Sewaktu belum pulang ke Surabaya, saya sering diminta oleh banyak orang untuk pulang saja ke Buton. Baik teman-teman, apalagi keluarga besar di Buton.
Sayangnya, saya kesulitan untuk menjelaskan bagaimana peliknya masalah saya, sehingga tak bisa pulang dan tinggal di Buton, salah satunya karena masalah drama berasa macam, (bukan) Ipar Adalah Maut.
Ini complicated banget sih, karena sebenarnya sejak kecil saya dan kakak perempuan satu-satunya saya, selalu kesulitan bisa akur. Adaaa saja yang kami berselisih paham.
Dalam POV saya, salah satu penyebab pertengkaran adalah, karena saya tak tahan dengan semua aturan hidupnya, disertai sifatnya yang mau menang sendiri, harus diikutin semua maunya, dan suka banget bantuin atau baik ke orang, tapi ketika ada masalah sedikit, diungkit sampai berkali-kali lipat.
Kakak juga sering terlalu banyak bicara hal-hal yang sebenarnya nggak penting dan nggak perlu. Bahkan selalu merasa dia yang paling pinter, hebat dan nomor satu deh.
Entah karena dia memang besar dengan tante yang punya sifat kayak gitu, atau memang udah gen sejak lahir kek gitu. Intinya dengan sifatnya itu, saya nggak tahan hidup di dekatnya.
Bahkan mama dan bapakpun sepakat dengan saya, mereka juga nggak tahan dengan karakter kakak saya itu.
Dengan semua keadaan tersebut, kondisinya diperparah dengan ketika dia menikah dengan lelaki, yang lebih dulu mengenal saya, dan punya riwayat pernah mengejar saya bertahun-tahun meskipun sudah saya tolak dengan tegas.
Super complicated kan jadinya.
Makanya, saya memutuskan, hidup jauh dari kakak dan ortu adalah keputusan yang terbaik. Yang mana karena keputusan tersebut, saya harus membayar mahal dengan membuat mama menilai saya maunya enak-enakan di kota besar dan melupakan ortu sendiri.
Karena itulah, mama akhirnya tak peduli lagi dengan saya, apalagi setelah bapak meninggal, makin tutup matalah mama sama saya. Sampai akhirnya dia sakit-sakitan dan terpaksa harus tinggal di rumah kakak, lalu akhirnya dia nggak tahan juga dengan sifat kakak.
Karena itulah, mama akhirnya memutuskan untuk memanggil saya pulang dari Surabaya, dan sampai hari ini akhirnya saya merelakan si Kakak tinggal sama neneknya, sementara saya ngekos di Baubau.
Drama Perselisihan Dengan Kakak dan Ipar Melibatkan Dunia Militer
Jadi, baru saja sebulanan yang lalu saya mengalami masalah yang pelik dan terus terang ini jauh lebih berat ketimbang semua masalah yang pernah saya alami di Surabaya.
Saya sampai harus berurusan di Kodim Buton, dan bertemu dengan pimpinan instansi tersebut.
Bayangkan, baru saja saya rempong bolak balik ke Polrestabes Surabaya berurusan dengan masalah penelantaran keluarga. Eh sampai di Buton berurusan dengan tentara.
Dan tentunya hal ini meninggalkan rasa trauma mendalam terhadap para abdi negara yang mengenakan loreng-loreng tersebut.
Ceritanya berkaitan dengan alasan mengapa saya nggak mau pulang ke Buton selama puluhan tahun, salah satunya ya karena kakak ipar saya, dulunya menyimpan perasaan pada saya.
Masalahnya adalah, meski sudah diperingatkan berulang kali, tapi lelaki tersebut tetap tak bisa mengontrol perasaannya. Yang tentunya ini masalah besar untuk perempuan nggak tegaan kayak saya.
Di sisi lain, kakak saya yang tak pernah tahu kelakuan suaminya terhadap saya, tetap baik bahkan terlalu baik pada saya. Seperti biasa, kakak saya ini memang orangnya super baik buanget. Namun, kebaikannya bikin saya nggak nyaman, karena itu seperti menimbun 'bom diungkit' ketika nanti ada masalah.
