Saat Hampir Menyerah, Kakak Mengulurkan Tangan

kakak menyelamatkan

Malam ini terasa dingin banget, padahal hujan mulai berkurang tak seperti biasanya. Meski menggigil, tapi hati terasa lumayan hangat. Happy Alhamdulillah, setelah beberapa hari dan khususnya malam belakangan saya merasa galau maksimal.

Kedua kakak saya baru saja menelpon, bermula dari sore tadi saya kirim pesan ke salah satu teman SMP saya, untuk nanya kos-kosan di BauBau.

Dari chat kami malah ujungnya membahas tentang rumah BTN yang ada di BauBau, teman saya mengajak saya untuk survey, kali aja saya tertarik.

Ya jelas aja saya tertarik, biar kata kagak tahu mau dibayar pakai apa, wakakakakakak.

Harga rumahnya juga uwow sih, sekitar 175 juta untuk tipe 36. Bisa cash atau kredit. Kalau saya mah apapun mau, selama ada duitnya, wakakakaka.

Jadilah yang awalnya berniat cari kos-kosan, dan ternyata kata teman saya kos-kosan yang biasa, sekitar 700ribuan jika di tengah kota. Itupun kalau nggak penuh, karena tentunya banyak juga yang nyari.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, iseng-iseng saya chat kakak saya,

"Joukeeee, beliin rumah BTN dong, tipe 36 175juta!"

Sekalian ngirim gambarnya, yang hanya berupa beberapa rumah yang masih dalam bentuk bata merah dibangun.

Agak lama menunggu, sekitar pukul 9an kakak saya balas chatnya, 

"Emang kamu udah liat?"

Belum juga saya balas, kakak menelpon.

Lalu ngobrollah kami, ujungnya saya ngasih tahu rencana untuk ngekos di BauBau, udah nggak kuat tinggal di rumah mama. Bukan nggak kuat sama mama sih, tapi sama perasaan stres saya menjadi pengangguran udah 6 bulanan, hiks.

Saya pengen teriak rasanya, dan emang sesekali udah teriak, sampai akhirnya mama tersinggung. Hal ini menambah rasa sesak di hati, yang ujungnya migren dan tulang belakang jadi kambuh sakitnya.

Mendengar curhatan saya, akhirnya kakak membolehkan saja, yang penting jangan berpikir balik ke Surabaya. Sejujurnya saya udah berpikir mau balik, saking udah nggak kuat dengan keadaan yang nggak karuan di sini. 

Well, karuan sih sebenarnya, hanya saja saya nggak kuat jadi pengangguran nggak punya pemasukan, hiks.

Kakak lalu membujuk saya agar tak perlu banyak pikiran, saya disuruh ke rumahnya aja dulu sementara. Menetap agak lamaan saja di sana, siangnya jika tak nyaman dengan suaminya, saya boleh ke RS buat mengetik di kantornya aja.

Setelah itu kakak menutup telpon, namun hanya berselang 10 menit kemudian, tiba-tiba telpon saya berdering, ternyata kakak saya telpon lagi.

Dia mengabarkan bahwa saya nggak boleh kos, tapi sementara bisa tinggal di rumah mereka yang memang kosong. Btw kakak saya tinggal di asrama Kodim, karena suaminya kerja di Kodim BauBau.

Awalnya saya sungkan, karena nggak enak juga kan saya tinggal di sana dan pakai barang-barang mereka. Tapi ternyata itu ide suaminya, dan nggak masalah buatnya, sekalian saya jagain rumahnya.

Well, meskipun aslinya saya belum tahu, berani nggak saya di sana, karena rumahnya lumayan gede, hahaha. Tapi nggak apa-apa deh, daripada ngekos di mana saya butuh duit buat bayar kos serta hal-hal lainnya kan ye. 

Alhamdulillah, satu masalah terlewati, yang penting saya bisa keluar dulu dari rumah mama, dan kebetulan si Adik emang sudah pindah di sekolah dekat rumah kakak saya per naik kelas 2 SD ini. Jadi tinggal si Kakak yang ada di rumah nenek, dia masih terus di sekolah dekat rumah nenek sampai lulus baru rencananya meneruskan ke SMA di dekat rumah kakak.

Setelah mendapatkan kabar tersebut, hati rasanya plong. Nggak lupa istigfar dan mengucap syukur, menyadari sepertinya saya sedang berada di fase bahagia.

Saya harus banget menyadari ini, untuk bisa tetap bersyukur dan ingat, bahwa fase ini nggak akan berlangsung selamanya. Setelah itu akan masuk fase ujian lagi.

Kalau paham tentang ini, seharusnya kalau diuji saya bisa lebih tenang, demikian juga ketika di tahap bahagia, saya nggak boleh terlalu berlebihan senangnya.

