Ibu Mertua Dalam Kenangan yang Melengkapi Inner Child

ibu-mertua-dalam-kenangan

Ibu mertua saya meninggal pada hari Senin, 22 Mei 2023 lalu. Beliau pergi setelah 5 bulan terbaring tak berdaya di tempat tidur.

Dan pergi tanpa pamit, dalam diam dan ketidak berdayaannya. Sungguh bikin anak-anaknya, termasuk menantu-menantunya harus menerima kenyataan tersebut dalam kesedihan mendalam.

Khususnya saya, yang di tahun 2021 silam, juga kehilangan sosok Bapak, yang juga meninggal di bulan Mei pula.

Rasanya sedih, mengingat sekarang saya bertambah tua. Semakin dekat ke 'waktunya pulang', mengingat sosok-sosok orang tua yang melengkapi saya, khususnya, telah duluan 'pulang'.

Bertahun-tahun merasa bahagia dan bersyukur, betapa saya beruntung banget, sampai di usia dewasa, tapi masih punya orang tua dan mertua lengkap.

Sampai akhirnya Bapak berpulang, di usianya yang ke-67 tahun.

Baca juga : Hari Terakhir Bersama Bapak dan Jenazah yang Tidak Kaku Hingga Dimakamkan 


Cerita Ibu Mertua Sakit Hingga Meninggal Dunia

Jadi, ibu sebenarnya udah sakit hingga drop banget sejak Januari 2023 lalu. Ceritanya waktu tahun baru ibu dan bapak diajak tahun baruan ke Malang.

Entahlah karena kelelahan di jalan, ketika pulang, tiba-tiba ibu drop, jatuh lemas begitu saja, bahkan nggak bisa ngomong.

Kalau liat gejalanya sih kena stroke ringan, tapi sebenarnya badan beliau masih bisa bergerak, hanya lemas banget.

Ibu juga nggak bisa ngomong, bahkan di awal-awal ibu juga nggak bisa mengunyah, sampai harus dipasangin selang nasogastrik atau Nasogastric Tube (NGT), yang biasa dikenal dengan istilah sonde.   

Alhamdulillah sih nggak lama, sondenya dilepas, dan ibu bisa mengunyah pelan-pelan, dengan makanan yang halus atau bubur.

Namun, emang selera makan ibu turun drastis, dari yang awalnya makan sedikit, lama-lama jadi nggak mau makan sama sekali.

Badan ibu juga lemas banget, nggak bisa menggerakan tubuh balik kanan atau kiri. Hanya tangannya yang bergerak sana sini, menggaruki badannya yang mungkin terasa gatal, hingga memegang tangan siapa saja yang di dekatnya.

Namun, ibu masih bisa balikin badannya kiri ataupun kanan, asal dibantu.

Selama dirawat, oleh dokter dikatakan kalau ibu kena stroke ringan, dikasih beberapa obat buat terapi otak dan syarafnya.

Namun sejujurnya saya sedih banget, karena sudahlah obatnya buanyaaaak banget, ibu juga nggak mau makan. Karena itu, lambungnya jadi bermasalah, sampai dilarikan ke UGD RS Haji Surabaya.

Sayangnya, ketika masuk rumah sakit, ibu malah didiagnosa kena TBC melalui pemeriksaan dahak, dan diberilah obat TB yang we all know kan ye, tuh obat keras banget.

Baca juga : Ketika Darrell Over Diagnosa TB Tanpa Pemeriksaan Lengkap 

Jujur, sejak awal beliau drop di awal Januari lalu, saya mulai deg-degan. Teringat perkataan ibu ketika masih sehat, bahwa ciri-ciri waktu 'kepulangan' seseorang semakin dekat adalah, tidak mau atau tidak bisa makan lagi.

Pas tahu ibu dikasih obat TBC dan dirawat di ruang Paru RS Haji Surabaya, saya makin deg-degan. Sudahlah ibu nggak bisa makan sampai lambungnya (sepertinya luka), pakai ditambahin obat sekeras itu pula.

Ini persis dengan keadaan Bapak di akhir usianya, tubuh dan matanya sampai menguning dong, saking Bapak harus rutin minum obat TB, tapi bapak nggak bisa makan sama sekali, hiks.

Tapi sebagai menantu saya nggak berani kasih ide apa-apa, takut terjadi sesuatu dan saya yang harus menanggung semuanya.


