Blog Gita Savitri dan Menulis Tentang Diri Sendiri

blog-gita-savitri

Blog Gita Savitri akhir-akhir ini diburu banyak orang, hal itu terlihat dengan banyaknya screenshoot potongan-potongan tulisan blognya, beredar di media sosial.

Ketika saya mencoba mencari blognya, ternyata blog terbarunya yang pakai domain sendiri, keknya lupa diperpanjang, jadinya udah nggak bisa diakses.

Tersisa blog lamanya, sebelum dia pakai domain sendiri, yaitu gitasavitri.blogspot.com.

Baca juga : Blog Pribadi, Tempat Healing dan Menghasilkan Cuan 

blog-gita-savitri

Blog Gita Savitri Berisi Cerita dan Curhat Diri Sendiri

Dulunya, saya pernah membaca beberapa tulisannya di blog tersebut. Nggak banyak sih, tapi saya bisa memastikan, kalau isi blognya memang mostly tentang curhatan dan opininya.

blog-gita-savitri

Cuman memang karena beberapa tulisannya, yang berisi opini kurang sejalan dengan pemikian saya. Kalau nggak salah tentang LGBT dan Islam sih ya. which is untuk masalah ini saya memang nggak mau kasih sedikitpun celah buat diri sendiri, untuk dijadikan hal yang normal dengan mengatas namakan 'open minded'.  

Karena itulah, saya malas meneruskan baca tulisannya. Dan cuman menikmati banyak opini orang yang menyerangnya, hahaha.

Namun, saya kan emang sempat membaca beberapa tulisan lamanya, dan emang sih sekilas si Gita ini mirip banget dengan si Rey, sifatnya maksudnya, hahaha.

Mungkin itu kali ya, kenapa banyak orang yang jungkir balik baper dan tersinggung dengan tulisannya, saya santai aja tuh nanggepinnya.

Ya karena saya memahaminya, meski tidak setuju dengan semua pemikiran terbukanya. But, yang saya pahami adalah, setiap orang tuh berhak bersuara, apalagi kalau yang dibicarakan ya dirinya sendiri.

Dan seliar apapun tulisannya, saya amat sangat respek, karena yang dia bicarakan ya dirinya sendiri, atau sesuatu yang berhubungan dengan dirinya.

Bukan yang judulnya fantastis, eh ternyata ngomongin tetangga, teman, sodara dan lainnya. Dengan alasan nggak buka aib.

Lah, nggak buka aib sih, tapi aib orang yang digibahin *eh! wakakakaka.

Baca juga : Sharing Pengalaman Diri VS Mengumbar Aib Diri 

Dari tulisan Gita di blognya, yang kebanyakan isinya curhatan dan isi kepalanya, terlihat jelas karakternya. Seseorang yang introvert, tapi keras kepala serta di kepalanya tuh buanyaaakk banget hal-hal yang riuh rendah ingin disuarakan.

Tapi dia seorang yang introvert, malas kebanyakan ngomong, makanya dia menulis. Atau bikin konten video. Which is dia bisa ngomong banyak, tanpa harus memikirkan ketika wajah lawan bicaranya mulai berubah.

Atau bahkan lawan bicaranya akan memotong ucapannya, meski dia belum selesai menyuarakan isi kepalanya.

Gita sedikit banyak mirip karakter saya, beda pola pikirnya aja, karena kami hidup di lingkungan keluarga, teman serta waktu yang berbeda.

Di tampilan luar, saya terlihat tenang, diam, ramah, sangat perhatian dalam mendengarkan cerita orang, sampai-sampai jarang bercerita tentang diri sendiri.

Tapi di dalam kepala, penuh dengan hal-hal yang ingin diutarakan, sesuatu yang mengganggu pikiran dan perasaan.

Karenanya Gita menuliskannya semua di blog, dan memang terlihat banget bagaimana dirinya, karakternya, isi kepalanya, dari tulisannya.

Salah satunya, seperti tulisan di blognya yang berjudul 'Marah-Marah Terus!', yang ditulis di bulan Agustus 2010 tersebut, terlihat jelas bagaimana sikap dan karakternya. Yang sebenarnya kalau udah baca itu, orang-orang seharusnya nggak perlu berdebat panjang kali tinggi *eh salah ya, lebar harusnya, wakakakak. 

