Endang Mulyana, Ayah Lesti Kejora Bikin Saya Kangen Alm. Bapak

Endang Mulyana, Sosok Ayah Lesti Kejora yang Bikin Saya Kangen Alm. Bapak

Lesti Kejora dan drama rumah tangganya yang dikabarkan mengalami KDRT oleh suaminya, Rizky Billar, sedang trending selama seharian ini.

Namun, saya singkirkan sejenak kabar mereka, saya fokus ke sosok lelaki luar biasa yang selalu setia mendampingi Lesti, dialah Endang Mulyana, sosok ayah kandung Lesti yang selalu ada di manapun putrinya berada, terutama di waktu akhir-akhir ini, ketika dilanda badai KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Jujur, saya nggak seberapa tahu tentang Lesti sih, maklum saya kurang doyan musik dangdut.
Tapi, kalau melihat dari beberapa video yang beredar, sepertinya sosok Endang Mulyana ini, selalu mendampingi sang putri, bahkan sejak sang putri masih mengikuti ajang pencarian bakat penyanyi dangdut di sebuah TV swasta.

Ketika badai KDRT melanda Lesti, dari kabar bahwa Lesti akan dioperasi karena cedera, pita suara rusak, entahlah itu.
Lalu tiba-tiba pergi umroh bersama keluarga besarnya.

Baik dalam keberangkatan, hingga di Mekah pun, terlihat kalau Lesti selalu di dekat sang ayah.
Sungguh bikin baper, dan bikin kangen almarhum bapak saya, huhuhu.


Endang Mulyana, Sosok Ayah Lesti Kejora yang Tegar

Melihat kedekatan ayah dan anak tersebut, saya jadi bertanya-tanya, bagaimana reaksi ayahnya, ketika pertama kali tahu, kalau Rizky Billar tega menganiaya anak perempuan kesayangannya tersebut.

Mungkin marah besar ya.
Bukan mungkin lagi sih, kayaknya murka banget.

Lesti kejora dan ayahnya di polres Jaksel
Source: insertlive

Cuman mungkin karena mereka udah terlatih untuk lebih banyak berpikir, jadinya jangankan ada drama ayah Lesti ngamuk, bahkan sepatah katapun tak ada yang keluar dari mulut sang ayah, khususnya selama Lesti masih di rumah sakit, dan umroh.

Padahal, dengan kekuatan netizen, ayahnya bisa saja loh buka suara tentang Lesti, atau setidaknya marah dan menggetok pala sang mantu yang kejam itu, hehehe.

Tidak ada dong.

Dan luar biasanya belum berhenti sampai di situ, setelah lama tak pernah ada konfirmasi apapun, sampai akhirnya Rizky Billar menjadi tersangka kasus KDRT yang dialami Lesti Kejora, dan muncul ke publik dengan mengenakan pakaian khas tahanan polisi yang berwarna kayak salah satu e-commerce terkenal yang pernah menjadikannya bintang iklan, *eh, hahaha.

Lalu tiba-tiba Lesti muncul di kantor polisi, khusus untuk menemui sang suami, dan mencabut laporannya yang telah masuk di kantor polisi sejak akhir September lalu.

Lesti Kejora tidak sendiri, dia datang didampingi lelaki yang setia menemaninya tersebut, Endang Mulyana, sang ayah.

Sungguh ya, sosok ayah seperti ini sudah sangat langka ada di zaman sekarang, eh bahkan sejak dulu sih ya.

Sosok ayah, yang selalu memberikan semua keputusan di tangan anaknya, apapun yang menyangkut masa depan anaknya.

Kebanyakan ayah zaman now, mengetahui anak perempuannya diperlakukan kayak gitu, mungkin udah bonyok deh tuh mantu, dan bisa saja keduanya berakhir di sel kepolisian, hahaha.

Atau, jika memang tidak sesadis itu, maka mengetahui anaknya diperlakukan seperti itu, jangan pernah berharap anaknya bakal bisa kembali ke suaminya lagi.
Jika sang anak memaksa, maka putuslah hubungan ayah dan anak perempuan tersebut.

Tapi, ayah Lesti tidak.
Justru, dia datang menemani anaknya ke kantor polisi, untuk mencabut laporan, serta memaafkan menantunya tersebut.

Dan tahu nggak, sebenarnya sosok Endang Mulyana ini, nggak cuman seorang loh, saya kenal 1 orang ayah yang seperti ini.
Dia adalah almarhum bapak saya.


Cerita Almarhum Bapak, Galak Tapi Mencintai Anak-Anaknya

Bagi yang sering main ke blog ini, dan membaca banyak tulisan saya, mungkin pernah atau sering membaca curhatan saya tentang bapak, yang merupakan sosok lelaki galak dan menyebalkan.

Lesti kejora dan ayahnya di kantor polisi

Bapak yang bikin saya punya banyak trauma masa kecil, karena temperamentalnya, suka ngamuk, suka mukulin betis saya, memaksa saya harus juara 1 di sekolah, atau betis saya biru dipukuli beliau.