Akhirnya Ibu Berpulang

Sampai akhirnya di hari Senin lalu, saya masih tertidur di pagi hari setelah menyiapkan si Kakak berangkat sekolah. Semalam saya begadang saking penasaran mau validasi data PPDB SMP Surabaya.

Baca juga : Cara Daftar PPDB SMP Surabaya untuk Lulusan Luar Kota  

Si Adik nggak masuk sekolah karena sulit banget dibangunin dan malah rewel, jadi saya putuskan untuk ikutan tidur biar nggak drop.

Belum lama tidur, tiba-tiba ponsel saya berbunyi. Sambil malas-malasan saya raih ponsel tersebut dengan niat mau matikan deringnya biar nggak ganggu.

You know lah saya malas banget terima telpon. 

Tapi saya liat ternyata papinya anak-anak yang nelpon, dan ini jarang terjadi dia menelpon di pagi hari. Namun tetap aja saya malas telepon, maksudnya kalau penting kan bisa chat aja, malas amat telpon-telponan.

Lah kok dia telpon lagi, dan karena penasaran saya angkat dong.

Eh suaranya kayak nangis, dan saya mulai deg-degan dengarnya, takut dia mengalami apa-apa di daerah orang sono. Ternyata ngabarin bahwa ibu sudah nggak ada. Dan saya yang kurang tidur shock banget dengarnya.

Secepatnya saya bangun, membereskan semuanya, nyuruh si Adik sarapan sementara saya menyiapkan pakaian ganti, karena berniat akan menginap di rumah mertua.

Setelah siap semua, saya order taksi online, tapi lamanyaaaa minta ampun nggak ada yang respon. Akhirnya saya putuskan pakai motor saja, dengan menggembol 2 ransel penuh, dan mampir di sekolah si Kakak setelah sebelumnya udah ngabarin ustadzahnya untuk minta izin si Kakak pulang duluan.

Setelah menjemput si Kakak, kamipun segera ke rumah mertua dan sampai di sana dengan cepat.

Suasana sedih melingkupi keluarga, ipar-ipar sibuk mengatur ini itu sambil berlinangan air mata. Tapi bersyukur banget tinggal di Surabaya itu, ternyata urusan mengurus jenazah itu sangat terorganisir dengan baik.

Jadi, ketika saya sampai, hanya bisa membaca surat Yasin sekali saja, karena jenazah ibu akhirnya diangkat untuk dimandikan. Proses memandikannya juga cepat banget, masha Allah banget ibu sungguh luar biasa punya banyak anak perempuan hingga menantu yang super perhatian.

Semua anaknya rebutan ingin memandikan ibu, saya yang hanya lengah sebentar mengambil sesuatu. Eh pas saya noleh, semua sisi ibu udah terisi oleh anak-anak dan mantunya hingga 2 orang tua yang mengarahkan proses memandikannya.

Proses memandikannya pun tidak lama, setelah itu dibawa ke dalam lagi untuk dikafani. Dan masya Allah meski sedih tak terkira, ada perasaan bahagia melihat ibu yang akhirnya sudah tak lagi merasakan sakit di dunia ini, dan melihat wajah ibu yang begitu tenang dan cantik setelah berpulang.

Semuanya sesuai jadwal, tepat di pukul 2 siang jenazah ibu akhirnya dibawa ke TPU Keputih untuk dimakamkan. Dan Alhamdulillah iring-iringan kendaraan yang mengantar ibu juga banyak banget, dan lagi-lagi salut sama pemuda di kampung yang super peduli membukakan jalan buat ambulance jenazah hingga bisa sampai di TPU tanpa mengalami macet di jalan.

ibu-mertua-dalam-kenangan
Selamat jalan, Ibu

Proses pemakaman juga Alhamdulillah lancar, dan setelah itu kamipun kembali dengan pikiran sedih masing-masing.

Baca juga : Ritual Adat Istiadat Saat Kematian yang Merepotkan  


Ibu Mertua Dalam Kenangan yang Melengkapi Inner Child 

Kalau ngomongin sosok ibu mertua, saya harus bersyukur banyak-banyak, karena tidak diberikan ujian punya mertua yang sadis kayak cerita menantu-menantu lainnya.

Well, beliau memang bukan orang yang sempurna. Pernah sekali dua kali juga tanpa sengaja menyinggung perasaan menantunya. 

Tapi di luar itu, bagi saya, beliau adalah sosok ibu yang luar biasa, yang melengkapi inner child saya.

