Haroa Maludhu (Maulid) dan Silaturahmi Keluarga

haroa maulid orang buton
"Dek, jangan lupa ya datang di rumah Kakak A, ada haroa besok siang!"

Demikian kira-kira pesan kakak sepupu yang mengingatkan kembali tentang acara haroa Maludhu atau Maulid yang diselenggarakan di rumah kakak sepupu di Lamangga, Baubau.

Bulan ini memang sedang banyak-banyaknya kegiatan memperingati Maulid Nabi Muhammad dengan cara mengadakan haroa atau baca-baca, khususnya bagi masyarakat Buton yang masih memegang tradisi nenek moyangnya.

Tradisi ini biasanya dipegang teguh oleh orang-orang keturunan kesultanan Buton di Keraton, dan masyarakat sekitarnya. Dan Lamangga merupakan wilayah yang sangat dekat dengan lingkungan Keraton. Tak heran masih banyak masyarakat di wilayah tersebut yang melakukan acara haroa untuk bulan-bulan tertentu.

Nah kebetulan, bapak saya merupakan asli Lamangga, sehingga bisa dikatakan kalau saya juga masih berdarah Lamangga, dan punya banyak banget keluarga dari pihak bapak, di Lamangga.


Sejarah Haroa Maludhu (Maulid) Di Buton


Apa itu Haroa di Buton?

Haroa merupakan tradisi masyarakat Buton dan Muna dalam menyambut bulan 'besar' dalam Islam. Bisa bulan Ramadan, peringatan maulid, nifsu sya'ban, hajatan untuk pekerjaan, usaha, pendidikan, hasil panen, kematian, kelahiran, baru sembuh dari sakit, pindah rumah dan semacamnya.

Kata haroa bisa diartikan sebagai sesajen (sajian makanan), yang disiapkan untuk menyambut eringatan sesuatu. 

Dalam tradisi Haroa, akan tersaji makanan dalam bentuk sepiring nasi minyak lengkap dengan telur yang berada ditengah talang. Ada juga sajian kue-kue tradisional seperti onde-onde, wajik (waje), ubi goreng (ngkaowi-owi), cucur (cucuru), kue beras (baruasa), pisang goreng (sanggara), kue pasta (epu-epu), bolu hingga Manu nasu wolio (ayam masak khas wolio) yang disajikan dalam cangkir.

Sedangkan Haroa Maludhu adalah tradisi yang dilakukan dalam memperingati hari Maulid Nabi Muhammad.

Baca Juga : Ritual Adat Istiadat Buton


Prosesi Haroa di Buton

Untuk prosesi pelaksanaan Haroa tersebut, biasanya dilakukan dengan cara menyajikan tudung saji yang dibungkus dengan kain putih. Tudung saji tersebut diletakkan di tengah-tengah keluarga yang duduk secara melingkar.

Selanjutnya tuan rumah akan memanggil orang yang dituakan, yang akan membacakan doa untuk panjang umur, banyak rejeki, dan terhindarkan dari segala musibah. 

Tradisi Haroa ini dipimpin oleh lebbe yaitu salah seorang sarana masigi atau syara‟ masjid atau tokoh adat.

Untuk prosesi pelaksanaannya, biasanya dilaksanakan dengan membakar dupa, yang bermaksud agar memberikan suasana khusyuk atau harum dalam pembacaan doa. Bahan dupa tersebut dibakar, dan biasanya bisa berupa gula pasir, kulit langsat yang dikeringkan, dan lilin sarang lebah. 

Bahan dupa kemudian dibakar di dalam sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat oleh lebbe sedikit demi sedikit sambil melafalkan doa-doa.

Berikutnya lebbe akan mengucap syahadat dan istighfar, kemudian membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an, dan dilanjutkan dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil dan takbir hingga 100 kali. 

Kemudian dilanjutkan dengan membaca doa selamat, doa tolak bala, doa kemudahan rezeki, dan doa pengampunan dosa untuk keluarga yang telah meninggal dunia. 

Setelahnya diakhiri dengan menjabat tangan orang yang memimpin Haroa, lalu saling berjabat tangan dengan semua anggota keluarga yang hadir, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama


Cerita Silaturahmi Di Acara Haroa Maludhu (Maulid) Keluarga

Seperti yang saya tuliskan di atas, bahwa karena bapak adalah keturunan orang Lamangga, jadilah keluarga dari Lamangga tuh buanyak banget.

Dan hal itu berarti, di bulan-bulan seperti ini, bulan Haroa, pastinya banyak keluarga yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.

Kebetulan banget, akhir-akhir ini saya punya waktu untuk bisa kenal (kembali) dan silaturahmi ke keluarga, dan momen haroa ini jadi ajang yang tepat kembali mempererat silaturahmi.

Bermula dengan undangan haroa yang disampaikan oleh salah satu kakak sepupu, sayangnya saya nggak bisa hadir saat itu karena sedang drop kecapekan pindahan ke kos.