Nggak tahan lagi, akhirnya saya bongkar kelakuan suaminya secara halus. Maksudnya agar kakak nggak terlalu shock, dan dengan kakak saya tahu, dia akan lebih menjaga saya, serta lebih penting lagi, kakak ipar akan lebih menjaga sikap dan perasaannya.
Akan tetapi, ternyata semua tak berjalan sebagaimana mestinya. Ketika kakak saya tahu, suaminya malah kabur dari rumah, dan memilih kantornya untuk bisa tidur malam itu.
Saya ingat banget, malam itu 23 Agustus malam Minggu. Saya diajak kakak keliling cari suaminya dan ditemukanlah di ruangan kantornya.
Ngamuklah kakak saya, dan memaksa petugas yang berjaga di sana untuk segera memproses laporan perbuatan suaminya. Dan malam itu, eh tepatnya dini hari tanggal 24 Agustus itu, saya, kakak dan kakak ipar di BAP oleh petugas yang ada di sana.
Namun sebenarnya itu hanya emosi sesaat kakak saya, keesokan harinya dia sesali deh laporannya. Sepertinya dia takut suaminya dipecat karena laporannya.
Sayangnya, karena sikap tak bisa tenang dari kakak, bikin berita itu menyebar luas. Ujungnya saya yang mendapatkan tatapan sinis dari banyak orang yang menerima screenshoot chat yang saya kirim ke kakak tersebut.
Sementara mereka udah baik-baik saja, jadinya kok saya yang semacam pelakor buat rumah tangga mereka dan harus menanggung malu sendiri.
Saya pun nggak terima, dan karena itu mereka berbalik memusuhi saya. Apalagi suami kakak memanfaatkan kondisi tersebut untuk mencari simpati dari istrinya, di mana dia memutar balikan fakta dan memberitahukan bahwa saya lah yang menggoda suaminya.
Luar biasa kesalnya saya.
Saking kesalnya, saya datangin deh ke Kodim, dan meminta bertemu pemimpin mereka. Nggak sampai di situ, suami kakak malah mengompori saya dengan kata-kata seolah dia kebal di sana. Bahwa semacam laporan saya nggak berarti apa-apa di sana.
Sebenarnya saya tahu, kalau melaporkan oknum tentara itu langsung ke PM (Polisi Militer), bukan di kantornya. Tapi meski hati kesal minta ampun, tapi saya masih punya nurani, di mana saya tahu kalau lelaki itu ayah dari keponakan-keponakan saya. Kalau dia dipecat atau semacamnya, kan yang kasian anak-anaknya juga, keponakan saya.
Namun mendengar perkataannya yang seolah meremehkan saya, yang seolah semakin memperlihatkan kalau dia nggak salah, saya yang salah menggoda dia. Ya udah, saya keluarkan jurus andalan saya, yaitu #NoViralNoJustice.
Sebenarnya saya cuman spill dikit-dikit di medsos, maksudnya bertahap gitu. Tapi ternyata hal ini sangat berpengaruh, apalagi satu postingan saya di instagram di mana di situ saya menge-tag pemimpin tertinggi mereka, baik di provinsi maupun di pusat, malah lumayan viral dengan view yang banyak.
Dalam sekejap keadaan berbalik, giliran mereka yang ketakutan dan menggunakan semua hal untuk membujuk saya agar postingan itu di 'take down'.
Salah satunya dengan mengusir saya dari rumah mereka.
FYI, sejak awal Juli 2025 ini saya memang pindah ke Baubau dan diminta tinggal di rumah mereka yang tidak ditinggali. Mereka memilih tinggal di asrama Kodim karena letaknya di tengah kota sehingga memudahkan mobilisasi sehari-hari.
Dengan adanya masalah ini, hal tersebut digunakan untuk menekan saya. Sayangnya mereka lupa, kalau saya bukan perempuan biasa. Bukannya takut, yang ada saya upload bukti chat tersebut di facebook, lalu dibaca oleh keluarga saya di Baubau.
Karuan saja semua keluarga marah besar padanya. Sehingga akhirnya masalahnya jadi lebih besar, karena keluarga udah pada tahu.
