Butuh Bantuan? Jangan Paksakan Karaktermu yang Harus Diikuti

ketika-butuh-bantuan

Saya kebingungan mencari judul yang tepat untuk tulisan ini. Tapi baiknya memang saya tuliskan aja semuanya dulu, biar judulnya pas, hahaha.

Jadi gini, siang tadi nggak sengaja saya buka medsos. Rencananya mau share url blogpost, eh malah lupa dan scroll melulu.

Nah, pas scroll itu, saya membaca sebuah tulisan status yang panjang, tapi saya lupa itu tulisan siapa ya. Soalnya belum sempat saya komen buat nyimpan notifikasi, eh saya harus kerjain yang lain.

Pas buka medsos itu lagi, udah nggak tahu tulisan itu ke mana. Dan saya lupa pula ingat penulisnya.

Tulisannya itu menceritakan sebuah kisah, katanya temannya.

Baca juga : Tips Anti Bete Menghadapi Teman yang Nyebelin

""""""""""""""""""""""""""""""""

Jadi, temannya itu, punya tetangga yang baik hati. Saking baiknya, si temannya itu sering banget nitipin anaknya, ketika dia ada urusan keluar, dan nggak bisa bawa anaknya.

Namun, setiap kali dia pulang dari bepergian, temannya itu nggak pernah lupa membawakan oleh-oleh buat si tetangga. Saking seringnya menitipkan anaknya, si teman itu akhirnya berinisiatif kasih duit sama tetangganya itu.

Tapi, di tetangga itu menolak.

Dan karena si temannya itu punya karakter yang, "iya...iya...., enggak...enggak". Jadinya ya enggak memaksa, tapi berpikir untuk dianggap keluarga aja, kalau ada apa-apa selalu dibagi.

*****

Dari sini saya udah mulai menebak akhir ceritanya nih!

Baca juga : Tersinggung Oleh Status Teman Facebook

*****

Sampai suatu saat, si temannya itu mendengar kabar nggak enak, yaitu ternyata si tetangga tersebut, menyebarkan cerita, bahwa si temannya ini, rajin nitip anak, tapi nggak kasih uang.

Betapa kesalnya si teman tersebut mendengar berita itu, dia nggak habis pikir dengan si tetangga itu. Kenapa menolak uangnya? masa iya harus dipaksa nerima? sementara si teman ini "karakternya bukan orang yang mlenye-mlenye".  

''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

Baiklah, mlenye-mlenye itu karangan si Rey, entah apa artinya, akoh pun tak tahu, wakakakka.

Bener kan, saya baca tulisan itu setengah, udah bisa menebak, pasti di akhir cerita, dia bakalan jadi omongan tetangga.

Dan yes betul!


Pahami Adab Meminta Bantuan

Sebagai orang yang level 'nggak enakan'nya di atas rata-rata, menjadikan saya selalu over sensitif, ketika meminta bantuan kepada orang lain.

Baca juga : Sifat Nggak Enakan, Tak Selamanya Buruk

That's why saya memilih jadi ibu rumah tangga, biar nggak ribet berurusan dengan menjaga perasaan orang lain, hahaha.

Dulu banget, saya nitipin si Kakak di rumah mertua, tetep saya kasih ART, jadi mertua nggak rempong. Kalau dipikir-pikir, tinggal di rumah mertua sama di kontrakan, pengeluaran sama saja, hahaha.

Karena saya nggak aji mumpung. Saya merasa butuh bantuan ibu mertua, jadi harus banget memikirkan timbal balik ke ibu mertua.

Setelah kedua kalinya balik jadi pekerja kantoran, saya nitipin si Kakak di sebuah tempat penitipan yang terjangkau di dekat tempat tinggal kami.

Tempat itu luar biasa baik sih kebijakannya. Saya bebas telat jemput si Kakak. Ye kan, saya pulang kantor pukul 5 sore, ditambah macetnya jalanan dari wilayah Mayjend Sungkono Surabaya, ke Geluran, Sidoarjo. 

Ya dipastikan saya sampai di tempat penitipan, udah lewat pukul 5 sore.

