Rabu pagi lalu, saya dan si Adik memutuskan ke pasar tradisional Karya Nugraha BauBau. Sekitar pukul 6.15 kami berangkat, membelah udara pagi di kawasan perbukitan kota ini yang dingin.
Jalanan sudah terbilang ramai, tapi kami masih bisa menikmati perjalanan dengan nyaman. Melewati jalanan penurunan yang ekstrim di kawasan yang biasa disebut tanjakan jalan Karya oleh masyarakat kota ini. Lalu berbelok di jalan Kelapa, jalan yang memorable banget buat saya.
Baca juga : Cinta Dalam Diam, Pengalaman Hidup yang Konyol
Selepas menghabiskan ujung jalan Kelapa sambil mengenang masa lalu, kami pun menurun di penurunan yang biasa disebut gunung nona, dan dalam sekejap kami sampai di pasar Karya Nugraha.
Sekilas Tentang Pasar Tradisional Karya Nugraha BauBau
Karya Nugraha merupakan salah satu pasar tradisional di BauBau selain pasar Wameo. Pasar ini pertama kali diresmikan pada tahun 2002 silam.
Terletak di jalan H. Agus Salim, Bataraguru, Kec. Wolio, Kota Bau-Bau, tak jauh dari gunung nona. Kalau mau ke pasar ini mudah kok, cukup liat aja di google maps, hehehe.
Atau, kalau kesulitan memahami google maps-nya, tanya aja orang-orang di sekitarnya, semua juga tahu pasar ini, hahaha.
Di pasar ini, terdapat orang-orang yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga. Mulai dari sembako, sayur-sayuran, ikan, bumbu-bumbu hingga barang lainnya.
Meski di google maps diberi keterangan pasar ini buka pukul 08.30, tapi sejak pagi-pagi buta, sudah ramai oleh banyak orang yang berjualan sayur dan ikan baik di bagian depan pasar, maupun di bagian belakang pasar tempat orang menjual ikan.
Sementara untuk kios-kios yang menjual berbagai barang maupun sembako dan terdapat di dalam pasar, buka agak siangan.
Cerita Pertama Kali Berbelanja Sendiri Di Pasar Tradisional Karya Nugraha BauBau
Sejujurnya saya udah pernah beberapa kali berbelanja ke pasar ini sebelumnya, tapi itu dulu sebelum saya nikah, dan saya cuman mengekori kakak dan mama di pasar ini.
Jadi bisa dibilang, ini adalah pengalaman pertama kali saya ke pasar Karya Nugraha ini berdua dengan si Adik. You know lah ya, saya tuh sebenarnya nggak suka ke pasar, karena biasanya sampai di sana bingung sendiri, atau kalap sendiri, atau bahkan sok pick me abis kalau lewat jalanan becek dan bau ikan, wakakakak.
Sesampainya di pasar, kami memilih parkir motor yang agak jauh dari pasar, alasannya biar mudah aja parkirnya, hahaha. Tapi jangan khawatir, ternyata tukang parkirnya juga bersahabat kok. Saya disambut dan motornya dibantu parkirin.
Setelah parkir, kamipun memasuki area depan pasar, yang ternyata menarik juga. Meski nggak serapi pasar Wameo yang mana orang jualan tuh diatur per jenis jualan, tapi over all di sini juga mudah mencari apa yang kita butuhkan, karena lumayan rapi penataannya.
Baca juga : Serunya Berbelanja di Pasar Tradisional Wameo BauBau
Saya nggak langsung membeli sayur dan perbumbuan yang niatnya akan kami beli pagi itu, tapi saya masih penasaran dengan segala sudut pasar. Karenanya kami berkeliling mengikuti orang-orang yang sebagian berjalan menuju ke belakang pasar.
Melewati lorong-lorong pasar yang masih sepi, akhirnya kami sampai di bagian belakang pasar yang ternyata tempat orang menjual ikan.
Ikan-ikan yang dijual beragam, kebanyakan sih ikan cakalang, tuna, hingga yang biasa disebut ikan langgora. Namun berbeda dengan pasar Wameo, di sini jalanan pasar ikannya lumayan becek.
Mungkin juga karena faktor hujan beberapa hari terakhir ini sih ya.
Penjual ikan sih belum terlalu banyak, kata kakak saya biasanya penjual ikan tuh ramai kalau agak siangan. Dan setelah berkeliling sampai ujung, lalu hampir saja nggak berani nolak, ketika baru nanya harga, eh langsung dibungkusin ikannya dong, hahaha.
Saya akhirnya memutuskan membeli ikan jenis langgora seharga 20 ribuan berisi 6 ekor 1 tumpukan. Keknya harga ikan memang masih terus mahal, saking cuaca di laut nggak bersahabat, jadi para nelayan kesulitan mencari ikan.
Btw, penjual ikannya agak judes dong, dia jutek karena saya mencetin ikannya satu persatu, ye kan saya nggak tahu cara ngecek ikan tuh gimana? hahaha. Apalagi beberapa hari lalu ada salah satu saudara sepupu saya yang diduga keracunan ikan yang udah layu.
Kelar membeli ikan, kami kembali ke depan diiringi dengan omelan si Adik yang kesal karena saya ajak menjelajah pasar ikan yang becek, wakakakakak.
Lalu di bagian depan pasar kami membeli beberapa jenis sayur dan bumbu-bumbu. Btw harga sayuran juga mahal, apalagi bawang merah. Mana saya nggak hafal pulak harga pasar, jadi ya cuman beli beberapa saja, lagian bahan makanan ini cuman buat saya dan si Adik doang. Berdua mah nggak perlu bahan makanan banyak.
Setelah membeli bahan-bahan yang dibutuhkan, kami segera pulang, tak lupa mampir membeli jajanan pasar. Lalu di parkiran kami tertarik membeli telur, tapi bingung gimana megangnya, karena kalau liat sih dijualnya per 1 rak.
Di parkiran, si tukang parkir tetap ramah membantu, dan biaya parkirnya juga cuman 2000 perak, sama aja ya di tempat lainnya.
Lalu kami pun berkendara pulang, dan terasa dong jauhnya karena kami kudu lewat jalan memutar yang tanjakannya nggak terlalu tajam. Saya mah cemen kalau disuruh menanjak naik motor, dan masalahnya, kontur jalan di BauBau itu kebanyakan perbukitan dong, hehehe.
Demikianlah cerita kami pertama kali berbelanja sendiri di pasar tradisional Karya Nugraha BauBau, ada yang juga pernah ke sini?. Atau jangan-jangan memang sering berbelanja ke pasar ini?
BauBau, 11-07-2025
Ntah kapan lah aku bisa ke Baubau. Tertarik pastinya, apalagi pas liat di google, memang cantiiiik sih. Cuma akses ke sana aja, kayaknya banyak transit yaaa, dan kuatirnya cuma maskapai singa terbang doang. Sementara mereka aku blacklist 😂😂.
BalasHapusBisa paham yg dirasakan adek, inget zaman kecil aku pun marah2 kalo diajak ke pasar, terutama pasar ikan, Krn becek dan bau nya 🤣🤣. Tapi pas udh gede, kdang malah tertarik, cuma tetep kalo becek banget rada emoh 😅😅