Bukan Wanita Kuat, Hanya Tak Mau Hidup Susah

bukan wanita kuat

Saya bukanlah seorang wanita kuat. Duh kata siapa si Rey ini kuat, mandiri dan hebat?. Percayalah, Allah mengabulkan doa maksa si Rey untuk dijodohkan dengan papinya anak-anak. Terus dikasih 2 anak lelaki yang luar biasa, karena dia adalah wanita yang butuh banyak lelaki untuk mendukungnya.

Si Rey yang sejujurnya itu adalah, seseorang yang cengeng, yang mager, yang perfeksionis, yang penakut, ke mana-mana harus ditemanin, hahaha.

That's why saya berjodoh dengan papinya anak-anak, yang udah kek paket lengkap, melengkapi semua kekurangan saya. 

DULUNYA, TAPI! hahaha.

Lalu dikasih 2 anak lelaki, yang menjadi back up perhatian papinya, ketika akhirnya papinya tidak lagi seperti dahulu. 

Jadi, kata siapa si Rey yang kalau sesekali nulis positif itu, adalah seseorang yang kuat? atau lagi pencitraan? kagak!.

Saya nulis demikian ya buat menyemangati diri, untuk lompat dari lantai masalah, karena saya nggak tahan hidup susah dalam masalah berlama-lama.

Begituh!


Banyak orang yang menganggap, seseorang dengan tulisan positif adalah cerminan 2 hal, yaitu : pencitraan dan asal ngomong.

Well, pencitraan, mungkin juga masuk sih. Lebih tepatnya ke 'personal branding'.

Kayak si Rey ya, dia kan kalau nulis di medsos itu biar ada kontak sama friendlist teman facebook, biar nggak lupa kalau si Rey ini masih nulis di blog. Biar ketika ada yang mau baca, boleh banget klik blognya, hahahaha.

Tapi kalau asal ngomong, nggak juga sih.

Sejatinya, semua hal yang saya tulis di manapun itu, biasanya bersumber dan untuk diri sendiri dulu, baru deh buat orang lain.


Seperti ketika saya menulis, tentang mempertahankan pernikahan. 

Duh, nggak sekali dua kali loh saya mendapatkan komentar di mana konotasi seseorang yang bertahan dalam pernikahan yang kayaknya kok nggak bahagia, adalah sebuah kebodohan.

Padahal, nggak sekali dua kali juga, saya menuliskan bahwa mempertahankan pernikahan, apalagi demi anak itu, adalah sebuah keputusan untuk menderita seumur hidup.

I mean, woeeeee...woeeee..woeeee!!!

Even manusia-manusia hebat yang dikasih ujian keterbatasan fisik dan mental oleh Allah, pasti dikasih kelebihan juga kan.

Apalagi yang masih punya tubuh yang normal, pikiran yang normal.

Do something selain meratapi nasib, kan bisa ya!

Jadi, siapa bilang, istri yang mempertahankan pernikahannya karena anak itu, seumur hidup akan menderita. Kayak kalau udah cerai, auto bahagia tak berujung aja.

Padahal, banyak juga yang setelah cerai, eh malah makin stres dan menderita karena terlunta-lunta, ujung-ujungnya asal nerima lamaran orang lain, tapi ternyata salah juga.

Eh maaf, jadi meluas dah bahasannya, hahaha.

Intinya demikian, bahwasanya mempertahankan pernikahan demi anak itu, nggak melulu jadi manusia yang ngenes. Apalagi si Rey!.

Mengapa?

Karena AKOH SANGAT TIDAK TAHAN HIDUP SUSAH!

Suer!   

Saya salut loh sama orang-orang yang marah berlama-lama, galau berlama-lama, menikmati sakit hati dan kesedihan berlama-lama.

Ya ampuuunn, akoh sungguh tidak tahan sedih, nangis, sakit hati berlama-lama. Serius!

Menurut saya, sedih, susah hati, marah, memendam dendam, itu bikin hidup jadi susah aja nggak sih. Segala hal jadi terasa nggak asyik.

Jadi, kalau saya marah, kesal dan sedih, saya pasti ngamuk, saya pasti marah, saya pasti nangis, bahkan kadang jejeritan.

Tapi, setelah itu, ya udah!.

Selesai sudah, waktunya bangkit, waktunya cari duit, waktunya beraktifitas dengan baik, hehehe.

I know, mungkin saya nggak normal, tapi dengan cara demikian, Alhamdulillah hidup saya baik-baik saja. Pernah sedih, pernah terpuruk, pernah coba bunuh diri juga, hahaha.

Tapi, saya anggap semuanya adalah sebuah perjalanan hidup, sebuah persinggahan sementara ketika lelah. Abis itu? ya udah, maju terus pantang mundur, wakakakaka.

Tapi abis itu meledak, Rey?

Ya mungkin, jika memang lagi marah, eh enggak sih, biasanya tuh saya meledak kalau lagi capek dan nggak punya duit, wakakakaka.

Makanya, kalau duit udah menipis, saya kencengin tuh kerja dan minta sama Allah nya, biar Allah nggak biarin saya benar-benar nggak punya duit. Bukannya apa-apa, ada anak-anak yang kudu dikasih makan, dibayar biaya sekolah dan lainnya.


Jadi begitu deh, jika ada yang menilai saya adalah wanita kuat, yang bisa bertahan dengan semua kondisi kurang menyenangkan.

Saya rasa itu adalah sebuah kebiasaan yang terbentuk sejak kecil kali ya, hasil didikan bapak saya. Di mana, ajaran bapak saya tuh ya, bisa nggak bisa ya harus bisa.

