Siang ini saya semacam mengetes multi tasking otak yang berakhir puyeng sendiri, hehehe. Bisa-bisanya ya, dengan cuaca di luar yang cerah (lebih tepatnya, panas dan silau sih), saya mengerjakan beberapa tulisan job yang seharusnnya udah di posting sejak kemaren.
Sambil menulis (lebih tepatnya menyunting sih, ih gaya betul saya pakai kata 'sunting', biasanya juga pakai kata 'edit'), saya sok-sokan ikut zoom juga dong.
Ya gimana ya, akhir-akhir ini saya memang lagi semangat-semangatnya buat belajar. Ebentar, keknya saya setiap saat semangat belajar ya, saking semangatnya rasanya ilmu yang saya serap, sampai tumpah-tumpah lalu lupa, wakakakaka.
Tapi serius sih, rasannya rugi banget kalau saya nggak mengikuti kegiatan yang bisa mendatangkan ilmu yang bermanfaat, apalagi di bidang yang saya tekuni. Seperti, kepenulisan dan segaala hal tentang media sosial maupun blog.
Nah kebetulan pagi ini ada zoom kelas kepenulisan yang diadakan oleh Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Propinsi Jawa Timur. Kan menarik banget tuh, rasanya rugi kalau enggak diikutin.
Padahal ya, ujungnya nggak maksimal karena disambi sana sini. Kayak sekarang ini, saya nulis tulisan ini, sambil menyimak zoom tersebut. Jadinya saya lebih banyak mengandalkan screenshoot layar yang isinya materinya, dan juga sesekali update poin pentingnya di medsos, biar ingat.
Tapi sebenarnya saya nggak lagi pengen terlalu membahas zoom ini, meski sebenarnya juga akan lebih bagus kalau saya tulis sekalian ya tema-tema yang diberikan, hehehe.
Saya lagi pengen membahas tentang hal yang receh, tapi mengganggu pikiran saya sejak kemaren.
Etapi wait, semoga orangnya nggak baca ya, karena ini agak-agak terbaca meng-gibahkan orang, hahaha.
Jadi, kemaren eh maksudnya Minggu malam lalu, saya ketemuan sama teman-teman alumni STM angkatan (leting) saya. Semangat dong saya datang setelah sedikit dipaksa oleh teman baik saya, Mila.
Udah pukul 20.20 WITA dan saya belom mandi setelah pulang dari rumah mama mengunjungi Kakak Darrell.
Secepat kilat saya mandi, dandan dikit, lalu berangkat ke sebuah coffee shop yang berjarak 3 KM dari kos saya. Luar biasa ya dedikasi si Rey terhadap teman-teman alumni. Karena saya pikir udah hampir setahunan di Buton dan Baubau tapi belum pernah ketemuan teman-teman kan ye.
Untungnya jalanan kota Baubau itu selalu lengang, dan untuk jarak 3 KM mah cuman dibutuhkan waktu 5 menitan juga sampai.
Tak lama kemudian saya tiba di depan coffee shop yang dimaksud, setelah parkir saya melangkah ke dalam. Di lantai 1 saya menelpon Mila, dan segera dia turun menjemput saya, sekalian mengajak saya untuk memesan minuman.
Karena takut nanti nggak bisa tidur, saya memilih minuman cokelat dingin saja, lalu kami pun segera naik ke lantai 2.
Ternyata mereka hanya bertiga doang dong, dan 4 orang ketika saya ikut bergabung.
Jadilah kami, 2 perempuan dan 2 lelaki.
Lumayan lama kami bercakap-cakap, mulai dari kembali saling mengingatkan siapa kami di masa STM yang sudah berlalu 20an tahun. Lalu membahas apa yang dilakukan sekarang, bertanya kabar keluarga, teman-teman lainnya.
Percakapan terasa seru sehingga tanpa sadar kami sudah menghabiskan waktu hingga 2 jam. Dan terpaksa sepakat untuk pulang, setelah berjanji untuk bertemu lagi di lain waktu.
Saya yang tempat tinggalnya searah dengan salah seorang teman, berkendara beriringan menuju daerah Betoambari.
