Tragedi Kanjuruhan, Kepolisian dan Sikap Anarkisme

Tragedi kanjuruhan malang

Tragedi Kanjuruhan mengguncang dunia sepak bola, sedih banget sih ya hingga malam ini saya baca  berita di CNN, ada sekitar 174 orang yang meninggal.

Ini mah luar biasa banget ya, dan lebih luar biasanya, penyebab banyaknya korban meninggal dari para suporter bola yang datang menonton dan memberikan support kepada yang sedang berlaga Persebaya VS Arema Malang, adalah berhubungan langsung dengan pihak kepolisian.

Saya rasa, ini bukan hanya membuat dunia per sepak bola an shock!
Tapi juga menambah beban berat buat kepolisian, yang kita semua tahu kan, kalau kepolisian Indonesia sedang mengalami krisis kepercayaan masyarakat, usai banyak drama yang terjadi dari pihak polisi, terlebih lagi dengan kisah luar biasa yang mengguncang Indonesia, yang mana disebabkan oleh Ferdy Sambo.


Sikap Anarkisme yang Bikin Greget dan Geram Minta Ampun


Dulu di tahun berapa ya, saya agak lupa sih, kalau nggak salah tahun baru 2012 atau 2013 ya?
Waktu itu kami masih tinggal sementara di Jombang, dan memutuskan pengen tahun baruan di Surabaya aja, keliling-keliling jalan aja, mengenang masa lalu yang seringnya kami habiskan sepanjang malam di jalanan.

Pas jam 12 malam, kami terjebak di depan Plaza Surabaya, nggak bisa bergerak karena kebanyakan orang berhenti dan tiup terompet serta bakar kembang api.

Butuh sekitar 30 menitan kali baru kami bisa bergerak, dan karena sepanjang kota macet banget, kami inisiatif cari jalan yang agak sepi.

Tapi alangkah kagetnya saya, kami malah terjebak di gerombolan anak-anak muda, yang sebenarnya masih piyik sih ya, nggak tahu dari mana mereka, terlihat mereka saling serang, pakai kayu, batu, besi dan kayaknya rantai sepeda atau motor deh.

Ya Allah, nggak usah nanya bagaimana paniknya saya waktu itu, antara takut kami kena amukan mereka juga, mana waktu itu si Kakak masih kecil ya.
Sampai saya berhayal pengen jadi Wonder Woman, dan datang menghajar anak-anak tersebut biar bubar dan nggak bertindak anarkis serta mengeroyok orang lewat.

Sungguh ya, betapa saya geram banget waktu itu, antara geram dan takut, kayaknya banyakan geramnya.
Karena liat yang berkelahi itu sebenarnya saling mengeroyok, hanya karena mereka kena tegur ketika menghalangi jalan yang agak sepi, membuat pengguna jalan raya nggak bisa lewat.

Saya jadi membayangkan, jika saat itu hanya beberapa orang yang bertindak anarkis dan sukses bikin geram, pegimana dengan tindakan anarkis yang sering terjadi di pertandingan sepak bola ya?
Di mana kita semua tahu, yang datang tuh jauh lebih banyak.


Maju Mundur Memberi Hadiah ke Kakak Nonton Bola di Stadion


Gara-gara itu, saya jadi maju mundur mulu pengen ajak si Kakak nonton bola di stadion.
As you know, si Kakak sebenarnya suka banget bola, dan saya pikir dia bakalan senang banget kalau diajak nonton pertandingan persebaya, apalagi Timnas di stadion.

Tragedi kanjuruhan Malang aremania
Massa jadi beringas, sumber: Tribun

Tapi gimana ya, saya masih trauma banget liat kerusuhan yang sering terjadi ketika adanya pertandingan, mana dulu tuh setiap kali ada pertandingan Persebaya di Surabaya, kesan para bonek itu nakutin banget.

Terlebih setelah liat langsung tawuran di depan mata yang memang menyeramkan sih ya, kebayang nggak sih ibu dari anak yang kena pukulan benda keras kayak besi, rantai besi, kayu hingga batu itu.
Lah gimana kalau saya ke stadion mengajak anak-anak, dan terjadi kerusuhan.
      
Jadinya sejak dulu, semua keinginan mengajak anak-anak nonton bola langsung, masih di awang-awang banget.
Maju mundur banget.
Giliran ada uang, selalu ragu.
Giliran ragunya pergi, uangnya menjauh, wakakakakak.


