Selfie dan Cerita Awal Mula Menjadi Hobi

Hobi selfie

Selfie atau berswafoto, merupakan hobi yang ternyata saya punyai tanpa saya sadari, hahaha.
Entahlah beneran hobi, atau hanya kebetulan saja saya menyukainya.

Hal ini saya sadari, setelah melihat memori ponsel maupun memori di laptop saya, baik sekarang maupun dahulu, hampir sebagian besar memorinya dipenuhi oleh foto.

Dan lucunya lagi, dari sekian banyak foto tersebut, adalah hal yang sulit ketika saya ingin menemukan satu foto yang pantas untuk ditampilkan.

Ini semacam keadaan seorang wanita, yang berdiri di depan lemari yang penuh sesak, sambil mengeluh,
"Saya nggak punya baju!"
Persis sekali bukan?
Di saat banyak sekali foto yang memenuhi memori HP maupun laptop saya, dan mostly semua foto tersebut adalah foto saya.

Dan sebagian besar sih, foto selfie alias foto close up yang saya ambil sendiri, entah memakai tangan sendiri ataupun memakai tripod mini atau penyanggah ponsel. 


Awal mula suka berfoto / selfie


Waktu kecil, Bapak saya punya kamera 2 macam.
Saya ingat satu mereknya Fujifilm.
Dan satunya saya nggak ngerti mereknya apa, lupa.

Yang jelas salah satu kameranya adalah kamera yang bisa langsung cetak, atau yang namanya polaroid ya?
Yang satunya adalah jenis kamera yang pakai klise foto.

Dan saya juga ingat persis, setiap kali Bapak pulang dari pasar, bapak pasti membelikan saya maupun kakak baju baru, tak lupa juga bapak membeli rol foto baru, lalu sesampainya di rumah saya dan kakak disuruh berganti pakaian kemudian disuruh pose di depan rumah dan bapak akan dengan semangat memotret kami.

Sayang banget, foto-foto saya sewaktu kecil yang kebanyakan adalah foto langsung cetak, hampir semuanya hilang diambil keluarga keluarga di Buton, ketika kami baru saja sampai di Buton waktu usia saya 5 tahun.

Yang tertinggal hanyalah klise foto. Sayangnya karena mama tidak tahu bagaimana cara menyimpan klise foto dengan baik alhasil klise foto tersebut rusak dan tak ada satupun yang bisa diselamatkan lagi.

Ketika kami sampai di Buton keadaan ekonomi orangtua menjadi sedikit sulit. Kemudian mau nggak mau Bapak terpaksa menjual semua barang-barang yang beliau bawa dari Minahasa.
Termasuk kamera-kamera kesayangannya.

Sejak saat itu, kami akhirnya menjadi sangat katrok terhadap kamera maupun foto-foto.
Saking katrok nya, saya masih ingat ketika SD entah kelas berapa, Ketika saya dan kakak diminta berfoto bersama om saya, selepas menjemput kami di sekolah, dan saya berdiri tegang sampai betis saya kena knalpot yang masih panas.

Momen berfoto selanjutnya yang saya ingat adalah ketika SMP.
Waktu itu itu ada seorang dokter di Puskesmas tempat mama bekerja.
Dokter tersebut begitu bergantung kepada para petugas di Puskesmas itu, termasuk Mama saya.

Karenanya, ketika tiba saatnya sang dokter akan pindah karena habis masak PTT nya. Sang dokter meminta kami untuk berpose dan dia mengambil foto kami memakai pakaian adat Buton. Ketika itu kebetulan kakek saya masih hidup dan kakek saya punya persewaan pakaian adat Buton.

Sayangnya lagi, saya nggak punya foto tersebut foto itu juga sebagian sudah rusak yang masih awet adalah foto yang tergantung di dinding rumah orang tua saya.

Saya menjalani masa-masa tumbuh remaja dalam keadaan yang malu banget kalau difoto termasuk berfoto di studio foto, ketika akan membuat pas foto untuk ijazah maupun raport atau keperluan lainnya.


