Guru Dipecat Karena Komentar Di Postingan Ridwan Kamil

guru-dipecat-selepas-berkomentar

Seorang guru honorer di Kota Cirebon, dipecat di 2 sekolah tempatnya mengajar. Hanya beberapa jam setelah dia menuliskan komentar di kolom postingan Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat.

Bukan hanya itu, sejam setelah berkomentar, sang guru yang disapa guru Sabil tersebut. Terkejut mendapatkan banyak cacian dari para netizen, lantaran komentarnya di pinned sang Gubernur. 

Belum juga selesai rasa shock-nya, ketambahan lagi dengan pihak sekolah tempatnya mengajar, menghubunginya. Pihak sekolah ternyata memberitahukan tentang pemecatan akibat aksi komentarnya tersebut.

Baca juga : Cara Mendapatkan Pekerjaan Ketika Menganggur Efek Pandemi

Dihubungi beberapa wartawan media, sang guru lantas menunjukan surat pemecatan tersebut. Dalam surat dengan kop bertuliskan Yayasan Miftah Ulum tersebut, tertulis alasan mengapa sang guru dipecat.

Surat dengan nomor 422/025/YMU-SK/III/2023 tentang Pengakhiran Hubungan Kerja tersebut berisi 3 pertimbangan sang guru dipecat.

Di antaranya karena melanggar kode etik, melanggar tata tertib yayasan, dan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Dan dengan adanya surat tersebut, sang guru akhirnya harus menerima kenyataan, berakhirnya kerjasama sebagai guru tidak tetap dan tutor ekstrakurikuler content creator.


Tentang Komentar Sang Guru yang Dinilai Tidak Sopan

Saya penasaran dong, emang apa sih komentar si guru, sampai-sampai menyebabkan dia dipecat dari tempatnya bekerja?

Ternyata dari beberapa informasi yang saya baca, hal tersebut bermula dari sang guru berkomentar di salah satu postingan instagram sang gubernur.

Di postingan tersebut, tampak sang gubernur sedang berkomunikasi via zoom, dengan beberapa siswa di Tasikmalaya. para siswa tersebut telah melakukan hal terpuji, dengan patungan membelikan sepatu untuk teman sekelasnya yang tidak punya sepatu.

Baca juga : Belajar Ikhlas Menghormati Pilihan Anak Melalui Sandal

Tidak ada yang salah dari postingan tersebut, namun beberapa netizen memang jadi gagal fokus karena sang Gubernur mengenakan jas berwarna kuning.

guru-dipecat-selepas-berkomentar

Meski jas tersebut sama sekali tidak menunjukan satu tulisan partai. Tapi tetap saja warna mencolok tersebut memang sangat berkaitan dengan salah satu partai di mana sang gubernur menjadi kadernya. 

Karena itulah si guru Sabil iseng berkomentar dengan menggunakan bahasa Sunda,

"Dalam zoom ini, maneh teh keur jadi gubernur jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil???? ("Dalam zoom ini, kamu lagi jadi gubernur atau kader partai atau pribadi)" tulis Sabil.

Sang Gubernur tidak tinggal diam, dia membalas komentar tersebut,

"@sabilfadhillah ceuk maneh kumaha (menurut kamu gimana)?" jawab Ridwan Kamil.

Dan juga menge-pin komentar tersebut, sehingga bisa dengan mudah dibaca jutaan follower-nya.

guru-dipecat-selepas-berkomentar
Guru Sabil, sumber: Kompas

Belakangan juga beredar di media sosial, kalau sang Gubernur ternyata meng-capture komentar tersebut, dan mengirimkannya ke pihak sekolah.

Dengan tujuan agar pihak sekolah bisa memberikan sedikit nasihat kepada sang guru, terutama untuk masalah sopan satun dalam menuliskan komentar di media sosial. 

Baca juga : Tips Menghadapi Bully-an di Medsos Ala Rey


Pro Kontra Tindakan Ridwan Kamil atas Pemecatan Guru Sabil

Masalah ini akhirnya viral di media sosial, banyak yang kontra dan menyayangkan sampai mengkritik keras perbuatan sang Gubernur.

As we know kan ye, si Gubernur memang diberitakan akan maju ke dalam pilpres 2024 mendatang. Meskipun manuver politiknya dengan memutuskan bergabung sebagai kader Golkar malah menutup peluang jadi capres maupun cawapres karena partai tersebut sudah menetapkan orang lain sebagaia capres 2024.

Namun, kita juga tahu kan, pegimana sulit ditebaknya dunia politik tersebut.  