Bapak yang kalau marah sama mama, selalu memegang parang, dan mencari kami anak-anaknya, dan mengancam akan membunuh kami.
Sungguh, tak terlukiskan betapa bencinya saya, kepada sosok bapak, ketika kecil dulu.

Gara-gara bapak, saya melewati masa kecil yang penuh trauma.
Gara-gara bapak, saya sering berdoa di waktu kecil, agar kelak setelah besar bisa pergi jauh dari mereka.
Gara-gara bapak, saya trauma sama lelaki, sulit menerima perhatian lelaki, takut mempunyai hubungan, takut dapat lelaki yang temperamen kayak bapak.

Namun, semua itu berubah, ketika saya beranjak dewasa.

Bapak berhenti memukul bahkan memarahi kami, sejak kami dewasa, kalau nggak salah setelah STM, bapak udah jarang, bahkan terlihat nggak berani lagi bahkan sekadar memarahi saya.

Terlebih, ketika saya akhirnya kuliah di Surabaya.
Betapa hangatnya hati, ketika hampir setahun nggak pulang, lalu ketika lebaran saya pulang tak bilang-bilang ke orang tua.

Saya pulang bersama tante yang kebetulan main ke Surabaya.
Ketika sampai depan rumah, bapak terlihat berbahagia sekali, saking bahagianya, bapak menggendong saya, anak gadisnya yang udah kuliah.
Huhuhu.

Saya jadi kembali teringat, betapa sebenarnya bapak sangat mencintai kami, terutama saya.
Teringat, ketika masih kecil, dan saya sakit, bapaklah yang setia menggendong saya, sampai saya udah SDpun, bapak masih menggendong saya.

Dan, yang paling bikin saya sedih dan menyesali masa-masa sedikitnya waktu bersama beliau karena akhirnya doa masa kecil saya terkabulkan, saya jauh dari mereka.
Adalah ketika akhirnya saya menikah, membina rumah tangga.

Saya beruntung, di saat ortu lainnya punya segudang syarat yang seringnya memberatkan anaknya mencari jodoh.
Bapak adalah sosok yang menepati janjinya.

Iya, beliau sering berjanji kepada kami ketika masih kecil dulu, di mana kami dilarang keras untuk pacaran ketika sedang sekolah.

Sebagai gantinya, bapak berjanji akan membiarkan kami memilih siapapun jodoh kami, setelah kami lulus kuliah.

Bapak tidak akan mempermasalahkan apapun tentang lelaki pilihan kami, anaknya.
Mau dari suku mana kek, orang bule sekalipun, bahkan beda agama sekalipun, bapak janji akan membebaskan kami memilih sendiri.

Dan janji itu ditepati.
Saya membawa lelaki pilihan sendiri, yang sebenarnya jauh dari idaman para ortu wanita kebanyakan.
Seorang lelaki yang jangankan menjadi PNS seperti lelaki idaman para mertua di Buton ya.
Atau tentara maupun polisi, which is bapak saya suka banget kedua profesi tersebut.

Saya malah membawa lelaki yang belum punya kerjaan tetap, tampang juga biasa aja, harta juga nggak ada. Bahkan si lelaki sama sekali tidak pandai mengambil hati kedua orang tua saya.
Tapi toh bapak sudah berjanji, dan dia menyetujui semua pilihan saya.

5 tahun setelah pernikahan saya, akhirnya rumah tangga kami dilanda prahara.
Saya yang merasa nggak punya siapa-siapa di Jawa, akhirnya menelpon orang tua dan mengabarkan tentang kondisi kami, di mana suami malah tega membiarkan kami sendirian.

Bapak murka mendengarnya.
Dan melalui mama, beliau meminta bahkan memaksa saya pulang ke Buton, dan mereka langsung mengirimi tiket.

Dasar sayanya bucin kali ya, bisa-bisanya saya pulang, sambil mengajak si suami.
Dan betapa bangganya saya, bapak yang awalnya sangat murka kepada si suami, melihat saya pulang dan kami terlihat baik-baik saja.

Seketika bapak tersenyum dan ramah menyambut saya maupun suami di Buton.
Masha Allah...

Saya kenal banget sosok bapak yang bisa ramah menyambut suami saya tersebut.
Dia adalah sosok lelaki yang sangat temperamen dan pemarah.

Oh ya, ketika SMP, bapak pernah menampar dan menghukum seorang teman kelas saya, yang mana memang anaknya terkenal nakal.
Dia bikin saya nangis, dan bapak tahu hal itu, langsung mencari anak tersebut, dan menghukumnya dengan disuruh berenang di lumpur.

Bapak saya dulunya terkenal dengan kegalakannya, dan banyak orang memilih nggak mau berurusan dengan beliau, karena memang kakek saya seorang guru silat yang disegani banyak orang.
Karenanya mereka takut, ilmu kakek juga dimiliki sama Bapak.