Saya mengenal ibu di tahun 2001 silam, ketika itu saya masih berpacaran dengan si Kakak pacar. Waktu itu habis jadian, saya diajak ke rumahnya.

You know lah si Rey belom pernah pacaran sebelumnya. Jadi ketika diajak ke rumahnya ya biasa aja, saya pikir wajar kan ya, kayak diajak teman main ke rumahnya gitu loh.

Sampai di rumahnya dikenalin oleh semua saudara, juga ibunya. Ibu yang kalah itu masih segar bugar, memeluk saya, lalu dengan ramah mengajak ngobrol sebelum ditinggal ke belakang agar saya bisa ngobrol dengan si pacar, wakakakak.

Kesan awal bertemu dengan beliau, tiada lain selain sosok yang ramah. You know lagi kan ye, mama saya tuh sosok yang pendiam, yang nggak mau nyapa teman-teman saya.

Jadinya, pas ketemu ibu, rasanya tuh hangat dan membekas di hati.

Kami mengalami masa pasang surut ketika berpacaran, sampai saya pikir akankah ibu bisa menerima saya sebagai menantunya, dengan ikhlas?.

Tapi over all, banyak sikap ibu yang bikin saya makin mantap menikah dengan anaknya.

Salah satu hal yang paling membekas di hati adalah, ketika saya berulang tahun ke-20. Si pacar lagi-lagi mengajak saya ke rumahnya, lalu di sana disambut ibu, dengan memeluk, mencium pipi saya, dan mengucapkan 'selamat ulang tahun', lengkap dengan doa-doa terbaiknya.

Jujur hal itu paling membekas, karena sejak lahir hingga berusia 20 tahun, belum pernah ada satu keluarga saya yang mengucapkan hal itu, apalagi sambil memeluk dan mencium saya.

Bukan hanya itu, ibu juga bisa dengan berbesar hati menerima wanita pilihan anaknya yang banyak kurangnya ini. 

ibu-mertua-dalam-kenangan
Ibu bersama cucu kedua terakhirnya

You know kan ya, saya tuh kurang suka masuk dapur. Karena emang dari kecil jarang ikutan masuk dapur bareng-bareng, ditambah pernah sekali saya bantuin tante di Surabaya untuk masak. Langsung trauma karena disalahkan ini itu, terutama dari cara motong bawang yang tidak sesuai standar, hahaha.

Dan gara-gara itu, kalau saya main ke rumah sang pacar, boro-boro ikut bantu ibu di dapur, yang ada saya malah main PS, karena dulu di rumah si pacar ada rental PS, hahaha.

Meski demikian, Alhamdulillah ibu bisa dengan berbesar hati menerima saya, bahkan tak henti mengajak saya untuk menganggap ibu adalah mama sendiri, meskipun saya nggak pernah bisa menganggapnya seperti mama saya.

Baca juga : Jangan Anggap Ibu Mertua Seperti Ibu Kandungmu  

Di awal tahun saya menjadi ibu, kami tinggal bersama di rumah ibu, lantaran saya harus kembali bekerja, dan sungguh nggak tenang meninggalkan si Kakak yang masih bayi dijaga hanya orang lain.

Selama kurang lebih 8 bulan saya tinggal di rumah ibu, dan sukses menggendut karena beliau. Saya nggak pernah masuk dapur, ibulah yang sibuk memasak, dan memaksa saya makan harus banyak dan kenyang.

Selama itu juga Alhamdulillah nggak pernah ada drama antara menantu mertua. Ibu begitu baik dan perhatian pada saya, setidaknya yang saya rasakan dan alami ya.

Di waktu luang, ibu suka banget bercerita banyak hal tentang kehidupannya. Cerita itu diulang-ulang sampai saya bisa hafal urutannya dengan benar, hahaha.

Dari masa kecilnya, masa ketemu dan berpacaran dengan bapak mertua. Masa pertama kali menikah dan punya anak ketika usianya masih belasan tahun.

Masa-masa merasa stres ketika pertama kali mengurus anak. Dan yang paling sering diulang-ulang dan kayaknya jadi masa yang membahagiakan buat ibu adalah ketika mereka masih tinggal di Manado.

FYI, ibu dan bapak orang Jawa asli, tapi sewaktu muda Bapak mertua bekerja di BUMN kontraktor di bagian keuangan. Bapak lalu dikirim ke cabang Manado, dan mereka tinggal di sana selama kurang lebih 5-6 tahun.

