Idelialisme Rate Card Blogger

idealis dalam menentukan rate card blogger

Sharing By Rey - Rate card berbanding performa blog, rasanya udah jadi patokan banyak klien dalam bekerjasama dengan blogger akhir-akhir ini.

Di mana, banyak job dengan syarat performa, which is performanya itu diukur dari semacam DA/PA/DR dll itu, makin menaikan syarat angkanya, tapi menurunkan fee-nya, huhuhu.

Saya mencoba mengerti sih, mungkin karena pandemi, segalanya jadi terjun bebas, tapi kalau dipikir-pikir, bukan cuman klien kan yang mengalami kesulitan, para blogger juga, iya nggak? hahaha.

Gara-gara masalah fee yang kadang bikin nangis, dengan syarat yang bikin melotot itu, saya bahkan jadi jarang daftar jika ada yang share kesempatan kerjasama blogger.

Parah deh, padahal ya saya butuh duit, hahaha.
Ada gitu ya, orang butuh duit, tapi idelisnya juga di-kekepin teroosss, hahaha.

Tapi gimana dong, kadang tuh sulit mengendalikan sesuatu yang nggak sesuai hati, terlebih saya seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan semuanya seorang diri.
Kalau saya menerima kerjaan yang pakai ganjalan di hati, kasian banget anak-anak bisa-bisa jadi pelampiasan kekesalan.

That's why, akhir-akhir ini, saya agak saklek terhadap sesuatu yang nggak sesuai dengan hati nurani, khususnya dalam pekerjaan.


Rate Card tidak bisa sepenuhnya berdasarkan DA/PA


Dan begitulah, karena sekarang banyak banget teman-teman yang nilai DA/PA nya melesat, ada yang 30, 40 bahkan 50 dong.
Jadilah yang DAnya standar kayak saya, makin di-genjet oleh fee yang minim banget (menurut saya).

Kadang, kalau saya suka produk atau usahanya, saya tawarkan blog baru saya, yang performanya memang masih kecil, DAnya masih di bawah 10.
Dan tentu saja sukses ditolak oleh kebanyakan klien yang menawari saya kerja sama.

Tapi, meski dikasih penolakan dalam kebisuan, alias nggak dibalas lagi email jawaban saya, sejujurnya saya tidak merasa sayang banget melepas kesempatan, karena i love my 3 blogs soooo much!

Iya, saya terus mempertahankan keidealisan saya, karena saya memang benar-benar berniat serius mengelola ketiga blog saya.
Jadi, kerja sama yang saya tawarkan itu adalah kerja sama jangka panjang, yang memang saat ini mungkin performa blog saya belum sebagus lainnya yang rajin nyepam url blog di mana saja.

Tapi, seiring waktu, dengan saya rutin menulis di ke-3 blog saya, yakin banget deh, blog tersebut bakalan merangkak naik dengan performa organik, alias bukan karena hasil spam sana sini, tapi karena kunjungan organik para pembaca yang mengunjungi blog tersebut.

Jadi, bayangkan.
Ketika performa blog saya merangkak naik, maka otomatis, backlink dofollow yang bahkan kadang diminta kudu ada 2 backlink yang mengarah ke website klien, bakalan ikutan keangkat naik juga.

That's why, saya merasa yang namanya kerja sama dengan backlink permanen itu, amat sangat tidak manusiawi, kalau dipaksain dengan fee yang mengusik hati nurani. 

Terlebih lagi, buat saya pribadi, blog itu ibarat rumah yang akan selalu saya rawat.
Blog bukan hanya semata pelengkap saya sehingga saya diberi label blogger.
Bukan..
Bagi saya, blog itu komponen utamanya, sayanya yang penggeraknya.

That's why juga, ketika saya kewalahan akhir-akhir ini, gara-gara terlalu serakah mengurusin blog dan instagram, saya lebih memilih fokus ngeblog aja. Karena saya memang lebih mencintai dunia blog ketimbang influencer instagram a la a la.

Jadi demikianlah, alasan mengapa menurut saya, rate card  itu tidak bisa selalu berpatokan dengan DA/PA/DR, namun juga dilihat secara jangka panjang.
Apalagi, kalau kerja samanya, ada embel-embelnya 'backlink permanen'


Idealis Terhadap Rate Card Blogger Itu Perlu 


Menurut saya, menjadi idealis akan rate card kerja sama blog itu adalah hak mutlak setiap blogger, dan nggak ada aturannya yang mengharuskan blogger melanggar hal tersebut.
 
menentukan rate card blogger

Sayapun demikian, seringnya punya idealisme tinggi terhadap rate card atau fee blogger.
Meskipun, nggak semua idealis itu diberlakukan.
Ada kalanya juga saya menurunkan idealisme saya, ketika beberapa alasan.