Tragedi Kanjuruhan dan Musibah Buat Kepolisian Juga


Masih dalam kebimbangan maju mundur mengajak anak-anak nonton langsung pertandingan di stadion, eh tiba-tiba muncullah berita tragedi Kanjuruhan, Malang, yang terjadi di malam 1 Oktober 2022 kemaren.

Nggak main-main, ratusan orang jadi korban kerusuhan yang terjadi, bahkan sampai mendekati 200an orang korban meninggal, dan masih ada ratusan lainnya yang dirawat di rumah sakit maupun klinik dan puskesmas.

Ada beberapa versi kejadian yang muncul dari beberapa sumber, salah satunya dari akun twitter @RezqiWahyu_05

Pemilik akun tersebut menceritakan kronologi dalam POV dirinya, yang mana dia masuk stadion sejak pukul 20.00, dan saat itu situasi masih aman.

Ketika pertandingan dimulaipun, situasi masih juga aman, meski beberapa aremania melontarkan beberapa psywar ke arah pemain Persebaya.

Kericuhan mulai terjadi sedikit ketika jeda pertama, di tribun 12 - 13, namun masih bisa dikendalikan oleh pihak keamanan.

Kerusuhan mulai semakin memanas ketika akhirnya Arema kalah dari Persebaya, seorang supporter dari tribun Selatan masuk ke dalam lapangan, yang sepertinya ingin melayangkan protesnya.

Tragedi kanjuruhan malang yang rusuh

Tragedi kanjuruhan malang yang rusuh

Tragedi kanjuruhan malang yang rusuh

Hal ini diikuti oleh beberapa orang lainnya yang turut masuk ke dalam lapangan, dan keadaan makin memanas setelah diikuti dengan berbagai lemparan botol air mineral dan berbagai benda ke arah lapangan.

Melihat hal tersebut, pihak keamaan segera membawa masuk semua pemain, dan ternyata hal itu malah membuat para supporter semakin kesal, dan ikutan masuk ke dalam lapangan.

Saat itulah pihak keamanan yang terdiri dari kepolisian dan tentara, berusaha memukul mereka mundur, namun menurut pemilik akun tersebut, caranya sangat kasar dan sadis.

Mungkin karena itu, malah mengundang banyak supporter dari sisi lain masuk dan menyerang aparat, dan saat itulah karena terdesak, aparat lalu menembakan gas air mata untuk membubarkan massa di lapangan, sayangnya beberapa supporter di tribun ikut melempar aparat.

Mungkin karena itulah, akhirnya aparat memutuskan menembakan gas air mata juga ke arah tribun, dan membuat keadaan berubah jadi semacam pembantaian.

Banyaknya supporter yang panik segera keluar dari stadion, namun nggak semudah itu, karena mereka dikepung gas air mata, sementara di bagian luar stadion juga macet banget.

Cerita yang diungkapkan sang pemilik akun ini, sedikit banyak sama dengan cerita versi kepolisian yang ditulis pada berita Tempo.co.id, juga rekaman video di RCBFM Channel.

Lalu jika sudah seperti ini siapa yang bertanggung jawab?
Entahlah.

Korban Tragedi kanjuruhan malang

Saya sendiri, tanpa mengurangi rasa respek dan empati kepada keluarga korban, namun menurut saya pihak aparatpun nggak bisa sepenuhnya disalahkan.

Terlihat jelas di rekaman video (TONTON VIDEO DI YOUTUBE AJA YA TEMANS, JANGAN POTONGAN-POTONGAN MENYESATKAN DI MEDSOS!), kalau sebenarnya pihak aparat juga sangat terdesak sehingga mengeluarkan senjata gas air mata tersebut.

Itu massa yang sangat banyak ya, dan we all know, ini mah bukan yang pertama kalinya ricuh jika Arema dan Persebaya bertanding.

Heran saya, padahal ya orang Surabaya banyak di Malang, orang Malang di Surabaya juga demikian, tapi musuhan banget, ckckckck.

Bahkan ketika aparat mengamankan para pemain, liat sendiri lautan manusia yang tidak berkepentingan, ada di dalam lapangan.

Kita yang nonton di videonya aja seram, apalagi saya yang pernah melihat orang tawuran beberapa tahun lalu di depan mata.
Jujur nih ya, saya anak STM, tapi selama sekolah STM, saya nggak pernah liat teman-teman tawuran di depan mata.

