Cerita Kondangan Di Wasamba Berakhir Ke Kebun Jeruk Lasembangi

kondangan dan petik jeruk

Kemaren saya dan kakak serta kakak ipar berjelajah ke desa Wasamba lalu nyangkut di desa Lasembangi. Niatnya sih mau kondangan di nikahan adik sepupu kami (anak adiknya alm. bapak) yang memang tinggal di desa tersebut. Tapi pulangnya kami mampir cari jeruk yang memang banyak terdapat di kebun jeruk sepanjang perjalanan. 

Happy banget dong saya, setelah dulunya selama 12 tahun hidup di Buton, tapi cuman sejengkalan Buton aja yang pernah saya datangin. 

Sekarang, saya bisa menjelajah di lokasi yang dari dulu cuman bisa dengar dari teman-teman tentang daerah ini. Karenanya, ketika kakak nawarin untuk ikut mereka ke nikahan adik sepupu, ya semangat dong ikutan, biar kata saya jadi 'obat nyamuk' semata, wakakaka.


Kondangan Adik Sepupu di Wasamba

Pas tiba hari H-nya, saya agak galau, karena hujaaaan aja seharian sejak kemaren-kemarennya malahan. Saya mulai berpikir, ini pegimana ke sananya? karena kami harus naik motor kan.

Kebayang dong udah dandan cantik-cantik, terus kena hujan di jalanan, luntur make up dong, hahaha.

Tapi saya pasrah aja, biar kata hujan terus turun, tapi saya tetap siap-siap, mandi dan dandan. Alhamdulillahnya, tak lama setelah mandi, eh hujan mereda dong.

Saya pun semangat ganti pakaian, eh ternyata ada drama lagi.

Saya yang udah rencana pakai celana aja, karena mikirin akan sulit kalau naik motor tapi pakai rok kan. Dan ternyata, setelah dicoba, kagak cocok dong dengan baju saya.

Celana saya agak ketat, sementara belahan outer saya agak ke atas. Mau ganti baju lain, duh makan waktu nyarinya, akhirnya saya putuskan pakai rok aja.

Tepat saya siap-siap pakai rok, eh kakak saya dan suaminya udah nyampe.

Makin panik lah saya, saking paniknya saya kesulitan pakai leging, wakakakak.

Untungnya kakak masih mampir perbaiki riasannya, dan saya buru-buru pakai jilbab dan selesai. Eh pas mau berangkat, mama minta saya pakai gelang pemberiannya yang besar dan warnanya mencolok, masya Allah.

Meski risih, tapi demi menyenangkan mama saya pakai juga dong, diiringi ngakak kakak dan kakak ipar yang tahu bagaimana risihnya saya pakai perhiasan demikian.

Setelahnya drama lagi nyari sepatu. Saya nggak punya sepatu yang pas buat kondangan, kebetulan ada sepatu kakak yang bisa saya gunakan, sayangnya meski kami sama-sama punya ukuran kaki gede, tapi kaki saya cuman panjang, tapi nggak lebar. Jadinya sepatu itu kebesaran, jadi saya putuskan pakai boot kesayangan saya, yang lagi-lagi diiringi ngakak kakak-kakak, karena mereka tahu lokasinya lumayan becek.

Untuk mempersingkat waktu, saya cuekin aja meski diketawain, dan berangkatlah kami bertiga. Saya naik motor sendiri, kakak dan ipar berboncengan naik motor lain.

Baru juga beberapa waktu berkendara, tiba-tiba saya diminta berjalan di depan mereka, dan baru aja saya nyalip, kakak ipar membunyikan klakson.

Ternyata mereka meminta saya memperbaiki rok saya, takut kelilit rantai.

Dan setelah dicerewetin berkali-kali, akhirnya kami bisa berkendara dengan tenang dengan keadaan rok saya naik ke atas semua, sehingga betis saya terpampang wakakakaka.

Untung pakai leging.

Alhamdulillahnya, perjalanan kami lancar, nggak hujan sama sekali, hanya mendekati desa Kamaru turun gerimis bersamaan dengan terik matahari. 

Karena saya berkendara di depan, jadinya saya bisa ngebut dengan aman, apalagi kakak ipar mengikuti saya dengan baik. Hanya sesekali saya melambat ketika ada belokan, karena saya nggak tahu jalannya lewat mana, hahaha.