Jadi, yang namanya jalan dan terjatuh, boleh saja nangis, boleh ngamuk, tapi jangan lama-lama, abis itu bangkit lagi, dan secepat mungkin untuk bangkit.

Kok bisa? itu karena mental yang kuat, kan?.

Kagak!

Itu karena saya udah punya kebiasaan jatuh ya cepat bangun, jadi seperti apapun hidup yang saya hadapi, saya selalu cari cara untuk bisa secepatnya bangun.

Entah saya menulis agar beban cepat tersalurkan, nggak menetap di bahu. Entah saya makan biar gendut *loh? hahaha.

Maksudnya, saya selalu mencari cara yang tepat dan cepat, agar nggak kelamaan berkutat dalam masalah, karena saya nggak suka hidup dalam masalah, masalah itu bikin hati susah, dan saya nggak suka hidup susah.

Jadi begitulah, bukan wanita kuat, saya cuman nggak suka dan nggak mau hidup susah, makanya saya cepat lompat jauh-jauh dari masalah. 

Kalau wanita kuat kan, pastinya bertahan dengan sabar. Tetap tenang dalam masalah yang ada.

Doh, bukan saya banget itu! 

Si Rey, kalau ada masalah, ya nangis, ya heboh. Meskipun bukan untuk pembenaran ya ini, saya pun masih berusaha, agar suatu saat jadi wanita kuat yang tenang menghadapi masalah hidup.

Namun yang bisa saya pastikan adalah, berlama-lama memendam susah hati adalah bukan saya banget!. Itu adalah situasi yang nggak enak banget, yang susah banget, ogah banget betah di kondisi tersebut. Tapi emang dalam keterbatasan, saya nggak bisa seenaknya pergi dari kondisi demikian.

Yang bisa saya lakukan adalah, bagaimana memperlakukan diri, agar bisa 'dancing with the problem'. Ngerti nggak?

Maksudnya, berdamai dengan keadaan, meski itu mungkin buruk, dan mungkin itu adalah sesuatu yang nggak pengen kita hadapi. Tapi menyadari, dalam hidup ini memang tidak selalu, semuanya bisa kita dapatkan.

tips atasi kesedihan

Dan ketika itu ada di depan kita, daripada sibuk nahan sakit hati, mending lakukan sesuatu, sehingga kita bisa move on dari rasa sakit itu, salah satu yang termudah ya dengan mengendalikan pola pikir kita. Dan kendaraan untuk itu bisa beragam, kalau saya tentu saja bisa melalui menulis.

Makanya, kalau ada yang bertanya-tanya,

"Mbak Rey kok, kalau marah suka nulis di medsos?"

Ya itu dia, daripada pendam sendiri, terus gila kan? hahaha.

Namun itu bukan sebuah kebenaran dan pembenaran ya, percayalah saya pun masih selalu mencari cara, agar release masalah yang ada di pikiran dan hati, bisa dengan cara lain selain nulis di medsos.

Meskipun sejatinya saya nulis di medsos itu ada maksud lain ya selain release beban masalah, yaitu karena saya dicuekin lawan bicara, and i hate that

Apapun itu, semoga saya bisa jadi wanita kuat yang dilabelkan beberapa orang ke saya. Dan semoga wanita-wanita di luar sana juga mau dengan semangat dan kesadaran diri, untuk segera 'lompat' dari lembah masalah yang nggak enak itu.

Mari kita benci hidup susah, karenanya pas hati susah, segeralah bergerak, do something agar kita kembali bahagia.

Bukankah, kebahagiaan kita, sejatinya adalah tanggung jawab kita sendiri?


Surabaya, 28 Januari 2024

4 komentar :

  1. Salam kenal kak Rey. Yap setiap orang punya masalahnya masing-masing dan terkadang yang kita lihat ia kuat belum tentu demikian. Saya setuju, saya juga terkadang ngasih waktu untuk sedih dulu, nangis dulu, tapi jangan lama-lama untuk setelahnya segera bangkit. Semoga sehat selalu ya Kak dan tetap semangat.

    BalasHapus
  2. Setuju banget, aku juga termasuk orang yang kalau ada masalah atau kegalauan terhadap sesuatu itu gak mau dipendam. Jadi apapun masalahnya kalau bisa dilepas lewat tulisan, kadang juga bikin story terus hapus secepatnya itu malah jadi lebih lega. Jadi ada media untuk mengungkapkan itu daripada harus dipendam sendiri hhe.

    BalasHapus
  3. Setuju mba, wanita itu bisa hidup susah, tapi kalau bisa jangan lama-lama. Mentang-mentang bisa terus malah dibuat sengsara. Big No! Entah keputusan akhirnya akan bertahan ataupun berpisah juga pasti dipikirkan masak-masak apalagi ada anak. Bertahan karena anak juga malah sengsara sendiri. ahh complicated lah kalau bahas hubungan yaak!

    BalasHapus
  4. Setuju rey. Aku termasuk ga suka sedih terlalu lama. Bikin stress. Banyak kerjaan lain jadi terbengkalai. Trus yg rugi siapa? Ya kita juga kan. Ga mungkin orang lain. So, ngapain ngerusak diri sendiri kalo gitu.

    Itulah kenapa kita hrs cinta ama diri sendiri.

    Sedih, ya boleh. Tapi bentar aja. Sekedar nangis kenceng, bebasin semua rasa sakit. Trus kalo udah puas, ya bangkit lagi, cari solusinya apa. Aku ga suka punya masalah lama2. Sebisa mungkin selesaikan secepet mungkin.

    Makanya sebel kalo ada temen yg galaaaaau mulu. Tp pas ditanya masalahnya ga mau ksh tau. Gitu aja trus sampe capek. Aku mah ga rugi, yg rugi dia... 😁

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)