Enak Nggak Enaknya Jadi Ibu Rumah Tangga Berpenghasilan

ibu-rumah-tangga-berpenghasilan

"Aku senang loh Rey, karena anak-anak suka banget makan steaknya, meskipun harganya lumayan selangit, dan otak langsung mikir, mau nutupin uang belanja dari mana ya? makanya ngebut jualan lagi!"

Demikian cerita salah satu Mbak, yang kesehariannya merupakan ibu rumah tangga. Tapi karena anaknya sudah lumayan besar, dia juga menekuni jualan produk apa saja, dan hasilnya sangat lumayan, membuatnya jadi ibu rumah tangga berpenghasilan sendiri, meski seringnya di rumah aja.

"Untung bisa punya pemasukan dari jualan ya Mbak, enaknya jadi ibu rumah tangga tapi masih punya penghasilan sendiri itu, gitu ya!" sahut saya. 

Tapi bener loh, saya merasakan juga bagaimana enaknya nggak enaknya, jadi ibu rumah tangga tapi tetap berpenghasilan. Kayak masih punya 'kebebasan finansial' nggak sih, meskipun bukan yang wah banget ya.

Setidaknya untuk hal-hal receh di mata orang lain, tapi kadang bikin kita sebagai ibu rumah tangga jadi pusing berat, jadinya teratasi.

Misal kayak saya siang ini, pusing karena anak-anak berantem masalah pianika. Si Kakak emang punya pianika kecil yang dibeliin papinya, buat praktik kesenian ketika SD.

Dan si Adik selalu pengen pinjam, sementara kakaknya nggak bolehin. Kasian kan jadinya memaksa kakaknya mulu untuk mau meminjamkan barang miliknya. Akhirnya saya putuskan untuk mengajak si Adik beli lagi, dia sendiri yang pilih dan klik di marketplace, dan iyes... masalah berantemin pianika jadi teratasi.

Untuk ibu rumah tangga lainnya, beli pianika mungkin bukan masalah besar. Tapi untuk beberapa keluarga dengan keuangan yang super ketat pengaturannya, biar mencukupi semua kebutuhan, kadang pengeluaran puluhan ribu hingga 100ribuan pun jadi masalah.

Bayangkan kalau saya nggak punya penghasilan sendiri, yang ada saya nggak akan berani menjanjikan si Adik beli pianika lain. Karena saya harus disiplin terhadap budget pengeluaran, dan saya nggak suka berhutang.

Tapi, sama kayak cerita Mbak di atas, yang nggak masalah anak-anak makan makanan mahal banget sesekali. Karena dia yakin bisa 'nutupin' pengeluaran over budget dari biaya makan-makan tersebut.

Baca juga : Ibu Rumah Tangga Jadi Blogger Profesional? Bisa, Asalkan Seperti ini!

 

Cerita Jadi Ibu Rumah Tangga Berpenghasilan dari Rumah

Btw, bagi temans pembaca baru mungkin belum tahu, saya jadi ibu rumah tangga berpenghasilannya dari usaha apa?.

Dari blog ya, hahahaha.

ibu-rumah-tangga-berpenghasilan

Pemasukan saya saat ini memang lebih menggantungkan dari blog saja, setidaknya ada 2 hingga 3 blog yang paling sering saya kelola untuk menerima job kerja sama.

Selain itu, kadang juga dari job medsos, khususnya instagram. Meskipun semakin ke sini, saya makin malas terima job medsos, karena waktu dan kondisi saya seringnya tidak memungkinkan untuk bikin sebuah konten guna keperluan job tersebut.

Jadi ya lebih sering mengandalkan job kerja sama blog. Memang sih jadi lebih terbatas peluang mendapatkan uangnya, tapi Alhamdulillah dengan menekuni sekuat tenaga mengisi tulisan di blog, di sisa-sisa waktu yang terkuras buat anak-anak dan lainnya. Satu dua job akhirnya berhasil saya dapatkan.

Setidaknya, rekening khusus job saya, nggak kering-kering amat lah, hahaha.

Menjadi mantan pekerja kantoran, yang terbiasa menerima gaji di rekening, memang sulit bisa menerima kalau akhirnya setelah jadi IRT, rekening saya jadi kering kerontang, hahaha.

Jadinya, sejak pertama kali jadi IRT, berbagai hal saya lakukan demi tetap mendapatkan transferan di rekening

Mulai dari jualan online baju anak, jual frozen brownies, sampai berbisnis MLM Oriflame.  