Bahkan ketika petugas telah mengamankan para pemain, ada asap di bagian pintu yang membuat para supporter tertahan nggak bisa ikut merangsek masuk ikutin para pemain.

Dan setelah itu, terlihat jelas, massa yang masuk ke lapangan makin nggak terkendali, serem amat udah kayak semut yang terusik lalu semua memenuhi lapangan.

Namun untuk sejenak masih terkendali, terlihat di lapangan masih banyak petugas, bercampur dengan beberapa tak berseragam, mungkin para supporter yang belum mau pergi dari lapangan.

Dan entah dari mana mulainya, tiba-tiba dari sudut lain, terlihat polisi menembakan gas air mata ke arah supporter pinggir lapangan, dan tiba-tiba di beberapa sisi juga terlihat gas air mata ditembakan.

Tembakan gas air mata nggak ditembakan tanpa henti, ada jeda yang terlihat setelahnya beberapa orang merangsek maju ke arah petugas sambil melemparkan berbagai benda.
Petugaspun terlihat mundur dan berkumpul di salah satu sisi lapangan dan membentuk 2 kelompok.

Agak lama, gerakan di lapangan terlihat melambat, namun entah darimana lagi, kembali terdengar gas air mata ditembakan, kali ini ke arah tengah lapangan, lalu terlihat para petugas mengejar beberapa supporter hingga lapangan seketika bersih hanya terlihat para petugas berseragam.

Sayangnya lagi, datang lagi serombongan supporter dari arah lain, mendekati petugas sambil melemparinya dengan berbagai benda.
Udah deh, pusing liatnya, udah jadi kek perang antara aparat dengan supporter.

Lalu setelah banyak korban berjatuhan, siapakah yang bertanggung jawab?
Tauk deh, capek banget meski cuman liat videonya.

Geram setengah mati sama supporter yang terlalu fanatik yang menurut saya, merekalah yang seharusnya bertanggung jawab atas peristiwa berdarah tersebut.

Ya selain juga kepada penyelenggara ya, karena setahu saya, udah berkali-kali kejadian kayak gini, bahkan sejak dulu tuh, setiap kali Persebaya abis tanding sama Arema, udah deh yang punya plat L (Surabaya), nggak berani main ke Malang.

Untungnya, belum pernah saya dengar, ada plat N (Malang) yang dikeroyok di Surabaya karena platnya N, hehehe.

Padahal ya, dengan hal-hal seperti itu, sama aja mematikan ekonomi kota Malang dan Batu pada umumnya, karena nggak bisa dipungkiri, kota Malang maupun Batu kan bergantung pada sektor Pariwisatanya, dan orang-orang Surabaya yang ber plat L itulah yang paling banyak memenuhi sektor pariwisatanya.

Di sisi lain, pihak kepolisian juga mendapatkan beban berat gara-gara masalah ini, belum juga hilang rasa non respek masyarakat akan kiprah kepolisian yang makin ke sini, mereka makin ke sana, karena perilaku oknum yang tidak mencerminkan pihak pengayom masyarakat, ketambahan masalah Sambo pula.

Eh ditambahin lagi dengan masalah korban hingga ratusan di Kanjuruhan Malang ini.

Namun, menurut saya pribadi, pihak kepolisian juga nggak bisa dituntut bersalah dan bertanggung jawab sepenuhnya.

Karena, emang ada yang bisa kasih solusi lebih baik, menyikapi barbarnya para supporter di pertandingan kemaren?

Sebagian orang berpendapat, seharusnya aparat diam saja dan membiarkan supporter tersebut meluapkan kekecewaannya.

Lah masalahnya mereka dibayar buat melindungi masyarakat dan hal-hal yang merugikan masyarakat, kayak stadion, dan percayalah psikologis para aparat juga teruji luar biasa menghadapi lautan massa yang konon se stadion isinya Aremania semua, nggak ada satupun para bonek.

Bahkan sebuah video viral di medsos, yang menggambarkan bagaimana pemain Persebaya diantar polisi menjauh dari stadion, diiringi lemparan dari para Aremania.

Duh pokoknya bikin makin trauma aja deh.

Yang nanggung, ya orang-orang yang nggak tahu menahu dengan hal-hal yang fanatik, yang datang cuman semata nonton bola, terpaksa jadi korban gara-gara perseteruan antara polisi dan supporter yang terlalu sok maunya menang mulu.