Dan yang jagain di sana juga nggak pernah protes. Sebagi gantinya, saya jadi sering pulang sambil bawa jajanan, buat anaknya yang punya tempat itu.

Tapiiii.... suatu saat si ibu yang jaga, mulai semakin dekat ke saya, dan minta pinjam uang.

Baca juga : Dulu Bikin Minder, Sekarang Malah Bangga

Waduuhhhh....

Dia pinjamnya jutaan, saya shock dong, karena saya paling anti meminjamkan uang ke orang lain, apalagi nggak terlalu dekat.

Tapi saya bingung nolaknya, akhirnya saya pinjamin ratusan ribu, dengan niat dilupakan. Udah tau ending-nya dah saya, menjaga hati banget biar nggak sakit hati. Dan memang terjadi, uang itu nggak pernah diganti, dan saya ikhlasin aja sih.

See, betapa rempongnya dah saya kalau butuh bantuan orang, karena saya sensitif. Saya tahu adab meminta bantuan itu, bukan dengan maksain orang lain nurut sama karakter kita.

Meskipun jadinya, saya serasa dimanfaatin ya.

That's why akoh milih jagain anak sendiri aja deh, dan tidak pernah sama sekali mencoba punya ART, kecuali dulu di rumah ibu mertua. Itupun ibu yang berurusan langsung sama si ART, saya mah kebagian bayar aja, hahaha.   

Nah, biar kata saya versi super sensitifnya. Tapi saya pikir, memang aturannya gitu ya.

Maksudnya, lah kan yang butuh bantuan...ya kita, jadi seharusnya kita yang mengalah, kita yang ikut karakter orang yang kita mintain tolong.

Kayak kasus cerita si temannya yang nulis di atas itu.

Lah dia yang butuh bantuan tetangganya, itupun nggak cuman sekali dua kali, tapi berkali-kali. Dan we all know kan ye, pegimana beratnya menjaga anak itu?

Ya dibutuhkan kesensitifan hati untuk bisa merasakan hati dan perasaan orang yang bantu kita, apapun karakter kita.

Kalau nggak mau, ya siap-siap aja dibicarakan. Bahkan kalaupun udah dipaksa kasih uang, iya kalau jumlahnya memuaskan, kalau tidak sesuai ekspektasi yang menolong?. Ya terpaksa kudu mau menerima, nama kita jadi headline kompleks mamak-mamak, wakakakaka. 

Marah? tentunya sih ya. Tapi coba deh telaah lagi. Lah, yang butuh sopoh? hahaha.

Itulah kenapa, saya lebih suka menolong ketika ditolong. Saya pengen nabung pertolongan orang lain, sampai ketika saya benar-benar tidak berdaya dan membutuhkannya (meskipun saya berdoa, semoga Allah kuatkan saya, biar tidak pernah merepotkan siapapun, aamiin).

Ya salah satu alasannya? saya malas menghadapi drama keduniaan wakakakaka.

Jangankan sama tetangga dan orang lain ya? sama mama sendiri saya malas. Karenanya, meski di Jawa si Rey kadang melas gitu, sendirian urus anak sambil cari uang. Tetep aja nggak mau pulang dan membebani mama yang cuman pensiunan PNS.

Beda lagi, kalau saya punya penghasilan mumpuni, saya bisa pulang, bawa anak-anak, cari pembokat 2, jadi mama saya nggak ribet lagi dengan urus cucu. Dan saya nggak jadi beban.


Bukan Membandingkan, Tapi Berbagi

Tulisan ini cuman opini dan curhat semata sebenarnya ya, dan saya kasih keterangan aja dulu sebelum disentil dengan kata 'jangan membandingkan'.

Ini tidak membandingkan ya, cuman membagikan.

Baca juga : Bijak Menyikapi Berita Penculikan Anak

Poin inti dari cerita nggak jelas ini adalah, bahwa dunia memang seperti itu. Kalau kitanya nggak bisa menerima karakter orang, kita maunya orang yang paham dan mengerti karakter kita. Maka mandirilah!