Semuanya gagal, sampai akhirnya di awal tahun 2018 silam, saya (baru) menemukan fakta bahwa, ternyata menulis di blog itu bisa menghasilkan uang loh.

Dan meskipun nggak atau belum bisa buat beli gedung MPR *eh, hahaha, setidaknya hingga saat ini Alhamdulillah saya masih bisa beli ini itu, tanpa merepotkan papinya nakanak. Bukan karena papinya nggak sanggup mulu sih, tapi karena buat saya, membeli berbagai keperluan pribadi dengan uang sendiri itu, berasa lebih nyaman aja, karena berasa nggak boros menghamburkan uang suami.

Meskipun beberapa keperluan saya itu penting dan urgent sih ya.   

Setidaknya, bukan hanya untuk kebutuhan pribadi saja sih ya, untuk hal-hal lain seperti kebutuhan anak, menyenangkan anak-anak, mentraktir keluarga, ngasih ortu sendiri. Rasanya enak aja gitu, nggak perlu merasa nggak enakan, karena harus 'membebani' suami, terlebih kalau memang suami belum mampu.

Baca juga : Posisi Terhebat yang Tak Pernah Diimpikan


Enaknya Jadi Ibu Rumah Tangga Berpenghasilan

Secara garis besar, begini hal-hal enaknya ketika menjadi ibu rumah tangga yang tetap berpenghasilan meski dari rumah, yaitu: 

ibu-rumah-tangga-berpenghasilan

1. Masih punya 'kebebasan finansial' 

Seperti yang saya ceritakan di atas, bagaimana enaknya menjadi IRT berpenghasilan itu ya, semacam kita masih punya 'kebebasan finansial'. Saya kasih tanda koma di atas ('), karena tidak semua IRT berpenghasilan, penghasilannya milyaran per bulan, hahaha.

Kalau milyaran per bulan, keknya udah nggak bisa nyambi jadi IRT kali ya, saya nggak percaya ada yang penghasilannya milyaran per bulan, tapi kerjanya cuman sejam setiap harinya, hahaha.

Nah, setidaknya 'kebebasan finansial' yang dimaksud adalah, masih bisa belanja ini itu, tanpa harus mengganggu budget rumah tangga yang mungkin harus dibuat seketat mungkin. 

Seperti saya, masih bisa skincare-an tanpa mengganggu budget rumah tangga. Bisa jajan ini itu, tanpa takut uang belanja rumah tangga terganggu. 


2. Nggak selalu bingung ketika harus memerlukan uang untuk keluarga maupun anak

Yang paling sering jadi masalah ibu rumah tangga mantan pekerja kayak saya adalah, dulunya ketika kerja terbiasa kasih duit ke ortu, pas udah jadi IRT kan nggak punya gaji lagi.

Tapi kan ortu tentunya masih senang jika anaknya, apalagi anak perempuan yang telah disekolahin tinggi-tinggi dengan susah payah, bisa membantu sedikit keuangan ortu.

Meskipun ortu saya khususnya nggak pernah minta ya, bahkan ketika saya udah nggak kerja kantoran, mama selalu ngomel kalau saya kasih duit, malah disuruh nabung.

Tapi, adalah hal menyenangkan kalau bisa menyenangkan ortu dengan uang, karena saya belum bisa sering pulang menjenguk mereka. Bahkan ketika lebaran, saya masih bisa kasih THR meski nggak banyak, itu rasanya luar biasa bahagia.

Baca juga : Blog Membuat Saya Jadi Ibu Rumah Tangga yang Lebih Bermanfaat


3. Merasakan kepuasan batin sebagai wanita yang 'lengkap'

Ini khusus saya pribadi ya, tapi entah kenapa kok saya merasa sedikit minder ketika jadi IRT saja. I know, bahkan sangat tahu banget, being IRT itu luwaaarrrr biasa banget. 

Bahkan menurut saya, tidak ada pekerjaan tersulit dan terhebat di dunia ini selain IRT, apalagi IRT zaman now kan, which is kerjaannya double triple berkali-kali rangkapannya, hahaha. 

Tapi, entah mengapa, di sudut hati saya, dan mungkin nih ya, karena saya memang mantan pekerja kantoran dulunya, jadinya kok tetap merasa ada yang 'kurang' kalau hanya jadi IRT.

Padahal ya, kurang apanya sih jadi IRT? kurang tidur dan kurang istrahat ya iya, hahahaha.

