Cerita Berjualan Barang Bekas di Marketplace Facebook

jualan barang bekas

Sudah sekitar sebulanan terakhir ini, saya sering menggunakan marketplace facebook untuk berjualan barang bekas. Bermula dari kebingungan saya mencari biaya hidup kami yang tak kunjung ada tanggung jawab dari bapakeh, sehingga saya putuskan untuk menjual barang-barang yang ada saja.

Maka, mulailah saya mengambil foto beberapa produk yang bisa dijual, di mulai dari perabotan bekas hingga barang-barang lama yang memang jarang atau tidak terpakai lagi.

Sejujurnya, saya belum pernah sama sekali menggunakan marketplace facebook dalam berjualan. Kecuali untuk mencari barang.

Di bulan Oktober 2024 lalu, saya sempat sering wara wiri di MP FB ini, demi mencari kontrakan di Surabaya yang mampu saya bayar, hehehe.

Karena itulah, ketika terpikirkan hendak menjual beberapa barang, maka marketplace inilah yang terlintas di pikiran saya.

Dengan berbekalkan klak klik seperti biasanya, akhirnya saya bisa mengupload gambar produk dan informasi penjualannya di sana. Dan betapa happy-nya saya ketika tak lama kemudian notifikasi facebook saya tak henti berdering, ternyata postingan saya banyak menarik perhatian banyak orang.

Dan begitulah, tak lama kemudian 1 produk barang bekas saya pun terjual, ya meskipun harganya di bawah pasaran banget sih.

Berikutnya, ternyata hanya ada beberapa yang bertanya, tapi tetap saja tidak lagi menghasilkan pembelian. Sampai akhirnya saya upload di grup jual beli barang bekas lalu di status akun saya.

Setelah itu, Alhamdulillah masih memberikan penghasilan, karena beberapa orang langsung membelinya. Dan hal ini tentunya bikin saya semangat untuk menjual barang-barang lainnya, terlebih memang beberapa barang juga sudah tidak terpakai dengan maksimal, sehingga cuman menuhin ruangan saja.

Semakin banyak saya upload produk yang dijual, apalagi dengan harga 'miring', semakin kenallah saya dengan marketplace facebook ini, lengkap dengan cerita tipe pembeli yang super bikin ngakak.

Berikut saya kumpulkan, hal-hal menarik tentang marketplace facebook sebagai wadah untuk berjualan online barang bekas.


1. Jual barang bekas dengan harga super miring bikin notifikasi pembeli 'jebol'

Setelah berinteraksi beberapa kali dengan Marketplace Facebook, saya jadi paham sedikit cara kerjanya, yaitu kalau mau menjual barang dan laku secepatnya, ya cara terbaiknya adalah juallah dengan harga di bawah pasar.

Saya sudah menerapkan hal ini, dan memang sih bahkan 5 menit setelah posting, notifikasi mesenger FB jadi berdentang terus, penuh dengan orang-orang yang bertanya, apakah produk tersebut sudah laku?

Bahkan, sering saya alami ketika memutuskan mengupload beberapa produk, rasanya HP saya kelelahan menerima notifikasi mesenger orang-orang yang tertarik akan produknya. 


2. Berjualan barang bekas, jauh lebih laku ketimbang baju bekas

Nggak tahu ini karena saya nggak pinter jualan kali ya, atau gimana nih, tapi kalau upload jualan baju bekas tuh, meski yang masih bagus, jarang banget bikin orang-orang tertarik.

Mungkin karena kebanyakan orang sengaja membeli barang bekas yang bermanfaat atau lebih bernilai manfaatnya, ketimbang status 'barang baru atau bekas'nya.

Sampai saat ini, saya belum berhasil menjual 1 produk baju sekalipun. Meskipun pakaian tersebut masih baru dan saya jual dengan harga miring banget.

Rata-rata yang laku ya barang-barang bekas, seperti meja, ranjang, rak piring, dan sebagainya. Dan lakunya pun tidak membutuhkan waktu lama, apalagi kalau produknya murah meriah banget. 

Biasanya pembeli bakalan rebutan untuk segera mengambil produk tersebut. Karena saya memang butuh duit ya, jadi sengaja saya jual produk tersebut dengan harga yang jauh lebih murah.


3. Chat dengan calon pembeli itu luar biasa menguras energi

Meski menjual barang bekas dengan murah itu bikin produk cepat laku, tapi ada juga beberapa produk yang sudahlah murah, tapi pembeli cuman sebatas nanya melulu.

Iya, ternyata menghadapi chat pembeli itu tidak melulu mengasyikan, ada kalanya juga sangat menguras energi.

Dari kurangnya atau bahkan malasnya kemauan pembeli untuk berliterasi membaca dengan jelas keterangan produk. Hal ini bikin saya harus bolak balik menjelaskan kepada mereka tentang apa yang mereka tanyakan, meski itu sudah tercantum dengan jelas di keterangan produk jualan.

Lucunya, saya bahkan menulis keterangan produknya di gambarnya. Mustahil kan nggak dibaca? orang mereka pasti intip foto produk dulu sebelum bertanya.

Tapi enggak dong, yang ditanya ya mirip semua,

"Halo Mbak, masih ada?"

"Berapa?" (padahal harganya ada di judul, di foto dan lainnya, hahaha)

"COD ya!" (padahal sudah saya tulis, kalau nggak terima COD, harus segera diambil ke tempat kami. 

"Mana rekening? saya transfer, besok langsung dianter ya!" (padahal udah jelas-jelas saya tulis, kalau nggak ada yang bisa anter ke rumahnya. Lagian itu harga kadang cuman 20ribuan, harus antar ke rumah pembeli yang berjarak jauh banget ).