Eh ternyata beberapa hari kemudian kakak sepupu saya kembali menghubungi, kalau ada undangan haroa lagi. Kala itu saya sedang masuk ngantor shift pagi, dan karena memang lagi nggak ada acara lain, akhirnya saya penuhi permintaannya.

Janjian deh saya dengan petunjuk dari kakak tersebut, Alhamdulillah nggak berselang lama saya menemukan alamat yang dimaksud, dan dianter serta dikenalin langsung ke keluarga yang punya acara haroa tersebut. Ternyata keluarga tersebut merupakan keponakan saya, baru ngeh dong ternyata saya udah punya cucu wakakakaka.

Jadi, orang tua yang punya acara tersebut, merupakan saudara sepupu 2 kali saya.

Maksudnya gini, kakek atau nenek buyut yang punya acara itu sodaraan dengan kakek saya. Jadi bapak saya dengan kakek atau nenek ybs adalah saudara sepupu 1 kali (sebutannya). Sementara saya dengan ibu ybs adalah saudara sepupu 2 kali, rempong ya memahaminya, hahaha.

Pokoknya biar mudah, bilang aja kalau masih ada hubungan saudara gitu, hehehe.

Btw, karena prosesi haroa itu lumayan panjang, jadi saya datang atau diundang hanya untuk acara makan-makannya saja. Meski demikian, suasana akrab dari silaturahminya sangat terasa. Dan yang lebih penting, saya akhirnya kenal banyak keluarga, bonding lagi dengan keluarga lama, Alhamdulillah.

Setelah acara tersebut, beberapa hari kemudian ada lagi undangan makan-makan haroa. Kali ini di rumah kakak sepupu lainnya yang rumahnya bertetanggaan dengan rumah acara haroa pertama yang saya hadiri.

Jadi, keluarga di Lamangga tuh kebanyakan memang tinggal di tanah warisan orang tuanya. Jadi kakek nenek dahulu punya tanah di Lamangga, kemudian tanah tersebut dibagikan kepada anak-anaknya. Setelah itu, anak-anaknya kembali membagikan untuk keturunan mereka.

Tidak heran rumah-rumah yang berdekatan di sana, ya memang sesama keluarga semua.

Acara makan-makan di haroa kedua tersebut saya nggak bisa lama, karena datang bersama si Kakak Jouke dan anak-anaknya. Jadinya ketika mereka selesai makan dan anak-anaknya mulai nggak betah, mau nggak mau saya ikutan pulang juga.

Tak berselang lama di hari Sabtu lalu, saya mendapatkan undangan makan-makan dari rumah ortu kakak sepupu yang pertama kali mengundang saya untuk ikutan acara haroa tersebut.

Kali ini salah satu adik sepupu mengundang saya untuk datang lebih awal mengikuti prosesi haroanya. Sayang banget saya tak bisa memenuhi permintaannya karena si Adik masih sekolah. Jadilah saya datang hanya untuk memenuhi undangan makan-makan setelah haroanya.

Meski demikian, saya lumayan lama berada di sana, dari sore hingga malam. Dan senang banget bisa bercengkrama dan mengenal lebih banyak keluarga.

Keesokan harinya, lagi-lagi saya memenuhi undangan haroa lainnya. Dan sama seperti lainnya, saya hanya datang di acara makan-makan saja.

Dari semua undangan acara makan-makan selepas haroa Maludhu tersebut, makanan dan silaturahminya yang paling mengena di hati saya.

Makanannya enak-enak, mostly ada jajanan khas Buton yang harus ada saat haroa. Ada onde-onde khas (di Jawa namanya Klepon) kesukaan si Adik, dia bahkan menghabiskan banyak onde-onde di setiap rumah yang mengundang kami. Sampai-sampai kami dibungkusin banyak onde-onde dari rumah sodara tersebut.

Kalau saya pribadi, tentunya menyukai hampir semua jenis jajanan khas Buton tersebut. Terutama kue baruasa yang sudah lama tak pernah saya cicipin lagi.

Baca juga : Jajanan Khas Buton 

Hal lainnya yang menyenangkan adalah, saya bisa berkumpul dan mengenal banyak saudara yang sudah terlupakan, bahkan belum kenal sama sekali sebelumnya.

Jadi ingat, ketika di Surabaya saya sering dikenalin dengan banyak keluarga atau saudara papinya anak-anak. Dia selalu bangga menceritakan keluarganya yang banyak.

Kadang saya merasa sedih, kok keluarganya dikit. Eh ternyata, bukan sedikit, tapi memang nggak pernah silaturahmi, jadinya nggak kenal.     

Anyway, saya pikir acara haroa orang Buton ini memang bermanfaat banget ya, bukan semata ada di pembacaan doa-doanya, tapi juga tentang silaturahmi keluarga besar.


Baubau, 17-09-2025

Sumber:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Haroa diakses 19-09-2025

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)