Cerita Healing di Hutan dan Laut Sejenak Ala Rey

healing di hutan dan laut

Hari Rabu, 23 April 2025 lalu, saya berhasil izin keluar sebentar buat healing tipis-tipis sendirian. Dan ini memang udah menjadi sebuah kebutuhan banget buat saya saat itu.

Beberapa waktu belakangan ini saya memang merasa burnout banget, setelah beberapa lama hanya menjalani rutinitas yang membosankan buat saya. Cuman bisa di dapur mulu, masak dan menghabiskan waktu lama untuk itu karena makanan yang dimasak buat anak-anak dan lansia.

Hasilnya saya uring-uringan mulu, muka bete mulu, sampai-sampai anak-anak kena marah mulu. Mama juga jadi tersinggung gegara saya malas keluar kamar, di depan laptop mulu. Padahal saya di depan laptop juga kesulitan buat konsentrasi, karena itu tadi, luar biasa puyeng, burnout.

Jadilah di suatu momen subuh selepas shalat, saya WA bestie yang udah berasa kek pacar, nanya apakah dia sibuk hari itu?. Karena saya pengen keluyuran, tapi mati gaya juga kalau enggak ada temannya. 

Ternyata 'si pacar' menyambut gembira, membatalkan banyak janjinya hari itu, lalu bersiap menyambut saya di rumahnya.

Setelah itu, sayapun mulai pelan-pelan mendekat ke mama, mencari alasan yang kuat untuk izin bisa keluar rumah, apalagi tujuannya tuh jauh banget, dekat rumah kakak, tapi nggak mau mampir di rumah kakak, karena ini kan tujuannya me time ya. 

Dan Alhamdulillah ternyata mama sepertinya paham, anak 'remaja' nya ini lagi stres, pengen healing dengan refreshing keluar rumah. Jadi izin keluarpun saya dapatkan, lalu selanjutnya saya urus anak-anak berangkat sekolah, siapin makan siangnya, kemudian saya mandi dan bersiap.

Sejam kemudian saya udah di jalanan, dan hanya dalam 15 menit saya udah tiba di perjalanan yang kiri kanannya hutan.


Healing Forest Tipis-Tipis di Hutan Lindung Lambusango

Kebetulan banget, perjalanan saya melewati hutan lindung Lambusango.

Baca : Hutan Lindung lambusango, Paru-Paru Dunia Dari Pulau Aspal Buton

Udara sejuk dan matahari bersinar dengan cerah, sinarnya menyeruak di antara pepohonan lebat dalam hutan. Off course saya nggak bisa melewatkan momen 'healingable' kayak gitu dong.

Perlahan saya menepikan motor kesayangan, lalu berdiam diri sejenak sambil menghirup udara yang segarnyaaa masya Allah.

Nggak menunggu lama, paru-paru terisi oleh udara segar tersebut, dan entah mengapa hati jadi ikutan plong, kepala terasa ringan, rasanya jadi pengen senyum terus saking senangnya.

hutan lambusango
Jalan yang membelah hutan lindung Lambusango

Beneran loh, saya pikir untuk bisa senyum sendiri itu, hanya cukup dengan jatuh cinta saja. Ternyata berdiam di hutan di pagi hari yang cerah juga mengasyikan dan bikin senyum-senyum sendiri.

Sepertinya semua hormon kebahagiaan, baik endorfin, serotonin, dan dopamin, meluap keluar dan memberikan rasa bahagia tak terkira di hati. Jadi kek perasaan jatuh cinta, tapi ini lebih menenangkan ketimbang jatuh cinta sama suami orang *eh pegimana maksudnya nih? hahahaha.

Memang ya, ternyata healing forest itu sengaruh itu, asalkan waktu, tempat dan kondisinya memungkinkan sih.   

Apa itu healing forest? baca di sini : Tentang Healing Forest di Wisata Hutan 

Nah saya kemaren tuh pas banget semuanya, lagi sumpek karena burnout, terus bisa sampai di hutan di sekitar pukul 08.30an, udara masih sejuk banget, sinar matahari cerah dan hanya menembus beberapa titik hutan yang lebat, ada juga beberapa kendaraan yang lewat, jadi nggak serem-serem amat di tengah hutan sendirian, hahahaha.

What a perfect moment kan ye.  

