Ikan Asin, Pola Pikir dan Rasa Syukur

Ikan asin dan rasa syukur

Sharing By Rey - Pagi ini, rebahan di kasur mencukupi darah yang hilang, membuat saya buka Facebook.

Lalu saya scrolling, dan menemukan sebuah tulisan panjang yang di-share oleh seorang sahabat di Facebook.

Tulisan itu berjudul 'menahan gaya demi perasaan keluarga'.

Namun entah mengapa saya salah fokus dengan ikan asin yang menjadi sebuah pelengkap tulisan tersebut.

Dalam tulisan tersebut digambarkan bahwa, ikan asin merupakan sebuah makanan pelengkap di kala susah.

Tidak salah sih.

Saya pun pernah mengalami hal tersebut, di masa kecil dulu.
Kalau itu, ikan asin menjadi lauk kami di masa paceklik.

Masa ketika ikan yang dijual di pasar menjadi sangat mahal dan rebutan belinya, sementara uang mama tidak cukup untuk membeli lauk lainnya.

Satu-satunya lauk yang bisa terbeli adalah ikan asin.
Which is, ikan asin adalah lauk yang paling murah saat itu.

Mama biasanya mengolah ikan asin tersebut menjadi makanan yang sederhana.
Entah digoreng, kadang dibakar, atau ditumis.

Tentunya tak lupa dengan sambal segar, dari cabe rawit segar yang dipetik pada pohonnya langsung, serta tomat yang juga segar, biasanya diberi perasan jeruk dan dikasih minyak kelapa secukupnya.

Ngiler!πŸ˜…

Lalu tiba-tiba saya merasa betapa merindukan ikan asin, terutama ikan asin di masa kecil saya, di mana ikan asin dulunya, dibuat sama sekali nggak berhubungan dengan bahan non food yang sekarang sering bikin parno kalau beli ikan asin, yaitu dikasih zat kimia non food.

Ikan asin yang segar, namun memang seringnya cuman dilirik saat sedang paceklik.
Padahal, rasa dan nikmatnya tidak kalah dengan lauk lainnya.

Lalu saya tiba-tiba tersadar, bahwasanya hidup ini sederhana, kitalah manusia yang membuatnya ribet, dengan pola pikir kita sendiri.

Seperti ikan asin yang dikastakan sebagai lauk kala susah, padahal bisa jadi ikan asin juga dirindukan saat kapanpun, tak peduli susah maupun senang.

Saya tidak mengatakan kalau saat ini saya senang banget, tapi tak dipungkiri, keadaan saya saat ini jauh lebih baik ketika dulu, karena saat ini, saya bisa memilih lauk lainnya untuk makan.

Meskipun ujung-ujungnya merindukan ikan asin, hahaha.

Pada akhirnya memang, tak perlu kita mengkastakan sesuatu sebagai hal yang mutlak.
Misal, ikan asin untuk orang nggak mampu.
Tapi, cintailah semua lauk pada saat apapun.

Sehingga tak ada lagi rasa semacam meratapi nasib ketika makan lauk ikan asin, dan merasa bangga dan pamer saat makan lauk daging sapi or something.

Atau, merasa merendahkan ketika liat orang makan ikan asin, dan merasa miskin banget ketika belum bisa makan lauk daging.

Padahal ya semua itu hanya sebatas pola pikir semata, di mana semua makanan itu, pada akhirnya akan sama-sama diproduksi masuk ke tubuh, dan disaring menjadi kotoran.

Saya belajar tambahan lagi, tentang rasa syukur, tentang bagaimana menikmati masa kini, apa yang ada sekarang, karena semua itu akan berlalu, dan bahkan suatu saat masa tersebut akan dirindukan, ketika kita sedang merasa lebih buruk dalam hal lainnya.

Semua nya hanyalah pola pikir dan sudut pandang, tentang bagaimana kita memandang dan memaknai apa yang kita alami saat ini.

Meski sejatinya, praktiknya tak semudah tulisan ini.
Tapi amat sangat pantas untuk selalu dicoba.

Bukankah, demikian?