Singkat cerita, karena postingan tersebut viral, makin takutlah tuh laki demikian juga istrinya. Dan hal ini sekaligus bikin saya ilfil berat sama kakak saya.
FYI sebelum masalah ini mencuat, kakak saya yang memang sudah tak akur dengan suaminya, berulang kali mengeluh pengen cerai. Tapi, bahkan setelah ada kesempatan, yang ada dia malah takut suaminya dipecat atau dimutasi, karena dia harus mengurus 3 anaknya sendiri.
Ya elaaahh, padahal dia selalu bilang kalau saya harus kuat mengurus anak-anakku sendiri. Harus tunjukan ke papinya anak-anak kalau saya bisa. Giliran posisi tersebut di depan matanya, dia malah menyerah sebelum berperang.
Singkat cerita, bukan hanya tuh laki dan istrinya yang ketakutan dipecat gegara postingan saya, tapi juga semua keluarga besarnya.
Termasuk saudara sepupunya yang menjadi teman akrab saya, mati-matian dia membujuk saya untuk memaafkan sepupunya itu, termasuk saudara-saudara bahkan ibu si laki tersebut.
Sementara di pihak keluarga mama, marah besar dan menyarankan saya untuk lapor ke PM saja. Tapi saya belum berani bertindak sejauh itu, saya hanya menanti atasan si laki untuk meminta pendapatnya atas masalah tersebut.
Di sisi lain, kakak saya semakin nggak karuan menghadapi masalah tersebut, dia bahkan mengajak ibu-ibu instansi tersebut untuk melabrak saya ketika sedang berada di kantor instansi tersebut. Untungnya cuman 1 ibu yang ikutan, itupun tetangganya. Ibu-ibu lainnya tak ikut-ikutan.
Dan saya juga dilindungi dengan baik oleh tentara yang ada di ruangan kantor tersebut.
Tak berhenti di situ, kakak juga memaksa mama untuk mengusir saya, menelpon semua keluarga untuk memusuhi saya. Bahkan menceritakan hal-hal yang vulgar yang bikin saya jijik mendengarnya.
Bukan hanya saya, si Adik yang sering diajak tinggal di rumahnya pun kena batunya, dia diusir pula oleh mereka.
Pokoknya semua hal mereka lakukan, demi saya menyerah dan menghapus postingan yang viral tersebut, tapi saya nggak mau.
Sampai akhirnya keesokan malamnya, kakak-kakak sepupu saya meminta kami berkumpul di rumah salah satu saudara, untuk diskusi masalah kami. Untungnya ada para tentara yang menyaksikan pertemuan tersebut.
Di situ saya meminta si laki itu untuk menceritakan dengan jujur duduk masalahnya, tujuan saya cuman satu, saya pengen kakak saya mendengar langsung pengakuan dari mulut lakinya, agar tahu sebenarnya yang ganjen itu siapa?.
Akan tetapi, kakak saya udah nggak bisa berpikir jernih, seperti karakternya biasanya. Dia tetap menyalahkan saya, bahkan dia memukul kepala saya sampai benjol dan berkunang-kunang sampai 3 harian.
Jujur banget, demi Allah saya nggak bisa terima perlakuannya terhadap saya hingga hari ini. Bahkan sakit hati ini tak pernah bisa hilang meski saya udah mencoba memaafkan.
Ujungnya, pertemuan itu malah menguntungkan dia, di depan keluarga dia malah bercerita tentang sikap suaminya yang tak mau jujur tentang uang kepadanya.
Saya hanya menarik nafas dan menahan sakit hati sambil pulang, hanya bisa curhat ke Allah tentang bagaimana sakit hati saya atas perlakuan mereka.
Setelah itu, salah seorang tentara meminta saya menghapus postingan, dan karena mereka udah menunjukan itikat baik tentang masalah saya, akhirnya postingan yang viral itu saya take down malam itu juga.
Cuman diarsipkan sih, bisa dipost kembali *eh, hahaha.