Misal, produk atau jasa yang dibuat kerja sama itu menarik buat saya, atau membantu para UMKM.
Biasanya, untuk hal-hal demikian, masalah rate card itu urusan ke sekian, bahkan tidak jarang saya dengan suka rela menuliskan review-nya, tanpa diminta.

Mengapa sih saya selalu idealis terhadap rate card blog?, mungkin alasannya adalah:


Menghargai jerih payah diri sendiri


Menjadi ibu rumah tangga sambil ngeblog itu, dan ngeblognya buat cari duit itu... sungguh penuh tantangan!
Ada begitu banyak pengorbanan, khususnya bagi saya yang mengelola 3 blog sekarang.
Ada begitu banyak waktu tercurahkan.
Begitu banyak waktu tidur saya yang terampas.

Waktu bersama anak-anak yang tak bisa lama menemaninya.
Waktu untuk bersantai.

Karenanya, meski performa blog saya sampai sekarang ya segitu-gitu doang, nggak yang wao kayak lainnya, tapi saya bangga akan blog saya ini, karena saya rawat setiap hari.

So, ketika saya menolak fee kerja sama dengan rate yang tidak masuk akal buat saya, bisa berarti karena saya menghargai semua perjuangan yang telah saya lakukan sampai saat ini, dan mungkin sampai beberapa tahun ke depan, insha Allah, aamiin.
  

Agar punya branding dengan patokan rate card blogger


Bukan rahasia lagi, yang namanya blogger itu, sering saling buka-bukaan 'kartu' pengalaman mereka bekerja sama dengan klien.

Saya rasa, dalam dunia klien atau agency juga sama. 
Bisa jadi satu sama lainnya saling buka kartu pengalaman mereka bekerja sama dengan blogger.

Nah, karena itu, yang namanya rate card kita bisa jadi tersebar di kalangan klien atau agency.
Sehingga mereka lebih mudah mengatur strategi agak bisa menawarkan fee dengan nilai seminim mungkin, jika memang saya 'main sikat' saja semua job yang ada.

Mengenai hal ini, sudah pernah saya bahas di post terdahulu, tentang cara menentukan rate card blog.


Demikianlah, opini saya tentang idealisme seorang blogger memberikan dan mempertahankan rate card yang dipunyainya.
Kalau Temans, punya patokan rate card yang dipertahankan dengan idealisme kuat nggak?
Share yuk :)


Sidoarjo, 16 Maret 2021


Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey

36 komentar :

  1. Agree dan setuju sekali bahwa

    * DA/PA tidak seharusnya jadi ukuran harga karena sebenarnya hal itu tidak mencerminkan apa-apa. Banyak blog dengan DA dan PA kecil sebenarnya memiliki pengunjung yang lebih banyak dan berkualitas dibandingkan dengan yang DA dan PAnya tinggi. Jadi, seharusnya si pemberi job sudah meninggalkan cara usang seperti ini karena sebenarnya tidak menguntungkan buat dianya juga.

    * blogger harus punya ideal rate card bagi dirinya, setuju lagi. Kalau ga punya justru bahaya, asal dapet duit, biar murah pun diterima. Hasilnya panjang, harga pasaran turun dan berimbas pada semua. Berapa besar, ya silakan tentukan masing-masing, tetapi saya sendiri tidak mau menjual murah. Mendingan tidak dapat job daripada hanya dibayar murah...

    * kreatif Rey.. kreatif.. sumber pemasukan bukan cuma dari job saja.. saya sekarang mengerjakan toko online, yang harganya berlipat dibandingkan dengan mendapatkan job seperti sponsored post dan content placement. Harganya? bakalan bikin ngiler. Lebih jeli dalam melihat peluang dan tempatkan diri sebagai pengusaha bukan blogger agar bisa melihat peluang lain

    Kalau blogger tidak mau menghargai dirinya sendiri dan hasil karyanya, sulit harga membaik. Bahkan setelah pandemi sekalipun, harga akan tetap tertekan karena banyaknya yang terus membanting harga dan harga diri.. wkwkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku masih bingung dalam menentukan ratecard, Kak Rey 😂 dan karena belum ada tawaran paid content, jadi belum kepikiran ke sana.
      Tapi aku setuju dengan pernyataan Kak Rey dan Kak Anton 😁 kalau kita memang harus punya ideal rate card dan rasa idealis. Dengan begini, kita juga secara nggak langsung membantu harga pasar agar nggak jatoh banget kan 😂