Sayangnya saya nggak bisa lama-lama di hutan tersebut, karena harus  mengejar waktu janjian dengan 'si pacar' aka bestie saya. Dan setelah puas berdiam diri sejenak, lalu menyempatkan untuk mengambil beberapa gambar, sayapun kembali memacu motor kesayangan menuju lokasi janjian.

Btw, mengapa saya bisa berada di dalam hutan Lambusango tersebut?. Karena ada jalanan poros utama yang membelah hutan tersebut, sehingga meski hutan lindung, tapi jalanannya lumayan ramai dengan kendaraan yang lalu lalang, terutama di jam sibuk.

Sayangnya saya nggak tahu persis berapa panjang jalan yang melewati hutan tersebut, mungkin sekitar 2-3 km deh, nanti deh kalau saya lewat lagi, saya coba ukur panjangnya, hahaha.

Yang jelas, butuh waktu yang lumayan juga sampai di jalanan ujung hutan, apalagi jalanannya lumayan berkelok dengan jurang di sisi sebelah dan tebing di sisi satunya. Kalau hujan wajib banget ekstra hati-hati, selain takut terjun ke jurang, pun juga takut banget pas ngebut eh ada hewan menyeberang jalanan, kan berabe.

Saya pernah ketemu kawanan monyet yang sedang menyeberang, pernah juga ada seekor biawak yang lumayan besar tiba-tiba melintas, yang hampir saja menyebabkan saya jatuh, saking kaget takut mengira itu komodo, wakakakaka.

Itu belum ketambahan kalau ada ular menyeberang jalanan. Ya begitulah keadaan di dalam hutan, asyik banget sih suasananya, bonus rasa deg-degan sama hewan liar aja, hahaha.

sawah kapontori dari atas bukit
Pemandangan dari atas bukit

Selain hutan lindung Lambusango, saya juga melewati satu lembah yang cantik banget, apalagi di musim penghujan dengan pemandangan ada sawah menghijau dan membentang, dengan background gunung biru di belakangnya, nun jauh di samping ada laut yang membentang. Ah pokoknya cantik deh, sayangnya saya nggak bisa berhenti lama untuk mengabadikannya dalam jepretan, karena malu aja diliatin semua orang lewat, hahaha.


Puluhan KM yang Berkelok Tapi Menyenangkan

Sesungguhnya, untuk ke rumah 'si pacar' tuh, saya harus menempuh perjalanan puluhan KM, dan kondisinya berkelok di antaranya kelokan tajam dan dengan jurang di sebelahnya.

Terutama di lokasi saya jatuh dari motor beberapa waktu lalu.

Baca juga: Jatuh Dari Motor

Tapi karena saya perginya tanpa beban, eh ada ding sedikit beban, yaitu beban harus pulang tepat waktu, hahaha.

Jadinya perjalanan tuh terasa menyenangkan.

Saya bisa ngebut dengan nyaman terutama di jalanan yang lurus, kalau jalanan berkelok mah saya takut, masalahnya udah merasakan bagaimana sakit dan nggak enaknya kepentok aspal itu, hahaha.

Apalagi saya juga melewati perkampungan yang isinya kebanyakan masyarakat imigrasi dari Bali, jadi mereka menyulap perkampungan itu jadi mirip Bali. Dan kebetulan juga hari itu kayaknya ada peringatan umat Hindu, jadi sepanjang jalan tuh ada hiasan yang bikin perkampungannya jadi lebih cantik.

karing karing di baubau
Salah satu sudut perkampungan Bali

Ya bonus bau menyan aja sih, dan lumayan bikin saya sakit kepala, hahaha.

Setelah berkendara selama 2 jam, sambil sesekali ngebut, sesekali berhenti buat ambil foto, akhirnya saya sampai di alamat si bestie. Dan ternyata di sana pun sedang mati lampu, sinyal XL menghilang, hanya tersisa sinyal Telkomsel aja, cape deh.


Healing Ngerumpi Bareng Bestie

Waktu menunjukan pukul 10.00, ketika saya berhenti di jalanan dekat rumah si bestie pacar. Sayangnya saya udah bertahun-tahun nggak pernah ke rumahnya. Terakhir ke rumahnya pas saya mudik 4 tahun silam, ketika bapak meninggal dunia.

Baca juga : Hari Terakhir Bersama Bapak dan Jenazahnya yang Tidak Kaku

Itupun saya mampirnya pas malam, dan diajak si bestie itu naik mobil, sekarang sudah banyak yang berubah di depan gang rumahnya, saya lupa dong yang mana rumah dan gangnya, hahaha.