Karena hidup memang seperti itu, life never flat kek iklan Chitato, hahaha. 

Selain itu, saya jadi menyadari satu hal, bahwa sebenarnya saya tuh beruntung karena selalu punya back up, nggak pernah benar-benar sendiri. Hanya saja saya udah terbiasa bertahun-tahun nggak pernah merepotkan orang lain selain suami, jadinya jujur saya sungkan terus bergantung sama kakak.

Sebelumnya saya udah merasa sedih dan putus asa, saya memikirkan kalau sejujurnya saya nggak sanggup mengurus dan membesarkan 2 anak sendiri. Makanya selalu terbayang di dalam pikiran, untuk balik ke Surabaya, mengantar anak-anak ke rumah eyangnya, lalu saya akan cari kos di Surabaya sendiri.

Saya yakin bisa hidup di sana jika hanya menanggung diri sendiri, nggak sama anak.

Tapi, emang sih, saya juga nggak tega, karena anak-anak udah terbiasa dengan saya. Keluarga papinya juga nggak ada yang pernah menyatakan mau mengurus anak-anak. 

Dan kakak saya maupun ipar nggak setuju dengan rencana tersebut, mereka ingin saya sabar menunggu panggilan kerja di BauBau atau Buton aja. Setelah kerja saya disuruh menata hidup, berusaha keras untuk membeli rumah buat tempat saya dan anak-anak.

Di sisi lain, saya merasa kakak memang butuh saya. Kami cuman berdua you know, dan dia nggak punya teman ngobrol yang dekat selain saya. Dia juga punya teman berbagi mengurus mama jika ada saya. 

Setelah kepulangan saya juga keadaan kakak semakin membaik, dia jadi jarang berantem dengan suaminya. Suaminya juga lebih sabar menghadapi kakak. Jadi secara keseluruhan sebenarnya saya adalah adik yang dia butuhkan.

Apalagi, saya adiknya satu-satunya pulak.

Ah, what i'm trying to record in my blog *halah, adalah bahwa kadang eh bahkan sering saya merasa kalau saya masih sendiri seperti di Surabaya.

Ya pegimana dong, bertahun-tahun saya sendiri di sana, lost contact nggak ada komunikasi sama sekali. Hanya sesekali saya mendapatkan kabar mereka dari kakak ipar saya yang udah bertindak bagai wasit, hahaha.

Karenanya, setelah pulang, saya belum bisa menyadari kalau saya ini bagian dari mereka. Bahkan sering kecewa jika ketrigger dengan hal-hal yang sebenarnya masih wajar terjadi.

Misal, ketika mama mengeluh nggak punya duit, saya merasa stres karena tentu saja saya merasa jadi beban. Bukan saya aja pulak, tapi juga karena ada anak-anak yang dibiayai mama.

Kebetulan juga, saya kok pulang di tahun yang penuh carut marut ekonomi. Padahal sebenarnya sejak 2 tahun lalu tuh saya diminta pulang, tapi saat itu cuman kakak ipar yang minta pulang.

Alasannya juga sama, mereka kasian liat saya di Surabaya, ditelantarkan. Bertahun-tahun hidup di Surabaya nggak bisa punya rumah.

Mereka menjanjikan untuk mengusahakan saya masuk di perusahaan yang ternyata malah tutup ketika saya sampai di Buton, hiks.

Di sisi lain, akibat efisiensi yang dicanangkan pak Prabowo, para ASN jadi berkurang pemasukannya, khususnya kakak saya.

Jika sebelumnya kakak masih punya banyak ceperan, entah dana yang dia terima dari menjadi MC di kantornya atau semacamnya. Sekarang semua dana demikian dihilangkan. Praktis penghasilan kakak nggak seperti sebelumnya.  

Tapi kakak memang selalu tak kenal lelah menyemangati, meminta saya untuk sabar. Rajin menelpon nanya kabar, karena itulah selama ini saya masih bertahan sampai bulan Juni nggak ada panggilan kerja, dan nggak ada pemasukan dari blog.

Sekarang, saya udah nggak tahan, syukurlah kakak-kakak saya masih berbaik hati meng-support saya dengan membolehkan tinggal di rumahnya. Doakan saya bisa lebih produktif di sana ya.

Dan doakan biar saya bisa lebih kuat dan menjadi mandiri.

You know, saya sering bertanya-tanya, mengapa Allah kasih ujian takdir jadi tak bersuami padahal punya 2 anak ya?.

Mungkin Tuhan pengen saya lebih kuat, dan berhenti menjadi mamak-mamak yang manja. Karena suer loh, saya tuh manjanya nggak ketulungan, itulah yang menjadi penyebab saya sulit betah di buton.

Daerah yang segala sesuatunya tidak semudah di Surabaya.

Demikianlah.


Buton, 05-07-2025

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)