Apalagi, ternyata jalan akses ke desa Wasamba itu datar, hanya sesekali ada tanjakan atau penurunan yang tak terlalu berarti. Belokan juga lebih sedikit, ditambah jalanan sepi, jadinya saya bisa ngebut sambil bersenandung bahagia sendiri.

Kami sampai di desa Wasamba dengan segera, saya melambat dan membiarkan kakak ipar duluan, karena mereka yang paham rumah paman kami. Tak lama kemudian sampailah kami di rumah paman, di depan rumahnya ada tenda acara nikahan tersebut.

Segera kami parkir di depan rumah, dan langsung masuk ke dalam. Ternyata di dalam ada banyak keluarga bapak. Ada satu-satunya bibi kami yang tersisa, adik bungsu almarhum bapak, ada juga kakak-kakak sepupu saya.

Baca juga : Hari Terakhir Bersama Bapak

Setelah kangen-kangenan sejenak, kami lalu melepas jaket, lalu ganti tas dan menuju ke tenda acara nikahan.

Sampai di dalam tenda kami disambut dengan ramah, awalnya saya pikir orang-orang kenal banget sama kami, eh maksudnya kakak-kakak saya, hahaha. Agak lama baru ngeh, ternyata semua itu gegara kakak-kakak saya pakai pakaian dinas, hahaha.

FYI, kakak ipar saya tentara, dan kakak saya ASN di RSUD. Dan FYI juga, di Buton tuh ASN sangat dihormati. Lucky me jadi adiknya mereka, meski aslinya i dont care mau dihormati sampai segitunya atau enggak, wkwkwkwk.

Kami menunggu sejenak di kursi belakang, karena saat itu ada seorang bapak-bapak yang sedang memberikan wejangan untuk pengantin di pelaminan. Tapi kok di ujung wejangan, ada ucapan terima kasih untuk masyarakat desa tersebut karena telah memilih dia sebelumnya.

Penasaran, saya tanya dong si kakak, eh ternyata si Bapak adalah wakil Bupati Buton, makanya kok ada orang berseragam, dan juga ada camat dan istrinya. Setelah rombongan wakil bupati pulang, saya mengekori kakak-kakak yang ke pelaminan untuk menyalami pengantin juga paman dan bibi kami.

Adik sepupu saya cantik banget dong, dan kami pun tak lupa foto-foto dulu.

pesta nikahan di desa wasamba

Setelah itu kami makan, lalu kakak-kakak menyumbangkan lagu buat pengantin, lalu kami pulang deh ke rumah paman yang tak jauh dari lokasi acaranya tersebut.

Sesampainya di rumah paman, ternyata suasana sudah sepi, kakak-kakak sepupu saya sudah pulang, takut kehujanan katanya.

Kami lalu dipanggil masuk di sebuah kamar dan coba tebak ada siapa di dalam kamar tersebut?. Ada paman kami dong, ayahnya si pengantin. Ternyata paman lagi sakit, paginya sempat pingsan saking kecapekan.

Yang lucunya adalah, tidak ada yang ngeh (setidaknya kami bertiga), kalau yang di pelaminan mendampingi pengantin itu bukan paman kami, tapi kembaran paman kami, hahaha.

Jadi, paman kami ini memang kembar, wajahnya mirip juga, meskipun kalau yang ngeh pasti bisa bedain juga sih.

Setelah bercengkrama sejenak, kamipun pamit pulang.


Mampir di Kebun Jeruk Lasembangi

Awalnya saya berkendara di depan seperti berangkat, namun ketika di perjalanan, kakak ipar menyalip dan ternyata mereka hendak mencari jeruk.

FYI di perjalanan memang kami melewati salah satu desa yang masyarakatnya merupakan transmigrasi dari Jawa. Nama desanya Lasembangi.

wisata petik jeruk lasembangi

Para masyarakat ini memang datang dan menjadi petani di daerah tersebut. Banyak yang mengolah kebun jeruk dan buah lainnya. Ada kebun yang letaknya di pinggir jalan persis, kami berhenti di depan pintu pagar kebun tersebut, sayangnya nggak ada orang di sana.

Kami bingung dong, gimana caranya mau beli jeruknya, nggak ada yang bisa kami tanyain di sekitar itu. Akhirnya kakak ipar sengaja berkendara menuju perkampungan untuk mencari informasi gimana caranya kami bisa masuk dan memetik jeruk di kebunnya.