Dan, betapa takjubnya saya.
Sosok bapak yang galak itu, bisa tersenyum ramah menahan marahnya, demi menghargai saya sebagai istri dari lelaki yang sebenarnya dia kesali itu.

Bukan hanya itu, si suami yang memang tidak pantai mengambil hati orang tua tersebut, sama sekali nggak menunjukan sikap meminta maaf ke orang tua saya.
Tapi bapak tetap tenang.
Bahkan dengan ramah bapak mengantarkan si suami ke bandara, ketika dia harus pulang duluan ke Surabaya.

Dan bahkan, setelah semua keramahan bapak kepadanya, sampai di Surabaya, lagi-lagi nggak ada kabar even mengabari bapak kalau dia sudah sampai.

Bahkan nggak lama kemudian, kami malah berantem, bahkan si suami berani ngomong nggak sopan kepada bapak saya.

Bapak cuman diam, meski matanya menyiratkan rasa marah dan kecewa.
Lalu berikutnya beliau sibuk keliling ke saudara-saudaranya, yang mana beberapa memang orang terkemuka.

Beliau mencarikan saya pekerjaan, dengan harapan saya nggak usah pulang ke Surabaya, karena percuma mengikuti suami yang nggak punya sopan santun kepada mertuanya, apalagi ke anaknya?

Tapi, dasar si Rey ya, nggak tenang juga di sana, dan minta pulang ke Surabaya.
Waktu itu saya nggak punya uang, karuan aja bapak mondar-mandir nggak karuan, lalu beberapa hari kemudian, beliau pulang sambil membawa uang segepok.

Ya Allah.
Bapak rela menjual rugi sisa-sisa tanah warisan orang tuanya, demi saya bisa punya uang untuk kembali ke Surabaya.

Bahkan, bapak tidak tega membiarkan saya pulang sendiri, beliau ikut mengantar saya ke Surabaya, bahkan ikut ke rumah mertua saya, untuk mendamaikan kami.

Belum lengkap sampai di situ.
Bapak tetap ramah dan sabar, meski saya tahu dia marah banget, sampai ngomong pakai bahasa Buton ke saya, kalau dia tersinggung, tapi nahan.
Ketika mertua saya sibuk menyalahkan saya, dan membela anaknya di depan bapak saya.

Demi menghargai besannya, bapak malah ikut menasihati saya, yang langsung disambut dengan semangat oleh mertua,
"Tuh Rey, bapak kamu saja tahu kamu yang salah"
Saya masih ingat, betapa wajahnya mengeras meskipun beliau tetap tertawa, betapa matanya berkaca-kaca saking emosinya.
Tapi beliau bisa menahannya.

Sama persis, ketika saya membaca artikel yang membahas tentang sikap ayah Lesti ketika mengantar sang putri memaafkan suaminya di kantor polisi.

Ah, saya jadi kangen Bapak.
Kangen banget, untuk minta maaf.
Betapa saya salah menilai Bapak selama ini, betapa ayah Lesti mengingatkan saya kepada Almarhum yang luar biasa.


Penutup


Pada akhirnya, saya menyadari, kalau kita para perempuan, memang selalu punya sosok lelaki yang akan membela dan melindungi kita.

Lesti kejora dan endang mulyana

Entah itu ayah kita, suami kita, kakek kita, om kita, kakak atau adik kita, ataupun anak-anak lelaki kita.

Karenanya, sebenarnya tak perlu merasa risau, ketika kita kecewa, salah satu lelaki, yang entah ayah atau suami melukai hati kita.

Seperti saya yang dulu kecewa terhadap bapak, ada suami yang melengkapi perasaan saya yang kosong terhadap sosok lelaki ayah.
Dan ketika saya kecewa dengan suami, sosok ayahlah yang melengkapi dan melindungi saya.

Yang jarang terjadi adalah, ada sosok suami dan ayah yang mencintai kita bersamaan.
Jarang banget terjadi.
Karena itulah hidup di dunia, tak bisa semuanya kita miliki.

Ah Bapak, anakmu kangen, teringat hari terakhir bersama Bapak.
Tapi jangan khawatir, insha Allah namamu selalu abadi dalam doa anak perempuannya ini.
Semoga Allah mengampuni semua dosamu, dan menerangkan dan melapangkan kuburmu, aamiin.

Begitulah, sosok ayah Lesti membuat saya kangen bertemu bapak lagi. 


Sidoarjo, 14 Oktober 2022

1 komentar :

  1. Selalu ada cerita tentang bapak yaa. Termasuk pak endang mulyana, yang selalu menemani anaknya. Meniti karier mulai dari nol. Sampai sukses seperti sekarang. Hingga kdrt ini menyeruak. Mana ada bapak yg rela anaknya tersakiti. Begitupun ketika sang anak mengambil keputusan yang bagi banyak orang adalah keputusan yang mengecewakan. Bapak tetaplah bapak yang ingin anaknya bahagia. Sehat² pak endang...

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)