Mulai menyukai foto


Berikutnya saya menyukai foto Ketika saya masih kuliah.
Saya pikir ini adalah titik balik saya menemukan jiwa narsis saya.

Selfie mendapatkan uang

Saya lupa kok waktu itu menggunakan kamera siapa.
Dan juga lupa tahun berapa persisnya, antara tahun 2000 atau 2001, ketika pertama kalinya saya yang sedang berada di Tunjungan plaza, Surabaya, dan meminta teman untuk memotret saya dengan kamera tersebut.

Setelah foto tersebut saya cetak, foto-fotonya dilihat oleh teman-teman kos dan termasuk sang pacar yang waktu itu belum menjadi pacar.

Kejadian berikutnya adalah saya menjadi bulan-bulanan ejekan banyak teman, atau lebih tepat disebut bully-an.

Lucunya lagi, yang paling membekas di hati adalah kata-kata ejekan sang gebetan atau calon pacar ketika itu dia mengatakan,
"Ndeso banget hiiii, masa foto di TP!"
Masih ketika itu saya hanya ketawa, tapi dalam hati saya sedih.
Bertahun kemudian ketika masa-masa ponsel hadir bersama kameranya, bersamaan dengan kenarsisan semua orang melanda, saya bisa dengan senyum lebar mengatakan kepada teman-teman saya terutama kepada sang pacar,
"Cieeehh, follower ih, dulu aja ngejek ketika saya foto-foto di TP, sekarang mah, kalau ada yang ke TP ga foto, pasti dibilang ndeso" 🤣
Setelah kejadian saya berfoto pakai kamera biasa di Tunjungan plaza waktu itu, beberapa waktu kemudian booming lah yang namanya foto studio mini, yaitu itu foto studio kecil, dimana kita bisa menggunakan kaki kita untuk menekan tombol motret.

Kalau nggak salah waktu itu 1 foto harganya Rp. 15.000 (CMIIW) dan saya biasanya patungan bersama teman-teman untuk motret di sana.

Sayangnya lagi fotonya tidak mungkin saya pajang di sini, karena waktu itu saya masih pamer rambut.

Era foto studio mini akhirnya bergeser perlahan, seiring dengan munculnya ponsel dengan kamera yang semakin terjangkau.

Meskipun saya baru bisa punya ponsel berkamera itu sekitar tahun 2007.
Namun sebelumnya saya tetap numpang narsis menggunakan kamera teman kantor saya, atau kau teman kos saya.

Ketika punya ponsel berkamera di tahun 2007 pun saya masih belum pede untuk berfoto di depan banyak orang.
Satu-satunya tempat yang paling saya sukai untuk berfoto atau selfie atau berswafoto adalah di kamar.

Yang hobi motret, dia adalah pacar dari teman kos saya yang merupakan sahabat karib saya.
Sejak saat itu keberanian saya berpose di luar mulai terlihat.

Kami sering banget bepergian hanya untuk dijadikan model foto-foto sang pacar teman saya titik beberapa kali kami melakukan double date hanya untuk itu.

Dan mulai saat itulah kenarsisan saya semakin terlihat dan menyeruak keluar dari dalam diri yang malu-malu meong, hehehe.


Selfie, narsis yang jadi modal


Pernah gak sih kita berpikir, bahwa apa yang kita lakukan saat ini, sereceh apapun itu, ternyata bisa jadi sesuatu yang berarti masa depan.

Selfie untuk campaign marketing

Termasuk kenarsisan saya yang suka selfie itu.
Siapa sangka kan ya, bertahun kemudian hal tersebut menjadi salah satu modal saya dalam mengais rezeki.

Iya, salah satu hal yang saya andalkan dalam mengais rezeki adalah dengan bermodalkan pose diri yang narsis alias selfie.