Alhamdulillahnya, keesokan harinya pemimpin mereka akhirnya bisa menemui saya. Kami bertemu dan berbincang-bincang hingga kurang lebih 3 - 4 jam lamanya. Jadi lama banget karena pemimpinnya meminta saya maupun laki tersebut menceritakan masalah tersebut dari awal kami bertemu.
Sayangnya, kakak saya menggunakan alasan kesehatan mentalnya untuk tak mau mengikuti pertemuan tersebut. Dan saya lagi-lagi kesal banget dengan kepengecutannya.
Padahal, tujuan utama saya membawa hal tersebut ke atasan si Laki, ya agar kakak saya bisa dengar pengakuan jujur dari mulut suaminya, sebenarnya gimana sih cerita sebenarnya?.
Dan memang terjadi, karena di depan atasan nomor satu di Buton itu, dia nggak berani berkutik atau menyangkal, dia ceritakan semuanya, dan setelahnya habis dah dia dimaki-maki oleh atasannya.
Atasannya berjanji akan tetap memproses hukumannya secara militer. Saya sebenarnya nggak peduli akan itu, yang saya pedulikan adalah bagaimana tanggapan kakak saya terhadap saya, dan bagaimana tanggung jawab si laki yang suka memutar balikan fakta itu dalam mengembalikan nama baik saya.
Untungnya, pemimpin mereka berjanji melindungi saya dari setidaknya semua anggotanya termasuk istri-istri anggotanya.
Jadi, siapapun yang berani menghujat atau membahas lagi masalah tersebut, saya berhak melaporkan hal itu kepada perwira di sana.
Dan memang terjadi.
Keesokan harinya ada inbox di facebook yang masuk. Tanpa permisi, dia langsung menghujat saya katanya merebut suami kakak saya.
Saya nggak bereaksi, cuman nanya tahu gosip tersebut dari mana?. Katanya berita tersebut viral di Kodim.
Setelahnya saya screenshoot akun ibu tersebut, saya kirim ke kakak sepupu saya. Kakak sepupu saya langsung mengirim akun tersebut ke pihak kodim, dan dalam sekejap itu ibu minta maaf berkali-kali ketakutan karena suaminya langsung ditegur keras oleh atasannya saat itu juga.
Itu satu-satunya orang yang sempat menghujat saya, dan untuk teman kakak saya yang ikut melabrak saya siang kemarennya, saya maafkan saja meskipun sebenarnya gatel banget mulut pengen laporin dia juga ke atasan tertinggi mereka.
Sebagai pelajaran nih buat kita para ibu-ibu, jangan deh ikut-ikutan mencampuri masalah yang kita nggak tahu persis gimana ceritanya. Daripada kena sial karena urusan orang lain kan ye?.
Apakah masalahnya selesai?.
Enggak.
Setelah itu kakak sepupu saya meminta saya untuk segera cari kos dan pindah dari rumah mereka, setelah dapat saya diminta menanda tangani surat perjanjian, yang sebenarnya isinya cuman menguntungkan kakak saya aja.
Tapi saya udah nggak enak sama kakak sepupu yang udah berlelah-lelah membantu saya, jadinya saya nurut saja.
Sayangnya, saya nggak tahu apakah memang kakak saya kecintaan banget sama suaminya itu, yang meskipun udah diselingkuhi berkali-kali tetap dimaafkan. Atau memang kakak saya nggak mau bersusah payah mengurus anak-anaknya sendiri, jika suaminya dimutasi atau jika mereka cerai.
Yang jelas, setelah kejadian itu, dia sempat baik sama saya, tapi selalu ketakutan jika suaminya keluar rumah, sering dia langsung curhat ke kakak sepupu, dan kakak sepupu bolak balik mengingatkan saya agar jangan diam aja kalau suami kakak menghubungi saya lagi.
Hanya beberapa waktu dia baik sama saya lagi, dan terpaksa saya mencoba memaafkan saya, meski sakit hati tidak bisa terobati.
Siapa yang nggak sakit hati, saya dilabrak, dimaki, dihujat, dia hubungi semua orang termasuk mama dan dipaksa memusuhi saya.