Jujur saya lebih suka pulang sendiri, nggak nyaman rasanya berkendara beriringan gitu, apalagi cuman berdua. Pas di traffic light eh lampu merah, kami berhenti deh dan saya sibuk memaksa otak mencari bahan obrolan, hadeeehhh.
Alasan lainnya saya nggak nyaman adalah, karena dia memaksa tahu alamat kos saya, bahkan dia menunjukan di mana rumahnya.
Dengan pasrah saya membiarkan dia mengantarkan saya pulang, bahkan memaksa dianter ke depan pagar kos. Akhirnya dia satu-satunya teman yang tahu alamat kos saya, padahal sebelumnya saya nggak pernah share alamat kos, bahkan si bestie saya, Mila, nggak tahu alamat saya, dan dia kesal, hahaha.
Selain nggak pengen ada yang tahu alamat kos saya, sejujur alasan lain yang bikin saya nggak nyaman adalah, karena saya merasa si teman ini agak lain kepada saya.
Call me GR, tapi entah mengapa saya selalu bisa merasakan hal-hal yang aneh dari teman-teman saya.
Misalnya, masih ingat nggak kejadian saya ketemu brondong agresif di McD Manyar Surabaya?. Kan sejak awal tuh saya udah ngerasa kalau ada apa-apanya dengan si brondong.
Baca juga : Cerita Diajak Ngobrol Stranger Brondong
*******
(Ternyata tulisan ini terpending beberapa hari kemudian, karena kesibukan)
Mari kita lanjut.
Nah, setelah sampai di kos, belum juga saya ganti baju, eh tiba-tiba saya melihat notifikasi di ponsel saya, ada WA dari nomor nggak dikenal.
Pas saya buka, ternyata teman saya itu.
Dia berterima kasih atas waktu nongkrong kami, dan berharap kapan-kapan kita nongkrong lagi. Dia nanya banyak hal, tapi saya kurang nyaman,jadi balesnya entar-entar aja.
Eh dia telpon dong, saya biarkan aja, you know saya selalu malas menerima telpon. Nggak lama kemudian saya matikan data internet ponsel saya, lalu tidur.
Keesokan harinya ketika saya mengaktifkan kembali datanya, masuk lagi notifikasi dari nomornya, ternyata dia telpon.
Agak siang baru saya balas, yang ternyata dia hampir aja datang ke kos untuk bawain sarapan. Ya elaaaahhhh, mulai makin nggak nyaman deh saya.
Singkat cerita, saya yang nggak enakan dan nggak berani ngomong langsung, tapi juga nggak nyaman dengan sikap teman kek gitu, seperti biasa pakai cara 'kode' untuk menjelaskan ke dia.
Bahwa saya nggak nyaman dengan sikapnya, bahwa saya nggak suka dia terlalu perhatian sementara kami udah dewasa, udah punya keluarga masing-masing.
Jadinya saya jarang membalas WA nya.
Syukurlah, sepertinya dia paham dengan sikap saya yang cuek, sampai akhirnya dia mulai lelah mengirimkan WA ke saya. Hanya sesekali saja dia membalas chat saya di grup.
What i am trying to say adalah, mengapa sih kita nggak bisa bersahabat dengan normal aja. Kayak dulu waktu masih STM. Apa sulitnya sih berteman tanpa embel-embel perhatian yang berlebihan?.
Karena sikap begitu, jujur saya agak trauma mau nongkrong bareng teman-teman lagi.. Tapi teman baik saya, si Mila menjelaskan bahwa sebenarnya saya tak perlu trauma. Saya hanya perlu ngomong jujur ke siapapun yang akan mengajak hal-hal yang salah.
Misal, teman lelaki yang udah punya istri, tapi perhatiannya lebih banget ke saya.
Mungkin memang hidup sedang mengajarkan saya untuk menghadapi kenyataan kali ya. Karena sebenarnya saya punya cara sendiri menghadapi yang kayak gini. Kabur, misalnya.
Namun ternyata, kabur tidaklah bikin masalah jadi kelar.
Begitulah.
Baubau, 25 November 2025


Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)