Sejak tahun 2018, saya terkagum-kagum dan ternganga ketika saya diminta mengupload foto selfie, atau foto narsis saya di Instagram kemudian saya dibayar untuk itu.

Bukan hanya itu, selfie dan narsis juga merupakan bagian dari personal branding saya.
Biar kata mungkin sedikit norak, tapi memajang foto diri sendiri itu, merupakan salah satu cara termudah untuk mem-branding kan diri.

Terlebih untuk saya, yang sekarang menjadi seorang ibu rumah tangga dan tak punya keahlian yang expert seperti lainnya.

Begitulah, hal-hal receh yang kadang terlihat tidak penting bahkan norak ternyata bisa jadi sebuah cerita yang indah setelah bertahun-tahun kemudian.
Meskipun mungkin itu hanya menurut saya saja, menurut yang lain belum tentu menarik.

Tapi sudahlah aku mah saya sejujurnya tak punya ide buat menulis, jadinya terpikirkan untuk menulis kisah tentang selfie saya titik yang awalnya sebenarnya saya hanya ingin menuliskan beberapa kata saja minimal sampai 500 kata.

Ternyata sepertinya sih udah nyampe 1000 kata lagi. 
Ya sudahlah, how about you Temans, punya cerita apa tentang selfie?

Sidoarjo, 3 April 2021

Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey dan dokumen pribadi

9 komentar :

  1. Kak Rey di foto covernya cantik banget ihhh 😍. Aku inget masa-masa awal foto box hadirr soalnya di masa itu, aku pernah diajakin foto box sama saudaraku 🤣 terus kita masuk ke dalam box ber3 dan karena aku masih kecil dan kameranya tinggi, aku nggak kedetect di kamera 🤣 jadilah aku harus naik kursi biar bisa kelihatan wkwk.
    Era foto box ini eksisnya cukup lama juga, dari aku SD-SMA masih sering orang foto box. Kalau sekarang, masih ada tapi jarang dan lokasi foto boxnya nggak sebanyak dulu 😅. Lokasi foto box di zaman sekarang yang aku tahu hanya di dalam Timezone 😂 kalau dulu, di pinggir jalan dalam mall aja ada hahaha
    Tapi aku tipikal orang yang nggak suka selfie Kak 🤣 kalau difotoin dari jarak jauh gitu masih oke, kalau selfie no no 😂 foto selfieku dikit sekaliii. Kayaknya aku harus belajar dari Kak Rey agar bisa lebih berani selfie 🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eaaaa... Bisa aja Lia 😅

      Nah kan, lucunya banyak teman-teman yang saya kenal, kayak Lia, ga doyan selfie.
      Kalau saya sejujurnya biar kata foto selfienya segambreng, tidak semua pede untuk saya pajang 😅

      Nah kaaaann...
      Era photo box memang lumayan lama ya, bahkan di Surabaya sebelum pandemi, saya masih liat tuh versi digital.
      Iya, waktu awal-awal kamera nya biasa, ga ada layar yang bisa kita liat, apa wajah kita udah masuk semua.
      Beberapa foto saya, juga kepotong kalau foto rame-rame 😂

      Hapus
  2. Poto2 mba Rey mah cantiq n maniez🤩

    Iyah jg iya, hobi poto selfi ternyata membawa dampak yg besaaarr😅 salah duanya y, dampak menghasilkan.. hihiii, kagak nyangka..

    Tapi, syg, aku agak riskan klo disuruh poto. Mati gayaaa..Klo moto orang mau...
    Ih, apalagi berselfi, aku paling gak brani tuh🤣 gak PD nian..

    Alhasil, blh diitung jari, berapa buah poto diriku ajah di galeri hengpon🤣🤣
    Dulu SMP, SMA, Kuliah agak suka berfoto..
    Mungki skrg udah tuek🤭

    BalasHapus
  3. Ngga apa-apa mba Rey suka selfie soalnya cantik ini.😁

    #mujibiardikasihpulsa

    Aku masih ingat waktu kecil sepertinya bapak saya juga punya kamera tapi ngga tahu dimana hasil fotonya. Yang aku ingat kalo mau cetak foto biasanya ke studio mini di kota Brebes lalu tunggu sehari atau dua hari baru jadi.