Dia bahkan memaksa sahabat baik saya, Mila, untuk memusuhi saya. Dia menceritakan bagaimana liar dan gatelnya saya terhadap suaminya. Lalu kemudian dia memukul belakang kepala saya sampai benjol.
Demi Allah saya sulit menerima hal itu.
Saya hanya mencoba menerima kepeduliannya lagi, tapi tak bisa melupakan hal perlakuannya.
Suasana sudah kembali normal, dia kembali meminta agar si Adik ikut di rumah mereka saja. Sampai akhirnya ada kebakaran hebat di rumah mama Senin, 22 September lalu.
Baca juga: Another Ujian Hidup, Rumah Mama Kebakaran
Mulai lagi deh dia berulah, gara-gara dia saat itu sedang berada di Kendari, dan udah kebakaran jenggot membayangkan suaminya akan bertemu saya di rumah mama.
Luar biasa dia ngamuk-ngamuk, memaki saya, mengejek kalau saya anak yang dibuang mama. Dia tidak peduli keadaan saya dan kami semua lagi kebingungan karena kebakaran tersebut.
Saya stres mikirin keadaan si Kakak Darrell dan mama, eh dia sibuk ketakutan suaminya kepincut saya lagi, karena melihat saya di rumah mama.
Karena kesal, saya jawab semua chat kasarnya, saya beritahukan kenyataan yang selama ini saya tutupi, tentang bagaimana semua orang eneg pada sikap gilanya, nggak mau kalah, nggak mau salah, pokoknya dia maha benar.
Ujungnya dia marah besar, dan mengancam akan melaporkan saya ke Polres. Dengan santainya saya menjawab, bahwa saya siap menunggu panggilan dari Polres.
Dan akhirnya saat ini saya putuskan untuk cut off sekalian orang toksik kayak dia, biar hidup saya tenang dulu.
Cerita '(Bukan) Ipar Adalah Maut' Dimulai Di Sini
Sebenarnya semua masalah pelik ini, bermula sejak puluhan tahun lalu, ketika saya lulus kuliah STM dan mengikuti UMPTN di Kendari.
Ceritanya bisa dibaca di sini: Naksir Adiknya, Berjodoh dengan Kakaknya
Cerita lengkapnya nanti aja deh, rencananya saya mau bikin kayak e-novel *uhuk.
Intinya, sejak pertemuan kami di Kendari, dan dia berani-beraninya mencium saya ketika saya tertidur di kursi padahal kami belum kenal dekat. Saya kesal minta ampun karena dia nggak mau ngaku.
Jadinya saya pancing dia bercerita dengan mengatakan saya suka padanya. Jadi mungkin ini kesalahan yang nggak benar-benar salah dari saya, mengungkapkan kalau saya suka padanya, padahal ya nggak ada rasa yang mendalam.
I mean, tuh laki sejujurnya bukan tipe saya yang menyukai lelaki dengan tinggi badan di atas saya.
Dan akibat pernyataan saya tersebut, siapa sangka dia lalu sulit melupakan saya hingga bertahun-tahun.
Penyebab lainnya, sepertinya saya adalah cinta pertamanya. Pertama kali dia jatuh cinta dan pertama kali dia mencium perempuan sebagai lawan jenis yang dia jatuh cinta.
Dan semua perasaannya itu, dituangkan kepada perempuan yang 'nggak enakan' dan 'nggak tegaan' kayak saya. Jadi, meski saya nggak ada rasa mendalam, ujungnya saya ladenin aja surat-surat cintanya, telponnya saya terima saja.
Sampai akhirnya saya udah terlalu muak dengan tingkahnya yang kayak nggak ada perempuan lain aja, akhirnya saya jujur kalau saya nggak benar-benar menyukai dia, saya cuman ingin mendengar pengakuannya saja, makanya saya ungkapkan perasaan boongan.
Dia marah banget saat itu, habislah saya dimaki-maki, tapi saya lega, setidaknya dia nggak pernah mengganggu saya lagi, nggak menaruh harapan lagi.
Eh sayangnya ketika saya lulus kuliah dan pulang ke Buton, lagi-lagi dia menghubungi saya, rajin menelpon dan merayu dengan kata-kata kangen dan lainnya. Sampai akhirnya saya balik lagi ke Surabaya dan memblokir nomornya.