Nah, dengan menjadi IRT berpenghasilan, nggak tahu kenapa, saya merasa lebih lengkap, lebih bahagia. Ya mungkin juga, salah satunya karena masih punya krincingan dana yang masuk di rekening saya kali ya, wakakakak.

Baca juga : Ibu Rumah Tangga yang Berdaya Itu Bukan Hanya yang Menghasilkan Uang 


Nggak Enaknya Jadi Ibu Rumah Tangga Berpenghasilan

Tapi.... di balik enaknya jadi ibu rumah tangga yang berpenghasilan, masih punya 'kebebasan finansial' dan lainnya itu, terselip tantangan luar biasa yang harus dilewati. Yang rasanya, tentu saja nggak enak, hahaha.

ibu-rumah-tangga-berpenghasilan

1. Rentan stres karena kewalahan mengatur waktu

Astagaaahhh, saya tuh ya sampai jungkir balik mencari sosok di dunia ini, yang bisa sukses menjalani profesinya jadi ibu rumah tangga single fighter mom pejuang LDM dengan ekonomi terbatas, tapi juga sukses di profesi atau pekerjaannya yang menghasilkan uang.

Karena, sudah kurang lebih 5 tahun menjalani profesi mom blogger ini, mulai dari si bungsu masih bayi, which is saya ngetik di blog sambil terbungkuk-bungkuk karena nyambi menyusui si Adik.   

Sampai sekarang yang mana saya ngetik per kata, selalu dipenuhi distraksi,

"Mamiiiiii.... mau pup!"

"Mamiiiiii.... mau pipis!"

"Mamiiiii... mau makan!"

"Mamiii..... Kakak nakal, Mi!"

Atau di lain kesempatan, nggak ada distraksi teriakan, tapi badan dan kepala maminya dijadikan pohon, alias dipanjat si Adik, ckckckck.

Belum lagi baru dapat ide nulis, eh udah sore, udah waktunya beberes, rebus air buat bikinin eyangnya anak-anak minum, urus mandinya anak-anak, nyiapin makan malam, nyuapin anak-anak.

Pas malam udah selesai semuanya, buka laptop, bablas idenya, hahahaha.

Jadinya mikir lagi, cari ide yang nyambung, pas dapat, kantuk udah nggak tertahankan. Ke dapur bikin kopi, yang ada badan gemetaran karena lambung nggak kuat, hahaha.

Atau di lain waktu, udah minum kopi, badan gemetaran, eh tetap ngantuk saking capek kebanyakan kerjaan di siang hari.

Belum lagi, mulai kerja di malam hari itu, setelah semua selesai.

Semua-muanya... Dari siapin makan malam, anak-anak sudah makan malam, abis makan malam, anak-anak harus dipastikan belajar dulu, dan tentu saja harus ditungguin, kalau enggak ya mereka bablas malah main atau bercanda.

Setelah belajar, ngaji, kakak hafalan Al Quran, baru deh urus persiapan tidur anak-anak. Dan setelah anak-anak tidur, baru bisa mulai buka laptop, huhuhu.

Dan setelah anak-anak masuk sekolah, apalagi si Kakak udah SMP dan si Adik udah TK B, saya nggak boleh lagi begadang, karena wajib bangun dini hari sekitar pukul 4, untuk siapin bekal dan sarapan si Kakak serta Adik.

Setelah itu harus antar si Kakak, pulangnya urus Adik, lalu antar Adik ke sekolah. Karena jadwal sekolah anak-anak beda, jadilah saya kelayapan mulu di jalanan, berasa nyetrika jalanan, wakakakakak.

Yang paling menantang bin bikin adrenalin dan darah naik tuh, kalau ada job yang include tulisan plus konten video medsos. Ya ampuuuunnn, kayaknya sulit untuk nggak ngomel, karena saya butuh persiapan panjang, biar bisa menghasilkan konten yang setidaknya nggak terlalu mengecewakan klien.

Dan iyes! saya sering banget merasa stres, dan sering banget anak-anak kena omelan, huhuhu.


2. Rentan kelelahan

Migren, sakit kepala biasa, hingga sakit saraf tulang belakang? duh udah sering, hahaha.

Saking kelelahannya, terutama dulu ketika Alhamdulillah job lancar, ya waktu duduk depan laptop juga jadi panjang.

Migren dan sakit kepala, hampir setiap hari.

Ujung-ujungnya juga sakit tulang pinggang dan tulang belakang, sampai pernah nggak bisa gerak sama sekali dong, huhuhu.