Sambil menunggu kakak ipar mencari informasi, saya dan kakak pun sibuk foto-foto di jalanan, hahaha.

wisata petik jeruk lasembangi

wisata petik jeruk lasembangi

Sayangnya, meski sudah mencari di sekitar lokasi tersebut, nggak ada yang tahu penjaga kebunnya ke mana. Kakak ipar punya ide agar kami masuk saja memetik lalu uangnya dititipin di rumah yang ada di dekat kebun tersebut.

Tapi kakak melarang, takut ada 'apa-apa'nya.

FYI, di Buton itu terkenal dengan yang namanya 'kaombo' yaitu larangan mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Jika dilanggar, akan ada risiko yang harus ditanggung, entah sakit atau semacamnya.

Dan masyarakat di Buton banyak yang mempercayai hal demikian.

Setelah berunding, kami pun teringat kalau ada saudara sepupu yang tinggal di desa Lasembangi. Kamipun putuskan untuk ke rumahnya meminta tolong dianterin ke kebun jeruk.

wisata petik jeruk lasembangi

Segera kami berkendara menuju desa tersebut, yang ternyata masih lumayan jauh dari lokasi tersebut. Dan baru aja berkendara, tiba-tiba hujan menerpa kami. Kami segera menepi untuk menggunakan jas hujan. Dan saya? off course rempong maksimal karena masih pakai sepatu, pakai rok pulak. Hujannya nggak nanggung-nanggung pulak, langsung deras. 

Untung kakak bantuin saya ganti sepatu, masukin sepatu ke tas kresek, meanwhile saya yang panik cuman bisa ngakak aja. 

Karena ribet, saya putuskan pakai atasan jas hujan aja, celananya tidak digunakan. Dan ternyata pilihan saya tepat, nggak lama kemudian, hujan pun reda.

Kami memasuki desa Lasembangi dan kakak ipar mampir di sebuah rumah untuk menanyakan rumah sepupu kami, Ira namanya.

Lumayan sulit menemukan rumahnya, beruntung saya nggak malu bertanya, semua orang di jalan saya tanyain, sampai akhirnya ketemu deh rumah si Ira.

Lucky us juga, si Ira dan suaminya ada di rumah, lalu kami memaksa mereka untuk mengantar kami di kebun. Awalnya mereka melarang, katanya udah nggak musim jeruk lagi, tapi karena kami memaksa, jadilah si Ira dan suaminya mengantar kami ke kebun.

Dan ternyata, kebunnya masuk gang gitu dooonggg, dan jalannya, masya Allaaaaahhh beceknya, hiks. Hampir saja saya menyerah untuk ikutan, takut banget dong nanti motor saya nggak kuat, atau nyelip trus jatuh, kan nggak lucu tuh, hahaha.

Tapi kakak ipar memberikan pilihan, kalau nggak mau ikut, harus tunggu di jalan, dan tentu saja saya ogah nunggu lama, dan mau nggak mau saya ikut masuk.

Dan ternyata jalannya luar biasa menantang, namun ternyata masih bisa dilewati dengan baik oleh motor. Sayapun takjub dengan kemampuan diri, meski sesekali teriak-teriak takut jatuh, tapi akhirnya saya bisa sampai juga di kebun yang dimaksud, yang mana jaraknya kurang lebih 1 KM dari poros jalan utama. Jadi, saya berkendara di jalan yang penuh becek sejauh 1 KM, hahaha.

Nggak lupa saya banyak-banyak berterima kasih sama si motor saya, yang udah tuwah, tapi masih luar biasa dalam membersamai saya. Udah keliling Jawa, sekarang keliling pulau Buton, lewat di jalan yang penuh becek, hahaha.

Si Ira sampai kagum, katanya saya hebat juga ya, terbiasa puluhan tahun di kota besar, tapi bisa juga ke kebun melewati jalanan yang menantang.

Uhuk, si Rey mulai takabur *plak.

Setelah parkir, kamipun masuk ke kebun yang dimaksud, ternyata pohon jeruknya banyak banget, tapi sayangnya jeruknya masih hijau-hijau. Si Ira memberikan petunjuk, katanya meski warnanya hijau selama dipijet lunak, itu tandanya udah matang dan manis.

wisata petik jeruk lasembangi


Maka kami eh tepatnya mereka aja sih, sibuk memetik jeruk yang ada dengan semangat. Si Rey ngapain? foto-foto lah, wakakakakak.