Setelah itu, kami kehilangan kontak, sampai suatu hari saya menerima kabar bahwa kakak saya udah bertunangan dengan lelaki tersebut.
Bukan main bahagianya saya mendengar berita itu, karena dengan demikian saya tak perlu merasa risih dikejar-kejar kalau mau balik ke Buton.
Sayangnya ketika mereka sudah bertunangan, saya pernah ketemu dengan mereka, dan tak sedikitpun dia mau melihat wajah saya.
Sampai akhirnya mereka menikah, dan kami bertemu ketika saya mudik, dia masih mau berbicara dengan saya, tapi sedikitpun dia tak mau melihat muka saya.
Suatu saat, ketika bapak meninggal di tahun 2021 silam, saya kan berkesempatan mudik. Setelah bapak meninggal, itulah momen pertama kalinya dia berani melihat mata saya ketika mengobrol dengan saya.
Ketika itu, saya berselisih paham dengan kakak, dan memutuskan kembali ke Surabaya sesegera mungkin. Sayangnya karena saat itu sedang masa lebaran, tiket pesawat muahal banget, sehingga saya harus stay beberapa hari dulu di hotel menunggu jadwal pesawat dengan tiket yang terjangkau.
Dan ternyata di situlah awal mula si laki tersebut mulai error.
Ketika saya di hotel, dia datang menemui kami, alasannya bawain makanan, tapi ternyata sekaligus menyampaikan isi hatinya, kalau dia masih belum bisa melupakan saya.
Tentunya hal ini bikin saya ketakutan, dan jadilah beberapa hari menunggu kepulangan saya, menjadi hari terberat karena dia bolak balik datang ke hotel menemui saya.
Sejak saat itu pula saya bertekat, nggak mau pulang lagi ke Buton, karena ternyata bukan hanya perasaan saya aja, kalau tuh laki error, tapi emang beneran error.
Sampai saya udah balik ke Surabaya, dia masih sering menelpon, mencoba mengusahakan saya agar bisa tinggal di Buton, setidaknya di Kendari. Menelpon dengan panggilan sayang, yang bikin saya risih banget.
Sampai akhirnya ternyata sepertinya takdir mengharuskan saya balik ke Buton, dan kamipun bertemu lagi.
Jadi begitulah ceritanya, saking peliknya masalahnya ini, saya jadi punya ide menuliskan dalam bentuk novel. Sekaligus membersihkan nama baik saya, yang dianggap penggoda suami kakak.
Berasa saya ipar adalah maut. Padahal harusnya dialah yang ipar adalah mautnya. Kalau saya mah, (bukan) ipar adalah maut.
Baubau, 27-09-2025
Skr aku paham ceritanya.. jadi geleng2 juga kok ya begitu amat lakinya ... Cinta monyet zaman dulu malah dibawa2 Mulu. Kalau dah nikah, ya udahlah seharusnya . Aku dan adikku dulu sempet suka 1 cowo yg sama zaman smu. Tp yg akhirnya jadian adikku. Aku mah santai, kan mikir nya, masih banyak cowo yg lain 🤣🤣.
BalasHapusMakanya ga abis pikir dengan Abang iparmu ini Rey.. yg disayangkan hubungan kamu dengan kakak jadi rusak lagi 😔. Itu sebenernya yg sakit banget, kalau sampai hubungan dengan saudara JD renggang 😞. Semoga nanti dilembutkan dan disadarkan hati kakak mu yaaa.
Aamiin, bener Mbaa.
Hapuspadahal semuanya udah lebih baik, kakak saya sayang dan senang banget saya balik ke Buton.
Tapi suaminya menhancurkan semua hubungan kami.
Udah gitu, udah tau bersalah, tapi malah komporin kakakku dengan memutar balikan fakta yang ada, jadinya kakakku makin marah padaku.
Cuman bisa berdoa, semoga Allah berikan yang terbaik buat saya dan kakak.
Jujur susah banget maafin suaminya, apalagi semua perjanjian kami nggak ditepati.