Jangan menyusahkan orang lain, even orang yang kita mintain tolong itu terlihat tidak keberatan, atau bahkan bilang nggak keberatan.

Apalagi, kalau masalah titip menitip anak ye.

Duh ya, saya tuh paling anti menitipkan anak, even ke saudara sendiri. Budhe-budhe anak-anak ini sebenarnya sosok-sosok Mbak-Mbak yang baik. Mereka selalu menawarkan agar anak-anak dititip ke rumah mereka dulu ketika saya sibuk.

Sayanya? sungkan! hahaha.

I know bagaimana tingkah anak-anak ini. Si Adik belum mandiri, pup masih harus dicebokin. Makan harus disuapin, setidaknya dipotongin lauknya.

Dan yang paling luar biasa adalah, si Adik kalau bobok pasti ngompol, biar kata pakai popok, eh popoknya dipelorot dong pas tidur, wakakakak.

Saya udah stres duluan membayangkan budhenya harus jemur kasur gegara si Adik ompolin. Orang saya aja liat si Adik ngomppol tiap hari stres. Apalagi orang lain, even itu budhenya loh.

Ih nggak baik dong jadi orang kayak gitu, meminta pertolongan itu juga nggak apa-apa kok.

Ya itu tadi, bagi saya apa-apa, karena hati manusia siapa yang tahu kan ye! Dan sekali lagi, saya maunya menabung pertolongan orang lain, siapa tahu umur saya panjang kan, kalau tua mungkin  butuh pertolongan orang lain. Jadi selagi muda, biar kata mau ke depan 2 meter anak-anak ngekor, ya terpaksa diajak juga, wakakakak.

Kesimpulannya gini: kalau butuh bantuan orang, merendahlah. Kalau sulit merendah, ya mandirilah! wakakakakak

Udah, gitu aja!  

4 komentar :

  1. Nah setuju banget nih, klo memang kita yang butuh ya harus mengalah utk sesuai dg kondisi yg diharapkan sang penolong..tapi memang sebaiknya kita bisa mandiri dan tak bikin repot org lain ya..

    BalasHapus
  2. Ya ampun mbak, related banget ini sama aku
    Ada saudara yang juga lagi butuh bantuan baru datang, ya soal minjam uang,. memang tahu endingnya sih, jadi nggak berharap uangnya kembali
    dan benar, setelah yang dia janjikan, tidak ada kabarnya. bahkan saat ngobrol dengan saudaranya dia, katanya udah ganti nomor, yaudah lah

    yang pasti, selagi ada orang lain yang minta tolong ke aku, ketika aku bisa ya kuusahakan
    klo ga bisa, ya mohon maaf
    walau sulit sih awalnya, tapi tetap belajar

    "Kalau kita nggak bisa menerima karakter orang, kita taunya orang yang paham dan mengerti karakter kita. Maka mandirilah" mantep banget ini mbak

    BalasHapus
  3. Kalau Mamak Rey mah luar biasa mandirinya, salut banget lho. Saya juga sebenarnya suka sungkan Kak, bab titip menitip anak ini, even ke Tante2ku sendiri, apalagi mereka pada otw jompo, duuhh kasian sebenarnya tapi amannya gitu daripada saya tengteng kemana-mana terus malah buat mereka celaka meski dalam pengawasan saya. Kayak yang waktu itu bawa Faiz eehh dia malah jatuh berguling-guling dan parahnya itu di depan mataku dan saya posisinya ndak bisa tangkap dia yang mau loncat ke arahku, hikss, benjol lah dia dan saya jadi super lemeeesss seketika. Tidak begitu menikmati lagi itu healing alaaala emak-emak :(

    BalasHapus
  4. aku juga baca tulisan yang di facebook itu. orang indonesia ini ya gitu ya. di depan bilang nggak usah karena sungkan eh di belakang ngomongin. aku kalau jadi ibu itu juga kayaknya bisa kejadian kayak gitu karena percaya aja ibu yang dititipin nggak mau dikasih uang. heu. memang bagusnya jelas dari awal sih biar di kemudian hari tidak timbul masalah kayak gini

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)