Baca juga : Ketika Saya Sedang Marah 


Blog Gita Savitri Gambaran Menulis Curhat itu Selalu Berfaedah

Blog Gita Savitri yang isinya tentang curhat dan opini dirinya itu, membuktikan, bahwa semua tulisan di blog itu, apapun jenisnya, insya Allah berfaedah kok.

blog-gita-savitri

Jadi, nggak melulu nulis karya ilmiah, yang sebenarnya cuman hasil saduran aja *eh. Justru menuliskan curhat, keseharian dan opini, menghadirkan sesuatu yang lain, dalam artikel di internet yang bisa dibaca.

Dan menuliskan kisah diri sendiri, se-tidak penting-nya kita di mata kita sendiri. Itu juga berfaedah loh. I mean, semua manusia itu unik bukan?

Jadi, nggak usah nunggu, kita punya prestasi S3 atau Doktor baru boleh menuliskan isi kepala kita. Bahkan hal-hal remeh dalam hidup kita, seringnya malah jadi sesuatu cerita yang membangkitkan semangat orang yang baca loh.

Baca juga : Nulis di Blog Dengan Ciri Khas, Bikin Aman Dari Copas  

Jadi, saya selalu nggak habis pikir kalau ada seseorang, apalagi sesama blogger yang beranggapan bahwa tulisan curhat itu nggak berfaedah. Seolah memamerkan hanya tulisannya yang paling bagus di dunia ini.

Padahal enggak ya. Apapun tulisan kita, selama tidak merugikan orang lain, insha Allah berfaedah kok. Gimana cara agar tidak merugikan orang lain?

Ya itu tadi, tulislah tentang diri kita sendiri, pengalaman kita, curhatan kita, isi kepala kita.


Manfaat Menulis Tentang Diri Sendiri Seperti Blog Gita Savitri

Mungkin ada yang bertanya atau berpikir, menulislah hal-hal yang ada manfaatnya. Emang nulis curhat atau tentang diri sendiri, apa manfaatnya, Rey?.

blog-gita-savitri

Banyak!


1. Sebagai tempat untuk memperkenalkan diri seperti blog Gita Savitri 

Di saat banyak yang menghujat Gitasav karena tulisannya atau isi kepalanya, apapun penjelasannya sulit untuk bisa diterima oleh orang yang udah nggak suka.

Tapi beberapa orang akhirnya bisa memahami opini Gita, ya karena membaca banyak tulisannya di blog Gita Savitri.

Dari tulisan-tulisannya, orang jadi paham, mengapa dia bisa berpikir seperti itu? Mengapa dia tumbuh jadi orang seperti itu? 

Orang-orang jadi lebih mengenali Gitasav, karakternya, tanpa perlu lagi Gita capek-capek memperkenalkan diri. 

So, menulis tentang diri sendiri di blog itu, salah satunya bermanfaat untuk memperkenalkan diri sendiri, tanpa harus kebanyakan bac*t untuk telinga yang jarang mau mendengarkan.


2. Sebagai tempat untuk mengenali dan memahami diri sendiri

Btw, saya menuliskan tentang perjalanan saya mengalami mental illness yang kompleks.

Baca juga : Ceritaku Melewati Mental Illness, Jatuh Bangun Hingga Bangkit Setelah Mencoba Mengakhiri Hidup

Di situ saya menuliskan, bagaimana saya yang hampir berpindah alam karena merasa sudah nggak sanggup lagi menahan penderitaan yang dirasa. Lalu ke psikolog, tapi psikolognya mengatakan, saya baik-baik saja.

Saya cuman burn out dan stres serta kecapekan.

Wow banget orang capek, sampai berkali-kali pengen mati, wakakakak.

Tapi setelah saya pikir-pikir, dan membaca beberapa kisah orang-orang yang mirip dengan cerita saya, salah satu pembedanya adalah sikap ketika ketemu psikolog.

Saya dong, meski pikiran saya riuh rendah, sampai migren deh rasanya. Tapi ketika konsultasi dengan psikolog, saya bisa dengan runut bercerita, bahkan tanpa ditanya juga saya bisa menceritakan panjang lebar.

Sementara, banyak orang yang ketika pertama kali ketemu psikolog, eh yang ada cuman nangis, sampai bingung bicaranya.

Kok bisa?

Saya pikir, perbedaan saya dengan lainnya adalah, pikiran mereka terlalu penuh, bahkan sudah tumpah-tumpah. Saking bertahun-tahun dipendam sendiri.

