya ambil, karena faktor domisili.

Baca juga : Sumber Penghasilan Konten Kreator dan Blog Dipengaruhi Domisili 


Bahkan terakhir saya ikut lomba blog, itupun akhirnya gagal dibayar lantaran saya nggak bisa memenuhi syarat harus beli produk di Indomaret dan Alfamart.

Nah masalahnya saya udah keliling kota BauBau, ke satu Indomaret dan ke lain Alfamaret. Bahkan titip di Kendari sama si Mamak 3F pun, nggak ada yang jual produknya.

Bayangkaaannn!!!

Itu belum membayangkan biaya pindah sekolah anak-anak lagi, bajunya beda, buku-bukunya beda, adaptasi lagi.

Ya Allaaaaahhhh.

Sebenarnya bisa saja sih lebih murah dengan cari kos saja, tapi kos-kosan mana bisa menampung 2 anak dan barang-barang?.

Akhirnya sama aja kayak di Surabaya kemaren, yang kebingungan cari kontrakan karena bawa anak dua dan banyak barang.

Tapi bedanya, kalau di Surabaya saya masih punya penghasilan, sementara di sini, bahkan di kotanya saja penghasilan sebagai blogger dan digital kreator itu nggak bisa mencukupi. 

Bisa dilihat dari para konten kreator BauBau yang tak bisa punya penghasilan seperti para kreator di kota besar, huhuhu.

Kalau udah capek berpikir, saya cuman bisa nangis, dan meratapi diri serta hidup yang terbelenggu karena anak.

Andai anak-anak nggak perlu sama saya, mungkin saya bisa lebih leluasa. Setidaknya saya bisa bebas bangun branding sebagai digital kreator atau hal lain yang lebih fokus dikembangkan dan diterima di market kota BauBau misalnya.

Dan bisa dimulai dengan tinggal di kos aja dulu, cari kos single yang bisa lebih murah.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa nggak tinggal di rumah kakak aja?.

Ya nggak enak lah.

Entar ada series Ipar Adalah Maut jilid sekian, hahahaha.

Ah sudahlah, semoga 'belenggu anak-anak' adalah hal yang berkah untuk saya serta anak-anak. Semoga ya, Allah kasih rezeki dari arah yang nggak disangka-sangka, kasih masa depan yang lebih baik.

Aamiin ya Allah


Buton, 22-05-2025  

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)