Saya hubungi dia lewat panggilan WA, ternyata nggak diangkat, bingung dong mau ke mana nih, apalagi di situ nggak ada tempat nongkrong favorit akoh, si M**(ampuunn kan akoh yang masih kadang nongkrong karena cuman di situ bisa kerja sambil bayar murah, wkwkwkwk). 

Tiba-tiba pandangan saya tertuju pada sebuah logo yang sangat familier, yaitu Mixue. Ya udah saya melipir deh ke sana, karena you know lah si Mixue ini udah jadi salah satu cheap short escape saya dan anak-anak ketika di Surabaya.  

Baca juga : Nongkrong di Mixue, Es Krim Murah di Surabaya

Dengan penuh pengharapan saya mampir, dan baru saja mau buka pintu,

"Maaf Kak, belum buka, karena mati lampu!"

Yaelaaahhh, gagal deh.

Karena bingung saya mau ke mana? mau ke rumah kakak sebenarnya di mana rumahnya dekat banget dari situ, tapi masalahnya kan mereka semua lagi kerja. Akhirnya saya melipir ke tempat favorit saya juga. Di mana? mall off course, hahaha.  

Namun, baru saja saya menemukan tempat duduk di dalam mall, tiba-tiba ponsel saya berdering, kakak saya memanggil dan berakhir dengan kami janjian ketemu di toko tas Eiger. Si kakak mau beliin tas buat keponakannya, karena udah lama janjiin.

Setelah dari toko tas, kakak mengantar saya ke supermarket bahan bangunan karena saya butuh membeli lem pipa, setelahnya kami berpisah dan sayapun menuju ke rumah si bestie setelah berhasil menghubunginya.

Jadi demikianlah, sekitar kurang lebih 3 jam saya habiskan untuk ngobrol ngalor ngidul di rumah si bestie, banyak hal yang kami obrolin. Mulai dari masa kini, hingga sibuk menertawakan kekonyolan kami di masa lalu. 

Tanpa terasa, waktu sudah menunjukan pukul 14.30, dan saya pun pamit setelah susah payah memaksa agar bisa pulang, hahaha.


Sea Therapy Tipis-Tipis di Baypass Waruruma BauBau

Sebenarnya saya tuh pengennya berkunjung ke beberapa tempat yang ada di kota tersebut, salah satunya di pinggir laut. Tapi karena keterbatasan waktu, jadinya terpaksa saya mampir sendiri di jalan baypass Waruruma yang terletak di agak luaran kota BauBau.

Sudah lama pengen banget mampir di sini, terakhir sih saya sempat lewat sama kakak, tapi saat itu kami buru-buru, jadi cuman sekadar lewat.

Karenanya, ketika melewati akses jalan dekat baypass ini, saya sulit menahan godaan untuk mampir sejenak.

Dengan sangat hati-hati saya membelokan motor ke jalan akses masuknya, jalan yang menurun tajam sungguh bikin saya trauma, jadi saya benar-benar mengendarai motor dengan sangat pelan.

jalan baypass waruruma baubau
Jalan baypass Waruruma, BauBau

Beruntung cuaca sore itu sedikit mendung, matahari bersembunyi di balik awan, sehingga udara terasa sedikit sejuk, meski aroma laut yang asin menyambut saya.

Saya hanya berani mampir sekitar 15 menitan di pinggir jalan, menikmati hembusan angin sepoi-sepoi dari laut dengan pemandangan beberapa kapal perahu nelayan di kejauhan. Dan suprisingly, meski sebentar berdiam diri menikmati suasana tepi laut tuh, masya Allah banget asyiknya.

Memang benar, sea therapy yang salah satunya dengan cara menikmati suasana tepi laut itu work banget sebagai healing terapi burnout ala saya.  

Baca juga : Sea Terapy atau Terapi Laut untuk Kesehatan Mental 

Over all, acara healing saya hari itu berhasil, hati jadi terasa lebih plong, burnout jadi menghilang, ya meskipun masih ada yang mengganjal sedikit di hati, karena nggak ketemu orang yang dinanti. Tapi tetap nggak mengurangi dampak positif dari perjalanan healing saya di hutan dan laut meski hanya sejenak. 


Elweel, 28-04-2025

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)