Hal ini tentu saja dimanfaatkan dengan sangat baik oleh para lawan politiknya untuk menjatuhkan nama baik sang gubernur.

Berbagai tanggapan pedas meluncur untuk sang gubernur, salah satunya dibilang baper karena kata 'maneh' yang digunakan sang guru.

Saya pribadi, berdiri di pihak yang pro, tentunya sama sekali tidak ada kaitannya dengan politik ya. I hate politik!

Baca juga : UU PDP Disahkan, Kenali Data yang Dilindungi Hukum

Namun, sebagai seseorang yang sudah amat sangat sangat miris banget nget dengan kesopanan orang-orang di media sosial. Jujur saya sangat berterima kasih atas keberanian sang Gubernur memberi sedikit 'pelajaran' kepada orang-orang yang seolah amnesia terhadap usia dan jabatannya.

Ah minimal, sadar usia lah ya. Sehingga kalau menulis sesuatu di media sosial, apalagi kalau bisa dengan mudah dibaca semua orang, apa nggak malu tuh kalau dibaca anak-anaknya?

Apalagi seorang guru ya. 

Terlepas dari posisi sang gubernur yang mungkin juga salah, karena mengenakan atribut warna partai, meski niatnya bantu secara pribadi sih ya.

Tapi saya tetap fokus ke keberanian si Bapak Gubernur, setidaknya dengan demikian banyak yang bisa mengambil pelajaran, untuk lebih mengutamakan sopan santun dalam menulis.

Terlebih lagi, sang guru tuh adalah tutor ekstrakurikuler konten kreator. Kebayang nggak sih jika murid-muridnya mencontoh tulisannya yang terbilang tidak sopan terhadap seorang pemimpin.

Baca juga : Ekstrakurikuler yang Jadi Ajang Sekolah Menggaet Siswa Baru

Meskipun juga nih ya, alasan si guru mengatakan kata 'maneh' itu, karena merasa si Bapak Gubernur yang selama ini humble dan berpikiran terbuka. Tapi tetap aja ya, se-humble apapun seseorang, plis jangan contohkan ke anak-anak kita untuk melupakan norma sopan santun.

Terutama, meng-'kamu kamu' kan orang yang lebih tua, atau seorang pemimpin yang seharusnya dihormati. 

Jadi gitu kali ya, semua orang bebas berpendapat dan bebas memberikan kritikan, tapi plis lah yang penuh sopan santun.

Kan bisa tuh dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

"Mohon maaf Pak, mau nanya, Anda/Bapak memberikan bantuan atas nama siapa ya? soalnya melihat jas Anda/Bapak berwarna salah satu atribut partai? :)"

Nah kan lebih sopan ya, meskipun lebih terus terang, tapi yang baca kan lebih enak gitu. Ye nggak?

Atau pakai bahasa Sunda juga boleh, tapi saya yakin banget, bahasa Sunda kan pasti ada yang versi halusan kan ye, kek bahasa Jawa yang ada versi halusan gitu, hehehe.

Baca juga : Culture Shock, Logat dan Kebiasaan Sulawesi Pertama Kali di Jawa 


Kesimpulan dan Penutup

Kasus guru Sabil yang dipecat usai memberikan komentar di postingan IG Gubernur Jabar, Ridwan Kamil begitu heboh dan viral di medsos. Banyak pro kontra karenanya.

Namun saya, berdiri di pihak yang pro, dan mengapresiasi keberanian si Bapak dalam memberikan teguran, meskipun jadinya heboh banget dan berpotensi merugikan branding politiknya. 

Bagi saya, sudah waktunya para orang dewasa, untuk lebih dewasa meskipun di dunia maya. Apalagi berprofesi seorang guru yang dicontoh banyak muridnya. Menulislah atau berkatalah dengan sopan, agar maksudnya sampai, bukan malah celaka dan rugi sendiri.

Demikian.

Sidoarjo, 17 maret 2023

1 komentar :

  1. Sama Rey, aku jadi pihak yg pro juga ke BPK Ridwan Kamil. Bukan Krn aku bakal milih dia Yaa, tapi memang udah eneg aja Ama segala ketidaksopanan di media sosial. Orang2 kok makin seenaknya kalo udah kasih komen, kasih makian, nyerang siapapun yg ga sealiran, trus pake bahasa kasar yg amit2 berani dilakuin ke seorang pemimpin. Dalam agama manapun, kalo kita ga setuju Ama cara pandang seorang pemimpin, ttp ga dibenerkan utk memaki dan menghina beliau.

    So, dalam case pak RK, aku setuju Ama beliau 😁

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)