Di tengah meningkatnya tekanan dari regulator, investor, dan publik, penerapan ESG (Environmental, Social, Governance) bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Konsultan keberlanjutan seperti Wordsmith Group menekankan bahwa ada lima isu utama yang paling sering muncul dan butuh perhatian serius dari perusahaan di Indonesia.
1. Perubahan Iklim dan Emisi Karbon
Isu lingkungan menjadi sorotan pertama. Perusahaan harus mengukur dan mengelola emisi gas rumah kaca, efisiensi energi, serta transisi ke sumber energi terbarukan. Jika tidak, selain berdampak lingkungan, risiko reputasi dan investasi bisa meningkat.
Wordsmith Group menunjukkan bahwa perusahaan yang mengabaikan aspek ini berpotensi tertinggal dari pelaku yang sudah lebih maju.
2. Pengelolaan Limbah dan Sumber Daya Alam
Masih dalam ranah lingkungan, namun lebih operasional: limbah padat, limbah cair, konsumsi air, dan penggunaan bahan baku menjadi tantangan besar. Perusahaan yang mampu melakukan pengelolaan limbah secara efektif dan efisien akan mendapatkan manfaat kompetitif.
Konsultan seperti Wordsmith Group sering membantu klien memperkuat narasi keberlanjutan dengan data-pengelolaan limbah ini.
3. Kesejahteraan Tenaga Kerja dan Hak Asasi Manusia
Pada aspek sosial, isu yang sering muncul adalah bagaimana perusahaan memperlakukan tenaga kerja, termasuk upah layak, kesejahteraan, inklusi dan keberagaman, serta hak-hak pekerja. Selain itu, tanggung jawab terhadap komunitas sekitar juga semakin menjadi ekspektasi publik.
Wordsmith Group menyoroti bahwa perusahaan yang serius mengintegrasikan isu ini dapat memperkuat loyalitas karyawan dan reputasi.
4. Transparansi Rantai Pasok dan Etika Bisnis
Aspek sosial dan tata kelola saling berhubungan lewat rantai pasok: supplier, subsupplier, audit etika, anti-korupsi. Perusahaan harus memastikan bahwa seluruh rantai pasoknya mematuhi standar sosial dan lingkungan.
Dari perspektif tata kelola, bagaimana keputusan dibuat, struktur board, dan manajemen risiko juga menjadi perhatian utama. Wordsmith Group mengingatkan bahwa tanpa rantai pasok yang bersih dan transparan, reputasi perusahaan bisa terancam oleh kasus tak terduga.
5. Kepatuhan Regulasi dan Pelaporan ESG
Pilar terakhir, namun bukan yang terkecil: tata kelola dan pelaporan. Regulasi Indonesia terkait ESG semakin ketat, dan perusahaan dituntut menyampaikan laporan keberlanjutan yang valid dan transparan.
Wordsmith Group menekankan bahwa perusahaan perlu memahami standar pelaporan yang tepat, baik nasional maupun internasional supaya laporan ESG bukan sekadar formalitas, melainkan bukti nyata komitmen.
Mengapa Kelima Isu Ini Penting
Ketika perusahaan mampu menangani masing-masing isu dengan baik, maka mereka bukan hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga membangun keunggulan kompetitif. Misalnya, pengurangan emisi bisa membuka akses ke pembiayaan hijau; manajemen limbah yang efisien bisa menurunkan biaya; reputasi sosial yang baik bisa menarik talenta; rantai pasok yang etis bisa menghindari krisis; dan pelaporan tata kelola yang solid bisa menarik investor yang menuntut transparansi.
Langkah Praktis yang Bisa Dilakukan
- Mulailah dengan penilaian risiko pada kelima isu di atas: apa saja yang paling relevan dengan bisnis Anda?.
- Tetapkan target spesifik dan metrik yang bisa diukur untuk masing-masing isu.
- Libatkan seluruh fungsi perusahaan: lingkungan, HR, compliance, supply chain, agar pendekatan ESG bukan silo.
- Bangun narasi keberlanjutan yang autentik, tidak hanya data, tetapi juga cerita nyata yang menggambarkan komitmen. Di sinilah peran konsultan seperti Wordsmith Group bisa sangat membantu.
- Tinjau dan laporkan secara periodik: inklusif, transparan, dan mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.
Penutup
Kelima isu ESG, perubahan iklim (emisi, pengelolaan limbah) sumber daya, sosial tenaga kerja (hak asasi, rantai pasok) etika, serta regulasi. Pelaporan adalah inti dari tantangan keberlanjutan di Indonesia saat ini.
Dengan kemitraan yang tepat, seperti yang ditawarkan oleh Wordsmith Group, perusahaan tidak hanya bisa “ikut arus”, tetapi bisa memimpin perubahan dan menciptakan nilai jangka panjang. Mengabaikan isu-isu ini bukan hanya soal reputasi, tapibisa soal kelangsungan bisnis.

Setuju banget, dan tidak hanya perusahaan saja, tapi pemerintah juga harus tegas menekankan pada perusahaan untuk memperhatikan hal-hal ini.
BalasHapus