Surabaya, 19 April 2021

29 komentar :

  1. aku waktu kecil kayaknya ga pernah makan ikan asin
    makan ikan asin pas udah gede dan lupa kapan itu, karna dulu aku nggak begitu suka
    sekarang mah suka aja, kalau diinget inget lagi bingung juga kenapa dulu ga begitu suka ikan asin
    kalau dimakan sama sambel aja udahh enak plus ditambah nasi panas, huuuu mantapp

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun, saya kok nulis ini sendiri, lalu ngiler sendiri 🀣

      Hapus
    2. hahaha enak kayaknya mbak, yuk masak mbak hahaha

      Hapus
  2. saya suka ikan asin, ketimbang ikan basah, Mbak Rey. He he ... Saya tidah malu makan ikan asin.

    BalasHapus
  3. Ngomong ikan asin, aku ingat wkt masih di Bandung, aku dan teman2 sering masak ikan asing yang dari pangandaran itu,lupa namanya eh...

    Ikan asinnya disambel, trus dicampur sama terung, terus dikasi pete hihi, enak pisan euy.. bisa nambahπŸ˜…

    Udah berapa banyak taun ini gak pernah ketemu ikan asin lagi....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya, baru keinget nama ikan asin
      'Ikan asin jambal roti.' Hahahah ini dia ikan asin terensk yg pernah aku makan🀣🀣

      Hapus
    2. Jambal rotinya yang tebel gitu yah.. nyummyyy banget dah..

      Hapus
  4. aku gak gitu doyan ikan asin mbaaa.. kecuali ikan asinnya udah direndem dulu, jadi rasanya gak terlalu asin gitu, baru aku doyan.. hehhe.. terus diolah deh jadi ikan asin sambal ijo, atau buat pelengkap makan sayur asam. itu baru nikmatsss :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masakan di rumah keluarga kami juga sebelas-dua belas dengan yang Mba Thya sampaikan 😁 Malahan menurut saya kombinasi ikan asin + sayur asam itu top markotop!

      Hapus
    2. Kalau yang tebel gitu dan lama, memang sebaiknha di rendam dulu, kalau enggak asyiiinnnnnn πŸ˜‚

      Yang tebal itu enak, apalagi kalau dimasak pedas, duh ngiler.

      Waktu kecil nggak pernah makan sayur asem sih, biasanya Ama sayur kelor masak bening.
      Atau kadang pepaya muda dimasak rebus Biasa gitu.
      Ya ampooonnn kungiler πŸ˜‚

      Hapus
  5. duku kalau paceklik aku malah senang makan garam dan kerupuk
    subhanallah itu nikmat banget si mbak
    tapi memang ikan asin kalau pakai sambal enak banget
    itulah alasan farida Nurhan rame banget channelnya karena suka banget makan sama ikan asin
    sebuah kesederhanaan yang sbeenarnya maknanya kaya sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernah juga nih, tapi kami dulu makannya nasi pake garam dan minyak kelapa.
      Malah enak, hahaha.
      Kadang mama bikin minyak kelapa, ada ampas minyak, itu dicampur sambal, Masha Allah enaknya.
      Sebenarnya, tanpa kita sadari, makanan paceklik itu enak ya :)

      Hapus
  6. Aku sebenernya suka ikan asin, tapi pernah makan yang asiiiiin banget jadi kayak bikin trauma sendiri wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah, mungkin dicucinya nggak benar-benar, jadinya ikan keasinan 🀣

      Hapus
    2. Eh? Bisa karena ngga dicuci dengan benar ya? AKu baru tau wkwkwkw

      makasi loh ini mba informasinya wkwkw :d

      Hapus
  7. Buka blog mbak rey, judulnya ikan asin, jadi inget ibuku yg sering masak ikan asin dengan berbagai variasi bumbu. Waktu daerah pantura kena banjir, harga ikan asin & teri meningkat pesat mbak, bahkan jadi lebih mahal dari daging ayam & sapi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibunya pinter masak ya, mama saya bisanya digoreng atau bakar doang, kadang di santan sih, tapi seringnya di goreng/bakar dan pakai sambel, astagfirullah, kulapar πŸ˜…

      Hapus
  8. Tidak ada kelas dalam makanan, begitu juga tidak ada kelas dalam blogging.