Maapkeuuunnn, si Rey ini memang bukan pecinta alam keknya ya, saya lebih suka makan buah yang udah tersaji, ketimbang ribet petik di pohon. Padahal, kalau di Jawa tuh ya, bisa ke kebun jeruk dan metik buahnya langsung gini, wajib bayar mahal. Si Rey yang masuk kebun jeruk gratis, malah biasa aja, hahahaha.

Ada kali sekitar 45 menit kami eh mereka memetik jeruk, jeruknya bukan hanya jenis jeruk manis yang biasa disebut jeruk China. Tapi ada juga jenis jeruk Bali, jenis jeruk Sunkist, jenis jeruk Dekopon. Pokoknya kakak-kakak saya kalap deh metiknya, saya mah liatin aja, wakakakaka.

wisata petik jeruk lasembangi

wisata petik jeruk lasembangi

wisata petik jeruk lasembangi

Setelah metik jeruk yang ada, si Ira mengajak saya ke dekat kolam atau tambak ikan, ternyata di situ sering dijadikan tempat wisata, orang-orang bisa datang memancing, lalu ikannya bisa dibakar di sana.

Masalahnya adalah, akses jalannya fantastika beibeh, hahaha.

Oh ya, satu hal yang saya kagumi dari para petani di desa Lasembangi ini, mereka berkebun dengan ilmu pengetahuan yang baik.

Menanam buah dengan metode-metode ilmiah, kayak di cangkok atau semacamnya. Dan mereka juga memanfaatkan lahan-lahan yang ada dengan sebaik-baiknya.

wisata petik jeruk lasembangi

Salut deh.

Menjelang magrib kami pun pamit pulang, dengan motor kakak ipar yang penuh dengan jeruk. Untungnya dia lihai mengendarai motor, karena selain membonceng kakak saya, mereka juga mengangkut jeruk yang lumayan banyak, sementara jalanan yang harus dilewati sangat menantang.

wisata petik jeruk lasembangi

wisata petik jeruk lasembangi

Suasana lebih menantang karena hujan kembali mengguyur dengan intensitas lumayan deras, beruntung kami bisa sampai di jalanan aspal dengan segera, dan setelah berpamitan serta berterima kasih dengan Ira dan suaminya, kamipun segera bertolak pulang.

Ternyata perjalanan pulang kami ditemani oleh hujan yang lumayan deras, butirannya terasa sakit ketika menerpa pipi. Meskipun saya mengenakan jas hujan, tapi bagian kaki saya basah kuyup, rok saya udah nggak berbentuk lagi. 

Kakak saya berkendara di depan dengan kecepatan yang sedang, sementara saya mengikuti di belakang dengan menggigil kedinginan. Dan karena kecepatan sedang, rasanya perjalanan kami lamaaaaaaaa banget baru nyampe, saya nyaris udah nggak tahan dengan rasa dingin, serta tenggorokan yang kering.

Saya baru ingat kalau ternyata belum minum sama sekali sejak siang. Dan lalu terpikirkan membuka mulut untuk minum air hujan, hahaha.

Mendekati rumah mama saya nggak kuat lagi, secepatnya saya ngebut menyalip mereka, dan Alhamdulillah sekitar pukul 6 sorean, dengan iringan hujan yang semakin deras, kamipun tiba dengan selamat di rumah mama.

Saya nggak kuat lagi buat turun, untungnya si Kakak segera tanggap untuk buka pagar, lalu saya masuk dan segera ke belakang lalu melepas semua pakaian basah.

Saking nggak kuatnya, saya bahkan lupa, kalau ternyata ada kakak ipar saya, untung nggak semua baju saya lepas, wakakakakak.

Untungnya juga sepertinya saya nggak kuat dengan dingin aja, setelah semua pakaian basah dilepas, Alhamdulillah suhu tubuh saya mulai kembali normal, dan nggak menggigil lagi.

Dan begitulah cerita petualangan saya dan kakak-kakak kemarin, di mana niat awalnya mau kondangan, dandan cantik-cantik, pakai baju rapi. Pas pulang, baju udah penuh lumpur dan basah kuyup, hahahaha.  


Buton, 13-06-2025

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)