Diary Working The Graveyard Shift Ala Rey, Pasien Anak Kejang Tapi Dana Terbatas

shift malam

Ini ceritanya saya kerja shift malam sampai pagi, dan paginya sekitar pukul 6.00, saya sedang dandan di ruang perawat, mendengar suara tangis anak dari arah ruang UGD.

"Wah ada pasien lagi!" 

Saya berguman sendiri sembari menyelesaikan dandan.can

Semalam memang ada pasien dewasa, datang dengan keluhan diare akut sampai dehidrasi. Jadi pasiennya di observasi sambil diinfus di UGD, dan saya bisa melanjutkan tidur sejenak sampai subuh tiba.

Baca juga : Diary Working The Graveyard Shift Ala Rey, Pasien Anak Tengah Malam

Setelah shalat subuh, telpon saya berdering, ternyata pasiennya udah mau pulang. Tanpa dandan segera saya ke depan komputer, membuatkan rincian tagihan invoice-nya.

Ada sedikit masalah pada komputer yang tiba-tiba nge-hang, untungnya bisa saya atasi dengan cepat. Dan tak lama kemudian urusan pasien tersebut kelar.

Setelahnya saya kembali ke ruang perawat untuk dandan, rasanya kok nggak nyaman melayani pasien datang dengan wajah bantal, hahaha.

Ye kan, saya bukan tenaga medis, kalau mereka kan wajar ye, harus stand by dan sergep melayani pasien.

Kelar dandan saya kembali ke meja, merapikan meja sejenak, lalu menanyakan data pasien yang baru masuk. Kata perawat, keluarganya sedang kembali untuk ambil datanya.

Akhirnya saya cuman menyiapkan lembaran pasien, mereka menyebutnya 'les pasien', lalu menunggu datanya sambil menyiapkan perlengkapannya.

Sambil menunggu, saya buka-buka medsos serta galeri ponsel kantor, mencari ide buat konten. Eh tiba-tiba keluarga pasien datang.

Baca juga : Blogger Perempuan Baubau

Dengan wajah sedikit bingung dia menjelaskan, kalau ingin pindahin pasien. Saya bingung ini maksudnya pindahin ke ruang rawat inap kah?.

Ternyata enggak, mereka hendak memindahkan pasien ke Puskesmas, karena ternyata dia salah pilih klinik, harusnya dia ke puskesmas karena memakai BPJS. Atau mereka pikir di sini menerima BPJS.

FYI, klinik tempat saya kerja memang saat ini belum melayani pasien BPJS, dan mungkin ini kecolongan saya, menunggu pasien daftar untuk menjelaskan kondisi tersebut.

Namun saya jadi berpikir, memang agak rempong ya masalah ini.

FYI, pasien anak yang masih bisa dikatakan bayi tersebut, datang dalam keadaan kejang. Mungkin itu yang bikin teman-teman nakes langsung menanganinya.

Sebelumnya saya sering mendengarkan cerita teman-teman tentang kondisi seperti ini. Kami yang tidak menerima BPJS, sementara pasien UGD seringnya butuh penanganan cepat.

Hal-hal seperti ini sungguh membingungkan sih ya. Di sisi lain, penanganan secepatnya akan menurunkan risiko yang mungkin dialami pasien. Tapi di sisi lainnya lagi, kami tidak bekerja di lembaga amal, ada aturan yang harus dijalankan.

Baca juga : Pengalaman dan Biaya Masuk IGD RS Muhammadiyah lamongan 

Memang dibutuhkan sosialisasi lebih sih, tapi terlepas dari itu, sungguh momen-momen seperti itu, bikin saya jadi gimana gitu ya. Antara sedih nggak bisa bantu atau profesional karena bekerja di perusahaan orang lain.


Baubau, 22-11-2025

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)