      Hapus
    2. Tengkiuuu Bapak.
      Iya ya, sebenarnya saat kita butuh duit itu, ibarat ujian banget buat kita, untuk masih tetap waras memilah-milah yang ada.
      Yang penting usaha terus, masalah hasil, serahkan pada yang di atas.
      Salah satu usaha memang kudu jeli melihat peluang ya Pak :D

      @Lia : betul banget say, selain merusak harga pasar, juga merusak harga diri sendiri :D

      Hapus
  2. Setuju semua dengan yang Mbak Rey jabarkan dan setuju pula pada komentar Pak Anton di atas itu. Nah, kok gak kreatif banget ya saya ini ? Heheheh ....

    Baidewe belum lama ini saya dijapri seseorang dari sebuah usaha yang nilai jual produknya mahal bagi masyarakat pada umumnya. Dia tahu nomor kontak saya dari seseorang yang beberapa kali bekerja sama dengan saya dan puas dengan postingan blog saya terkait kerja sama itu. Mestinya kan ya tahu kalau tulisan saya gak gratis. Ehhh, nyoba minta gratisan buat diulas. Wow ...

    BalasHapus
  3. Sebagai blogger saya sepakat sama mbak Rey, konsistensi dalam ngeblog itu sebenarnya jauh lebih penting dari sekedar DA/PA/Alexa dll.. karena ketika konsisten, apalagi seperti mbak Rey ini bakal ada organic traffic/visitor yang memberikan manfaat langsung ke advertiser..

    cuma sebagai advertiser, tentunya cara cepat menyeleksi itu melalui DA/PA mbak..

    Aku salut bener sama mbak rey ini, blognya konsisten, penulisannya personal dan bagus, terus rankingnya juga ulala :))

    kalau misal aku agency/advertiser yang produknya cocok sama blog mbak Rey, jaminan langsung langsung pakai jasa mbak rey :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduuhhh, langsung mekar kepala saya, hahaha.Bisa aja nih :D

      Tengkiu banget loh, sebenarnya kita memang bisa menjual jasa dengan nilai yang masuk akal, asalkan semua bersatu padu ya :)

      Hapus
  4. Memang kadang-kadang miris sih. Tapi bagi perusahaan yang pasang backlink.. ternyata ngefek memang..

    Pasang backlink di DA 50 dengan DA yang 20an, konon efek masuk ke page 1 nya google lebih cepat dari DA 50. Itu info dari teman yang juga sering kasih kerjaan.

    Mungkin juga itu yang jadi alasan DA masih jadi patokan bagi beberapa klien.

    Tapi tanam2 url kalau nggak dibarengi konsisten update blog, cepet jatuhnya juga kok DA nya. Terus nggak semua url bisa ditanam... Harus ada testingnya juga.

    Yang sedih itu ketika gabung di beberapa web yang bisa kasih job, ternyata di sana banyak yang nurunin rate card seturun2nya.. ngeriii.. dan setahuku yang kek gini malah bukan dari circle personal blogger sih.. biasanya yang memang full bikin blog buat bisnis.

    Aaah pokoknya semangat ngeblog apapun rintangannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Konon ya mbak.. :-D karena sebenanrya tidak ada garansi DA dan PA itu metrik dari MOZ dan Google sendiri sudah mengatakan tidak punya kaitan dengan Moz dalam pembuatan algoritma mesin pencari mereka..

      Moz mendompleng nama Google untuk mempopulerkan metriks mereka dan caranya mengatakan kalau DA dan PA tinggi, mudah masuk mesin pencari. Padahal tidak selamanya demikian...

      Soal rate card.. yah itu ngenesnya..

      Hapus
    2. Mba Marita : kalau mengenai pasang baclink di DA besar langsung cepat page one, sebenarnya agak sangsi sih Mba, soalnya banyak banget blog yang ada di page one itu DAnya kecil-kecil hihihi.

      Dulu saya juga sering percaya kalau DA gede jadi bagus di page one, tapi saya liat banyak blog teman-teman yang sering masuk page one, tetap DAnya masih standar, sekitar 20an lah.

      kalau saya perhatikan data dari moz, kayaknya bukan semata update Mba, tapi rajin tanam url di mana saja, terutama di web atau blog yang DAnya gede.
      Karena kalau enggak, bakalan hilang, trus kalau ga ada backlink baru yang keindex ya turun kembali.