    Aku punya hape kamera sepertinya taun 2010an tapi belinya seken, seken juga lumayan mehong apalagi baru.😄

    Kalo aku malah jarang selfie, ntah kenapa malas saja, mungkin takut kalo selfie hasilnya suka blur.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo dah dapet pulsanya, bagi-bagi ya bang hehehehe

      Hapus
  4. Saya sendiri gak terlalu suka selfie apalagi foto pose alay, hehehe. Jarang sih saya foto selfie kalau misalnya mau numpang ngaca atau fliter kameranya bagus, saya pun juga malu kalau liat foto selfie saya sendiri dan pernah share ke ig story meskipun wajahnya ditutupun pake masker atau ditutupin pake edit brush :))

    BalasHapus
  5. Nggak suka banget sama yang namanya selfie.. ahahaha saya lebih suka berada di belakang kamera dibandingkan di depan kamera. Makanya foto-foto saya sedikit sekali, itupun kadang hasil colongan teman.

    Di Facebook atau medsos juga tetap saja tidak pernah upload foto sendiri. Biasanya teman yang ngetag kalau ada hasil foto colongan mereka.

    Kalaupun selfie, kalau dipaksa si Yayang, barulah mau tidak mau, daripada dia ngambek.. Itupun sekedar untuk konsumsi keluarga saja. Tidak untuk yang lain.

    Buat saya sendiri selfie itu ga ada menarik menariknya, makanya saya malas banget. Lebih enak berfokus pada memotret orang lain.

    O ya pesen sama Rey, kalau mau selfie, perhatiin itu background.. Selfie sendiri seharus bisa menghasilkan foto diri sendiri yang lebih baik dan bukan cuma sekedar jepret. Kalau sudah bisa begitu, hasilnya bisa lebih maksimal loh..

    Saran sajah

    BalasHapus
  6. aku termasuk jarang selfie kalau ga terpaksa, tapi banyak ga seringnya , meskipun pas traveling sendiri, hampir ga pernah selfie, palingan minta tolong difotoin
    dannnnn aku dulu waktu masih kecil, suka nangis kalau difoto, maklum masih balita hahahaha, tapi pas gede kok ya addict foto

    aku masih inget betul momen momen waktu hits nya foto box itu mbak, yampunnnnnn zaman kuliah banyak banget koleksi fotoku,, sampe sekarang masih aku simpen, ehhh kalau kayak gini disebut selfie juga ga ya hahahaha
    tiap ke mall, dulu sering banget foto yang di box itu, dari yang ukuran boxnya cuman muat 2 orang, sampe yang 6 -7 orang alias yang gede juga pernah. yaampun kenangan banget ini

    BalasHapus
  7. Rey, aku selalu suka liat foto2 temen yg sdg selfie, dan kadang kepengen bisa PD seperti itu😅. Tapi memang dari zaman baheula, rasanya kamera ga terlalu suka Ama aku, yg hasil fotonya dari 100 palingan 10 yg bagus 🤣🤣.

    Makanya aku benci liat foto pas foto zaman tk-kuliah. Hufft....

    Kalo foto2mu, jujurnya, baguuuus semua. Kamu fotogenic. Di kamera selalu bagus. Even sedang megang produk gitu, ttp gayanya kliatan luwes 😁. Ga kebayang kalo aku wkwkwkwkwk. Makanya kalopun pajang foto, pose begitu2 aja, kaku, dan mostly pasti rame2 :D. Krn segitu ga PD nya sih😅. Tiap trveling, yg ada aku LBH suka ambil foto org lain, biasa suami aku jadiin model. Ato foto sekitar, yg pasti bukan fotoku :D

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)