Nah kebetulan saya juga kelahiran Sulawesi Utara, meskipun saya di Minahasa, bukan di Manado. Tapi karena logat, serta makanan khasnya mirip, jadinya ibu suka banget ngomongin masa-masa di Manado dengan penuh antusias.

ibu-mertua-dalam-kenangan
Ibu bersama anak perempuan dan menantunya

Ibu juga bercerita tentang kehamilan si pak suami, yang sebenarnya tidak direncanakan dan diketahui setelah usia kandungan 3-4 bulan.

Menceritakan bagaimana melahirkan si Paksu yang lumayan penuh drama, masa kecil Paksu yang seringnya diasuh oleh kakak-kakaknya yang perempuan. 

Masa-masa bahagia di Manado, hingga akhirnya pulang dan membangun rumah di Surabaya.

Termasuk masalah-masalah rumah tangga, nasihat rumah tangga dan banyak hal yang diceritakan ke saya.

Lucunya, cerita itu sering banget diulang-ulang, ibu memang sangat suka bercerita. Kalau dipancing dikit misalnya, dijamin beliau akan dengan tak henti-henti bercerita, meskipun hal itu sudah penah diceritakan ke saya, hahaha.

Oh ya, bukan hanya saya yang diterima dengan lapang oleh ibu, meski punya banyak kekurangan. Ibu juga menerima dan mencintai semua menantunya, baik laki maupun perempuan.

Beliau juga selalu peduli kepada anak, menantu dan cucunya hingga akhir hayatnya. 

Baca juga : Tips Nyaman Tinggal Di Rumah Mertua  

Ketika mungkin orang tua lain akan begitu perhitungan, terutama ketika anaknya sudah menikah. Ibu tidak akan sungkan mengeluarkan uang yang beliau tabung, jika ada anaknya yang butuh.

ibu-mertua-dalam-kenangan
Selalu ingin menggendong cucunya, meski tubuh tak kuat lagi

Sewaktu masih muda, ibu bahkan telah mengusahakan untuk mewariskan setidaknya tanah untuk anak-anak lelakinya.

Pikiran ibu adalah mengutamakan anak lelaki, karena beliau sadar anak lelaki akan menanggung anak istrinya, sementara anak perempuannya bisa ikut dan ditanggung suaminya.

Sayangnya, satu persatu tanah yang akan diwariskan tersebut akhirnya terpakai, ketika anak-anaknya butuh, khususnya untuk biaya kuliah, karena bapak memang memutuskan untuk pensiun dini.

Jujur ya...

Semua yang ibu lakukan untuk anak-anak dan menantunya, semacam mengobati inner child, kekurangan yang tidak saya dapatkan dari mama kandung sendiri.  

Well lagi-lagi saya jelasin dulu ya, maksudnya bukan mama saya itu jahat atau buruk. Tentu saja mama saya juga hebat dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Sama seperti ibu mertua juga.

Namun nggak dipungkiri sih, peran ibu mertua bikin saya menemukan kasih sayang ibu yang kurang saya dapatkan di masa kecil, karena mama saya sibuk bekerja.

Ibu mertua kan memang ibu rumah tangga ya, dan seumur hidupnya benar-benar peduli dengan anak serta suaminya. Bahkan terakhir kali di akhir tahun 2022 kemaren, ibu yang sudah kesulitan jalan sempat keliling mengunjungi semua anak-anaknya, termasuk kamipun dikunjungi sambil membawa banyak banget sembako dan jajan.

ibu-mertua-dalam-kenangan
Entah kapan bisa bersama lagi

Ya Allah...

Rasanya sulit untuk bisa melupakan semua kebaikan beliau. Kebesaran hatinya yang super luas untuk anak-anaknya, serta menantu dan cucunya.

Sangat wajar jika sejak sakit, sampai beliau meninggal pun, anak-anak dan menantunya seolah rebutan ingin mengurus beliau. 

Selamat jalan ibu terbaik yang pernah sejenak saya miliki.

Terimakasih atas semua kebaikanmu, kesabaranmu, nasihat-nasihatmu.

Terimakasih sudah melengkapi dan membuat inner child saya bahagia.

Semoga Allah membalas semua kebaikanmu, menerima semua amal baikmu, dan mengampuni semua dosa dan khilafmu.

Sampai bertemu lagi, Ibu.

Sidoarjo, 26 Mei 2023

2 komentar :

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)