      Ini banyak banget saya liat di teman-teman, saya nggak tahu sih, apa mereka bayar atau gimana, tapi awalnya saya liat DAnya sampai 40an bahkan lebih, dia rajin update juga, tiba-tiba terjun bebas ke 20an bahkan lebih kecil dari DAnya awal.

      Kalau saya berpikir, Moz ini mirip Alexa, dia mencerminkan popularitas blog, kayak secara logika ya, kalau ada blog atau web lain yang membicarakan blog kita, apalagi kasih backlink ke kita, itu berarti kan blog kita memang sebagus itu.

      Cuman mengenai page one, saya masih sangsi, karena masih ada tuh blog dengan DA rendah di page one :D

      Nah, saya tuh mulai ngeh tentang itu gara-gara bapak Anton selalu ngasih tahu kalau angka itu sebenarnya diciptakan oleh pihak ketiga, lama-lama kepo dan saya perhatiin, memang iya sih :D

      Hapus
  5. Urusan rate card ini memang bikin deg2 ser
    Takutnya kasi kegedean, si dianya mundur
    Ngasi murah, ntar merusak harga pasar
    Mbuhlah. Aku jalanin aja deh. Kalau cocok ya lanjut, gak cocok mari kita cari yang lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, nah iya MakPrem, bikin bingung kan ya :D

      Hapus
  6. Setuju....
    Tapi kalau saya belum ideal, artikelnya masih suka2. Minder ga kualitas banget beda dengan blog ini total banget

    BalasHapus
  7. Punya blog yang DA/PA nya di bawah 10, menangis jika ngomongin rate card. Bisa umpan lambung mba kalau ada tawaran review, siap dibayar murah wk

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, terus semangat, rutin menulis, rutin bewe, nanti juga naik kok sseiring waktu :D

      Coba cari di beberapa platform :)

      Hapus
  8. Well saya setuju sama mba Rey, hehehehe 😁

    Karena tulisan di blog itu kan bertahan lama, apalagi jika penulisnya aktif, means DA/PA akan meningkat berjalan dengan waktu jadi bagi para klien, itu adalah hal yang bagus, sebab brand-nya akan terus ada di Google selama tulisan nggak ditarik oleh penulis 💕

    Sebetulnya pasti serba salah ya mba, satu sisi ada penulis yang butuh pemasukan, hingga akhirnya banting harga sangat amat murah yang ended up merusak harga pasar. Namun di sisi lain, ada penulis yang tetap ingin mempertahankan idealismenya. Apapun itu, semoga ada jalan tengah terbaik agar semua bisa merasa senang dan puas 🥳🎉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget say, itulah mengapa saya lebih suka blog ketimbang medsos, soalnya di medsos bukan jangka panjang, kalau di blog, bahkan kita nulis review produk gratis aja, juga jadi tabungan kita, sebagai pembawa trafik ke blog kita :)

      Hapus
  9. Semakin lama semakin banyak syarat untuk bisa dapat job ngeblog ya, Mbak. Aku pun lebih suka bahas sesuatu yang menurutku menarik walaupun itu bukan nulis tentang job review.

    BalasHapus
  10. Setuju banget, Mbak Rey. Kerjasama dengan blogger itu jangka panjang, apalagi kalau harus nanam link secara permanen. Jadi sebenarnya DA/PA/DR udah gak relevan lagi. Toh seiring berjalannya waktu DA/PA/DR blog yang terawat juga bakalan naik juga.

    Kalau aku cenderung sama seperti Mbak Rey. Idealis banget kalau masalah rate card. Mending aku gak terima job, daripada dibayar jauh di bawah standar. Nulis juga butuh usaha, keleus. Daripada usaha susah-susah tapi dibayar sesukanya, dan berakhir sambat kan jatuhnya malah dosa. 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan, kalau nulis juga nggak nyaman, jadinya asal-asalan juga kan kan.
      Dan nggak menyehatkan jiwa juga, hahaha

      Hapus
  11. sukaaaaa sekali sama idealismenya mbak rey. sejak pertengahan tahun kmrn aku mulai monetize jadi aku ingat postingan mbak rey yg ngmgn ttg idealisme blogger, jadi akupun mencoba lebih selektif dan paling penting tulisan blog kita yang bagus pasti akan dilirik kok.