Nggak ada yang bisa mendengarkan dengan baik, nggak tahu cara mengeluarkan isi pikirannya yang kalut itu. Semua disimpan dalam kepalanya sendiri.

Hasilnya? bisa ketebak lah ya, kacau balau, saking kacaunya dia nggak bisa memahami, sebenarnya dia kenapa? apa yang dia inginkan? apa masalahnya?

Sementara saya? Enggak dong!

Saya bisa dibilang banyak tahu dengan persis apa yang saya alami, bahkan bisa bangkit dari mental illness ya karena saya rajin menulis.

Baca juga : Terciduk Mengunjungi Psikolog? So What?  

Saya menuliskan apapun yang saya rasakan. 

Kegundahan, bahagia dan segala pengalaman hidup. Ketika beberapa waktu kemudian, saya kembali membaca tulisan tersebut. Membaca pengalaman dan perasaan diri, di saat yang tidak sama itu, ternyata bikin kita mengerti apa yang kita rasakan, apa yang kita butuhkan.

Karena, kita bisa memahami amarah kita, kalau kitanya udah nggak marah kan.

Lah kalau lagi marah disuruh paham, yang ada kita meledak. Tapi ketika sudah tenang, dan kita nggak merekam kemarahan itu, ya udah lupa deh, hahaha.

Menuliskan pengalaman dan cerita diri, membuat saya bisa lebih baik memahami dan mengerti diri sendiri. Sehingga tentu saja saya ke psikolog udah berasa ngobrol, bukan cuman curhat doang, hahaha. 


3. Sebagai kenangan yang terekam dalam tulisan 

Ini sih buat saya pribadi ya, saking pikiran saya itu selalu riuh rendah, banyak banget yang berkecamuk. Jadinya saya mudah pikun, banyak hal-hal yang sudah saya lupakan dalam hidup.

Bahkan kejadian-kejadian pahit, kayak pernah kecewa sama orang lain, saya udah lupa dong, wakakaka.

Melupakan kenangan pahit mungkin sekilas baik, tapi kalau semua kenangan jadi terlupakan, kan berabe ya.

Jadi, dengan menuliskan semua tentang diri sendiri, akan menjadi kenangan yang bisa dibaca di kemudian hari.

Dan masih banyak lagi sih, tapi poin pentingnya 3 aja dulu, hahaha.


Kesimpulan dan Penutup

Blog Gita Savitri membuktikan, bahwa menulis tentang diri sendiri itu tetap berfaedah. Bahkan di tengah gempuran jutaan blog yang sudah ada, dan baru diadakan, blog yang menuliskan tentang diri sendiri itu, jadi terasa lebih menarik untuk dibaca.

Karena membawakan cerita lain, yang nggak sama dengan blog lainnya.

Bahkan, saya sendiri, akan sangat menikmati tulisan curhatan, ceruta harian hingga opini diri ketimbang artikel yang katanya berfaedah tapi banyak samanya itu, ketika blogwalking.

How about you?

Sidoarjo, 21 Februari 2023

#TuesdayBlogging

Sumber: Opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Demikianlah artikel tentang blog Gita Savitri dan hubungannya dengan menulis tentang diri sendiri yang tetap berfaedah, semoga bermanfaat.

2 komentar :

  1. Manfaat dari sebuah tulisan bukan tergantung pada penulisnya. Pembacanyalah yang menentukan.

    Tulisan tentang memasak yang luar biasa rinci sekalipun, kalau dibaca oleh seorang montir mobil yang ga pernah memasak, maka tulisan itu tidak akan bermanfaat. Belum lagi kalau orangnya males.. Yo wis.

    Kesalahn pandang para blogger adalah mereka berpikir dan merasa tulisannya bermanfaat, padahal itu bukan dia yang menentukan. Maklum lah, kadang blogger juga sering tenggelam dalam dunianya sendiri dan kadang terlalu sombong menganggap dirinya orang pintar dan paling bermanfaat.bagi manusia lainnya

    BalasHapus
  2. Dulu aku pengen nulis curhatan di blog tapi semakin kesini seolah² aku mendikte diri emang ada yg mau baca curhatan orang yg tidak dikenal. Akhirnya jadi menulislah hal yg bermanfaat dll bukan curhatan. Tapi gimana caranya curhat pribadi tanpa menelanjangi diri mba?

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)