"Mana videonya?" (etdaaaahh, malas banget kalau yang ginian) 

Dan masih banyak lagi permintaan pembeli yang nggak masuk akan, sehingga seringnya saya cuekin aja pertanyaan mereka, saking capeknya.

Bahkan ketika berhubungan dengan customer yang langsung deal ambil produknya, tetap masih harus merasakan drama nunggu mereka datang mengambil produknya. Biasanya para pembeli ini telat datangnya hingga sejam bahkan lebih.

Dan ketika itu, saya dan anak-anak harus rela ngantuk-ngantuk nunggu mereka, demi bisa menghasilkan uang, hehehe.


4. Berinteraksi dengan calon pembeli yang beraneka karakter 

Bukan hanya banyak nanya, tapi nggak jadi beli, bertemu dengan calon pembeli dengan karakter yang suka ngamuk pun ada. Telat balas pesan sedikit saja, auto marah. Telat meng-archive produk yang sudah laku, lalu saya beri penjelasan kalau produknya udah laku, abislah saya kena marah.

Atau juga bertemu calon pembeli yang ramah, minta maaf ketika telat datang menjemput barang yang dibelinya, tidak menawar harga produk yang memang sudah sangat murah itu.

Pokoknya, beragam karakter yang jujur bikin saya merasa amazed dan kagum banget buat para ibu-ibu yang menekuni usaha jualan online ini.

Karena ternyata tidak semudah itu, tidak sesederhana, posting lalu nunggu orang yang beli datang dari media sosial.

Tidak, ada begitu banyak drama yang harus dilewati dulu, sebelum akhirnya bisa bertemu dengan jodohnya si barang yang mau dijual tersebut


5. Fitur marketplace FB lumayan lengkap

Satu hal yang menarik dari marketplace facebook ini adalah fitur-fiturnya lumayan lengkap, memudahkan penjual dan pembeli bisa berinteraksi dengan mudah. Mulai dari fitur chat yang dilengkapi fitur balas otomatis, kolom keterangan produk yang lengkap.

Dan kalau saya perhatikan, algoritmanya juga mirip dengan interaksi media sosial. Kalau banyak yang klik, dan kita respon, maka algoritmanya bakalan naik, sehingga jangan heran kalau setiap kali kita rajin balas pesan. Maka pesan yang lain bakalan masuk dengan cepat.

Asyik dong, Rey?

Ooohhh nggak juga! hahahaha.

Pengalaman saya, asyiknya sih, kalau yang satu nggak jadi beli, yang bakal nanya lagi ada, bahkan banyak. Saking banyaknya sampai kewalahan banget jawabnya.

Bahkan messenger saya penuh sampai ratusan pesan, yang terpaksa nggak semua saya balas, saking nggak kuat jawabnya, hahahaha.

Tapi nggak enaknya juga, meski pesan yang masuk sampai ratusan, dan harga barang yang saya jual udah di bawah harga pasaran banget, bukan berarti mereka langsung beli.

Yang nanya, cuman nanyaaaaa ini itu, minta ini itu, ujungnya ditawar sadis lagi.

Jadi paham kenapa banyak bakul online suka ngomel di medsos, emang seringnya bikin makan ati juga sih, hahaha.


Anyway, pengalaman saya jualan online di Marketplace Facebook ini memang menarik banget, ada banyak hal yang saya ketahui. Ada rasa bahagia terutama ketika barang yang dijual langsung laku, apalagi kalau tanpa ditawar lagi.

Untuk yang gini biasanya hanya berlaku pada barang-barang yang masih baru dan dibutuhkan, misal saya menjual meja belajar minimalis yang baru saja saya beli 2 bulanan yang lalu.

Saya sengaja menjual setengah harga karena pertimbangan biar cepat laku, plus kasian sama pembelinya yang kudu angkut meja tersebut secara manual dulu karena saya tinggal di dalam gang kecil. Eh siapa sangka, tak cukup 5 menit sejak saya memposting foto dan keterangan meja tersebut di marketplace, berikutnya notifikasi chat di mesenger tak berhenti berdering menanyakan meja itu. 

Dan iyes, tak lama kemudian, saya menemukan pembelinya, yang langsung setuju tanpa ditawar sama sekali.

Tapi ada juga betenya, yaitu ketika menjual barang yang murah banget, udahlah yang minat jauuuhh lebih banyak, tapi kesemuanya nanya doang, dengan pertanyaan yang sebenarnya udah ada di keterangan yang saya tulis.

Ujung-ujungnya, kalaupun saya jawabin dengan template banget, mereka bakalan nawar dengan sadis. Dan setelah nawar, dibiarin gitu aja. Nggak diambil-ambil dengan berbagai alasan.

Ada pula yang ketika saking banyaknya yang nanya, saya lupa dong ternyata ada 2 orang yang datang ambil ke tempat kami, untuk barang yang sama.

Untungnya yang satunya nggak nemu alamat kami, sementara yang satunya lagi, nemu sih tapi nggak jadi beli karena barangnya kecl. Hadeh.

Ye begitulah.


Surabaya 05-01-2025

1 komentar :

  1. Nomor 3 paling relate, hahaha. Emang musti sabar mbak kalo berinteraksi sama warga FB begini. Tapi kalo sekalinya udah ketemu pembeli yang cocok, alhamdulillah.. sejauh ini yg saya temuin asyik-asyik.

    Aku lumayan sering sih jual dan beli barang-barang di platform ini. Banyak barang di rumahku hasil beli dari FB. Mulai dari Kipas angin, AC, Tablet sampe mesin cuci kubeli disini. Mayan, harganya miring-miring. Kadang nemu sih yang bagus.. tapi kadang ya zonk juga

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)