Penutup


Apapun itu, turut berduka cita mendalam buat para korban kemaren, semoga ditempatkan di sisi-Nya yang terbaik.
Dan semoga keluarganya bisa lebih tabah dan kuat menerima kenyataan tersebut.

Tragedi kanjuruhan malang yang rusuh

Dan semoga jadi pelajaran yang paling berharga, khususnya bagi para fanatik.
Plis lah, kalau pengen timnya menang, kenapa nggak coba nonton pertandingan game bola aja sih.

Jadi kan bisa diatur sendiri, tim mana yang menang *eh.
Sebel akoh!

Semoga anak-anak kita, serta keluarga kita, dilindungi dari tragedi-tragedi seperti ini, pun juga tidak menjadi bagian dari supporter fanatik yang terlalu berlebihan.

Dan jujur, setelah liat tayangannya di YouTube, saya jadi makin trauma mau ngajak anak-anak nonton di stadion, hiks.

Sidoarjo, 02 Oktober 2022

Sumber: 
  • Opini dan pengalaman pribadi
  • Trending Twitter
  • Chanel YouTube https://t.co/1A53Mgc4XX
Gambar: dari berbagai sumber

4 komentar :

  1. Sebagai orang yang tidak menyukai petandingan bola, aku merasa sedih terhadap tragedi yang terjadi ini. Menurutku berbagai pihak salah dalam tradei ini, dari mulai supporternya, penyelenggara acara, hingga aparat kepolisian. Makin mirisnya lagi banyak korban jiwa yang berjatuhan gara gara hal ini :( Dan yang rugi adalah mereka sendiri. Semoga kedepannya bisa diperbaiki lebih baik dan bisa mengedukasi para supporter pertandingan bahwa menang kalah dalam pertandingan adalah hal biasa. Juga aparat kepolisian yang seharusnya lebih aware terhadap tindakan yang dilakukannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin juga kurangnya koordinasi sampai pengenalan karakter penonton kali ya, meskipun menurut saya, polisi nyiapin gas air mata aja, udah bisa ditebak kalau mereka udah mengantisipasi hal-hal buruk terjadi, kayak kericuhan.

      Padahal ya, salah satu kericuhan itu muncul ketika berhadapan ama bonek, udah dilarang bonek datang ke sana, eh kecolongan malah rusuh sama polisi

      Hapus
  2. Setuju Rey.... Aku pun ga akan menyalahkan polisi dalam kondisi seperti itu. Ya kalo ga pakai gas air mata, mau pake apa lagi 😑..

    Tapi aku jadi inget pas 2012, Liverpool datang ke Indonesia, dan bertanding persahabatan di GBK. Waktu itu rombongan polisi lewat di dalam stadion, di bagian track lari nya, dan kebanyakan penonton pada teriak 'huuuh' ke arah mereka 😔.. zaman2 polisi masih dibenci dan ga dipercaya juga waktu itu. Aku sih sbnrnya tetep menganggab yg begitu hanya oknum, masih percaya kalo ada polisi yg baik, tapi memang yg keluar di berita hanya yg jelek, ditambah si Sambo pula 🤣🤣. Dah laah, butuh waktu lama utk kepolisian memulihkan nama baiknya kalo udh begini.

    Kalo ttg bola, aku ga suka sih Ama pertandingan ini. Jadi kalo sampe bola indonesia di banned Ama fifa, biarin ajalah. Jadi pelajaran supaya ga berulah lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalaupun air kayaknya nggak bakal bisa dibendung Mba, lah massa itu se stadion loh.
      Sementara kalau polisi membiarkan mereka, bisa-bisa bentrok sesama mereka.
      Serba salah sih, semoga penyelenggaranya bisa bertanggung jawab, termasuk para provokator awal.

      Saya tuh jadi makin sedih, karena dengan alasan polisi kinerjanya buruk, bikin orang-orang menormalisasi hal-hal kejahatan.

      Kayak beberapa orang berpendapat, kalau oknum yang turun ke lapangan itu TAU ITU SALAH, tapi tetep nyalahin polisi, ckckckckck.

      Padahal saya kan juga pengen ajak anak-anak nonton langsung.
      Si Kakak udah lama pengen, tapi saya selalu takut dengan kerusuhan, karena bukan cuman arema sebenarnya, bonek juga, hahaha.

      Nah iya, meski kasian juga sama atlit, tapi gimana ya, itu yang meninggal ratusan

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)