    Aku masih meraba sih ttg dunia blog dan cuan2nya, beberapa pertimbangan DA/PA/DR ini memang hitungannya angka, tapi selain itu aku yakin sih orang juga melirik karena kualitas dan personal brandingnya yaa, seperti yang dilakukan mba rey ini. Meski, ternyata hal2 seperti tuh ada ilmunya, dan mempelajarinya juga lumayan seru sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener Mba, terlebih kalau kita udah membentuk sebuah personal branding.
      Kan nggak lucu kalau kita udah ajukan rate card segini, eh besoknya malah turun satu run turunnya karena daftar dari tempat lain Dan kita mau aja dibayar lebih kecil tanpa diselidiki dulu latar belakang perusahaan atau brand :)

      Hapus
  12. DA/PA, saya malah asing sama DA/PA. Selama ngeblog ngga pernah ngurusin DA/PA, ngga tau cara daftarnya, ngga tau cara ngeceknya sebab saya ngeblog cuma buat senang-senang dan isi waktu daripada cuma duduk bengong, syukur-syukur dapat penghasilan.. hahaha.. blogger macam apa saya ini.. hahaha

    Idealis memang harus biar ngga diinjak-injak oleh pemberi job karena menulispun butuh usaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mas Herman, aku juga ngga terlalu peduli dengan PA atau DA kecuali Pea ya.😂

      Cara ngecek nya gampang kok mas, tinggal beli tes pack lalu tes, kalo garisnya dua berarti DA/PA nya ada dua, kalo garisnya ada 10, berarti 10 juga.🤣

      Hapus
    2. Etdah si Mas Agus mah setiap bulan beli tespek, hahaha. Cara ngecek DA PA gampang kok, cukup buka websitenya moz.com

      Tapi memang kalau ngeblog buat senang-senang itu itu lebih enak, nggak terikat apapun

      Hapus
  13. Setuju mbak, seorang blogger harus punya idealisme tentang rate card biar tidak terlalu rendah fee nya, apalagi membuat konten untuk keperluan produk itu tidak mudah. Insya Allah rejeki akan ada, tetap ada agensi yang memberikan penawaran kerjasama.

    Tetap semangat mbak Rey.😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas, yang penting kita selalu usaha, pasti akan ketemu jodoh rezeki kok :)

      Hapus
  14. aku banyak setujunya sama pak Anton hehehe
    aku masih bertanya-tanya nih,kenapa harus diukur dari DA juga ya, bisa aja yang DA nya kecil tapi performa blognya oke.
    aku setuju kalau harus mempertahankan rate card, seperti yang dibilang mas Kal El, nulis butuh usaha berpikir juga yang nggak mudah.
    lagian rate card ini juga semacam "harga jual paten" blog kita dan mungkin untuk alasan tertentu bisa juga diturunin dikit sesuai kesepakatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah betul tuh mba Inun, kalau kita tidak punya harga paten, dimana harga itu sebenarnya masih bisa di nego, yang ada ada semua klien akan menawarkan kita yang rendah :)

      Hapus
  15. Jd sesama pemberi job bisa aja saling ngobrol ya Mba, trus klo kita kasi harga ada yg lbh murah, bisa jd aja mereka bilang k yg lain n bikin nawar harga rate card yg udah dikasi yaaa..

    Aku ga terlalu ngerti tntng kualitas blog yg baik dr sisi pencari kerja, seperti DA PA, yg aku pertama denger waktu itu pas BW ke blog mba rey yg ini. Jd menambah ilmu walau pd prakteknya jg aku masi nol 😆 Apapun itu, kalau rejeki ga akan kemana. Berapapun harganya. Semangat Mba Rey 💖💖

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah benerrr, sama kayak para blogger suka bocorin fee yang ditawarin brand, para agency atau pihak brandpun bisa jadi gitu juga hahaha

      Hapus
  16. Pas pertama bikin ratecard aku pusing banget, bingung, gatau mau pakai patokan apa dan gatau mau nanya ke siapa. Pas aku browsing-browsing aku nemuin postingan Mbak Rey yang lama, dari situ aku jadi ngerasa punya percaya diri walaupun performa blog aku belom se'baik' itu. Apalagi akhir-akhir ini aku sharing sama salah satu temen yang pernah ngerti bagaimana jalannya kerjanya endorsement/partnership ini. Jadi sekarang idealis juga, tawar-tawar boleh tapi asal masih bisa aku toleransi. Kadang suka kesel kalau baru dikasih ratecard langsung dighosting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaahh Tengkiu x😊

      Nah iyaaa, seringnya gitu ya, abis nanya, trus ngilang, padahal bisa aja bilang belum sesuai dana mereka.

      Hal itu yang bikin kadang males duluan balas email 😅

      Hapus
  17. Barusan kebetulan ada yang nawarin job, dan harus nentuin rate card. Saya bingung, soalnya blog saya masih sepi dan DA PA nya di bawah 10.😅

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)