Semua itu ya karena kelelahan, dan tau nggak sih, beberapa blogger sudah mengalaminya keknya, di mana tulang belakang jadi masalah gegara kelamaan duduk.

Itu belum ketambahan mata minus jadi nambah mulu, saking sering pelototin laptop. Kalau saya sendiri, bahkan kalau ngetik jarang liat monitor laptop, cuman sering liat keyboard laptop, biar mata nggak terlalu sakit, hahaha.


3. Kadang sakit hati ketika diremehkan dan tidak dimengerti 

Tidak kalah 'nggak enak'nya adalah, ketika masih banyak orang yang belum tahu, bahwa saya duduk menghadap laptop berjam-jam itu ya kerja, menulis di blog itu, meskipun nulis receh kayak gini, ya kerja.

Masih ada juga yang bilang,

"Jualan aja, Rey! Daripada nggak ada kegiatan, cuman di depan laptop aja!"

CUMAN DI DEPAN LAPTOP KATANYA! hiks hiks. 

Masih mending mah kalau di depan laptop, kadang saya harus nunduk utak atik handphone, karena bikin konten, entah edit video atau foto, upload ke medsos.

Makin deh dibilang,

"Daripada HPan mulu, sementara anaknya main HP dilarang!"

Huhuhu!

Atau juga, ketika ada kegiatan di sekolah anak-anak, karena banyak orang yang melihat saya selalu antar jemput anak, jadinya dikira saya nggak punya kegiatan lain di rumah. Dipaksalah saya untuk gabung atau ikut kegiatan secara wajib.

Dan menjelaskan bahwa saya kerja dari rumah itu agak mem-bagong-kan, rata-rata berpikir, saya bilang kerja 'dari' atau 'di' rumah itu ya nyuci, masak, nyetrika dan kawan-kawannya itu. 

Jadinya banyak yang bilang, 

"Udah Rey, jangan di dapur mulu, entar cepat tua!"

Ih kata siapa akoh di dapur mulu? orang si Rey ini musuhan sama dapur!, hahaha.  

Iya, saya tahu, pasti ada yang bakal berpikir,

"Cuekin aja Rey, selama tetap dapat transferan, ya cuekin aja omongan orang nggak penting itu!"

Si Rey bilaik auto nyanyi,

"Tak segampang ituuuuuu.......!"

Baca juga: 5 Hal Menyedihkan Bagi Ibu Rumah Tangga


Kesimpulan dan penutup

Being IRT tapi masih bisa merasakan menghasilkan uang sendiri, karena kerja dari rumah tanpa mengabaikan pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga itu, sangat menyenangkan.

Terutama ketika mau beli ini itu, jadi nggak sungkan karena masih bisa pakai uang sendiri. Mau kasih keluarga atau ortupu juga demikian.

Itulah enaknya jadi ibu rumah tangga berpenghasilan.

Tapi, nggak enaknya juga banyak, mulai dari stres karena kewalahan mengatur waktu dan akhirnya tepar kelelahan. Sampai sakit hati dikira main laptop atau HP mulu, hahaha.

Ada yang juga mengalami? *cari teman, hehehe.


Surabaya, 14 Agustus 2023

Sumber: opini dan pengalaman pribadi.

Gambar: Canva dan dokpri

Demikian artikel tentang enak nggak enaknya menjadi ibu rumah tangga yang berpenghasilan, semoga bermanfaat.

5 komentar :

  1. Hai, Terima Kasih artikelnya bagus sekali. BTW Salam sesama blogger saya pingin berteman dan follow blog sampean :)

    mashilman,blogspot,com

    BalasHapus
  2. Aku cukup sering kena migrain juga hahaha, biasanya karena stress kerjaan dan dipikir, sebenernya kalau ga terlalu dipikir berat, ga bakalan migrain juga.
    sekarang si adek juga udah gede dan sekolah, kalau udah gedean lagi dan ga ngeganggu mba rey misalnya, mungkin momen momen kayak gini bakalan dikangeni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, iyaaa... tapi nggak tahu ya, kayaknya sampai mereka SMP masih lumayan menguras perhatian :D

      Hapus
  3. Memang ga gampang sih untuk dapat penghasilan dari blog, apalagi untuk ibu rumah tangga. Aku megang anak sehari aja, segala kerjaanku langsung awur-awuran, ga kepegang satupun. Apalagi yang tiap hari ya, haduh ga kebayang.

    Tapi semuanya kan sirna ketika bukti transfer masuk ke Whatsapp, hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, iyaaa... tantangan banget mengatur waktu yang emang udah full :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)