    Cuma kadang manusia karena ingin terlihat keren, mereka buat kasta-kasta supaya mereka jadi terlihat lebih hebat daripada orang lain.

    Nah, makanan pun pada akhirnya juga dibuatkan kelas kelas khusus... wkwkwkwkw

    Prinsip saya mah EGP.. wkwkwk.. gue suka ikan asin, apalagi gabus, jambal, teri atau sepat.. doyan.. Gapapa deh disebut orang miskin juga.. hahaha.. yang penting gua suka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks kok lapar jadinya ya? 🀣🀣🀣

      Itu ikan asin Jambal paling enyak ya?
      Ikan teri my fav juga Bapak! πŸ˜€

      Hapus
  9. Saya sebenarnya bingung, kenapa ikan asin identik dengan kaum miskin, kecuali dari harganya yang cukup murah. Padahal ikan asin selain mudah pengolahannya, sehingga cocok juga dikonsumsi oleh "orang kaya" yang katanya sibuk dan tidak punya banyak waktu luang untuk memasak, ikan asin juga tinggi kandungan gizinya. Kalsium, protein, zat besinya, semua tinggi dan bermanfaat bagi siapa pun yang mengonsumsinya, tanpa pandang bulu dan kelas sosial. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikan asin juga mihil hihihi.
      Kalau di Buton, yang ikan asin tebal dan masih baru itu lumayan harganya, meskipun lebih mahal di Jawa sih :D

      Tapi sedih ya, kenapa di identikan ama kaum bawah, padahal ya enak :D

      Hapus
  10. paling suka ikan asin dibakar, trs digeprek alus. Makannya dengan sambel matah.. duh. Mertua lewat, bisa gak ditengok :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ckckckckc, abis itu jadi sinetron, mantuku selingkuh dengan ikan asin dan mertua dicampakan, hahahaha

      Hapus
  11. Ikan asin itu paling enak kalo digoreng, bukan daging ikannya tapi bau nya itu nikmat banget. πŸ˜‹

    Memang sih makan ikan asin tidak harus di kala susah saja, sekarang juga bisa makan ikan asin dengan sayur asem plus sambel terasi, asal jangan kebanyakan karena takut darah tinggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dagingnya juga enak Mas, tapi memang kudu yang ikannya masih segar dan dagingnya tebal, biasanya dimasak pakai cabe ijo, masha Allah, enyaaakkk :D

      Nah iya, abis itu ngamuk-ngamuk, darah tinggi kumat :)

      Hapus
  12. Sehingga tak ada lagi rasa semacam meratapi nasib ketika makan lauk ikan asin, dan merasa bangga dan pamer saat makan lauk daging sapi or something

    Suka banget bagian paragraf yg itu Mba rey. Kadang orang memang terlalu melabeli sesuatu n berujung mengurangi rasa syukur. Makasi untuk remindernya Mba Rey 😍😍

    Klo aku suka bgd sama ikan asin. Apalagi klo diolah jd nasi goreng ikan asin ditambah pete. Yaampun itu salah satu kenikmatan dunia bgd πŸ˜„πŸ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi, i love nasi goreng ikan asin, salah satu menu yang paling saya sukai kalau ke tenpat makan favorit satu mall di Surabaya hihihi.
      Di Chinnese food juga, biasanya saya pasti bakalan pesan nasgor ikan asin, sayang yang ikan asinnya kotak-kotak itu jarang :D

      Hapus
  13. Saya suka ikan asin tapi yang ga terlalu asin, he, he. Apalagi kalo makannya sama sambel dan sayur lodeh. Hmm menggugah selera.

    Kalo dulu ikan asin memang dibilang lauk saat krisis, ya. Mungkin karena harganya paling murah, tapi kalo sekarang ikan asin sudah bersaing dengan ikan-ikan yang lain. Jadinya saya lebih memilih yang segar aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang harus dicuci yang bersih :D
      Kalau enggak, kek makan garam, bisa asiiinnnn banget dan pahit malah hahaha.
      Kalau saya biasanya direndam bentar, trus dicuci yang bersih, jadinya ga terlalu asin :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)