Pekerjaan Yang Disukai dan Tidak Disukai

Pekerjaan Yang Disukai dan Tidak Disukai

Sharing By Rey - Kalau ngomongin pekerjaan yang disukai, rasanya bingung ya?
Apalagi, dapat pertanyaan gini, pas lagi wawancara.

Tapi, di sini saya nggak lagi mau ngomongin tentang wawancara kerja, which is dulu tuh ya, saya pernah menghabiskan waktu setahun untuk bolak-balik wawancara kerja, saking ga keterima kerja mulu, hahaha.

Kali ini saya hanya iseng berpikir tentang pekerjaan yang saya sukai, ngehalu sih jatuhnya nih, hahaha.
Tapi, saya rasa, memikirkan tentang hal-hal seperti ini, bikin saya jadi lebih mengenal diri sendiri, dan bisa mengatur waktu dan ritme kehidupan sedemikian rupa, agar saya lebih punya banyak waktu di pekerjaan yang saya sukai.

Ye kan, kata orang bijak, pekerjaan yang kita sukai tuh, ibarat kita nggak kerja lagi, tapi main, dan menghasilkan duit, keren ya.

Dan pemikiran ini sebenarnya nggak serta merta muncul begitu saja, melainkan saya teringat akan celutukan beberapa orang di Buton, yang menganggap saya manja, etc.

Emang nggak manja Rey?
Eh iya sih, manja juga, hahaha.
Tapi lebih tepatnya, kalau saya sejujurnya lebih semangat mengerjakan pekerjaan yang saya sukai.
Bukan yang sering saya lakukan.


Pekerjaan Yang Tidak Disukai


Jadi, karena status saya di mata banyak orang di Buton, khususnya, sebagai ibu yang di rumah saja, nggak kerja kata mereka, nggak punya gaji kata mereka juga.
Seharusnya, kalau saya ada di rumah orang tua atau siapapun, saya tuh udah nggak perlu males ngerjakan kerjaan dapur dan rumah.

Yang namanya masak, ngurus anak, harusnya saya udah lebih profesional, kan semua itu udah jadi kerjaan saya setiap harinya.
Jadi, kalau saya terlihat lelet di dapur, malas urus anak, itu menandakan saya begitu malas dan manja, hahaha. 
Itu... menurut mereka.

Padahal ya, saya terlihat malas itu, karena sejujurnya, saya juga pengen kayak orang lain, yang mumpung ada di rumah orang tua, bisa lah bermalas-malasan sesekali kan ye.
Meskipun tetap urus anak sendiri juga, sungkan banget membiarkan anak diurusin neneknya.

Ye kan, sejujurnya i hateeeee banget sama yang namanya kerjaan di dapur itu.
Selama jadi IRT dan mengurus anak seorang diri, saya sering mewanti-wanti, agar anak-anak jangan pernah berani dekat-dekat saya di dapur, bikin lama aja soalnya, hahaha.
 
Jadi, karena saya benci kerjaan masak etc itu, saya selalu berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaan di dapur.
Dan, tentu saja memasak sesuai keinginan dan ketersediaan bahan yang ada di dapur.

Jadi, bukanlah sebuah hal yang aneh, kalau saya masak, dan bumbu ada yang kurang, ya udah skip aja tuh yang kurang.
Atau, saking nggak suka masak, saya nggak mau ribet dengan berbagai resep.
Dan saya menjadikan kegiatan masak adalah, mencampur bahan dengan bumbu seadanya, dengan takaran sesuai kata tangan saya, hahaha.

Karena hal itu, saya sungguh minder kalau disuruh masak buat orang banyak, karena saya nggak pernah masak kayak ibu-ibu lainnya.

Mengenai rasa masakan saya pun, semua hanyalah faktor lucky aja.
Kalau lucky, ya enak.
Kalau enggak ya, anak-anak terpaksa makan aja, ketimbang dipelototin, wakakaka.

Bukan cuman rasa masakan yang dipengaruhi faktor lucky, bahkan bentuk potongan bumbu maupun bahan masakan pun sesuka hati.
Pernah dong saya kena tegur mertua dan tante saya, karena saya iris bawang tebal-tebal, hahaha.

Sejak saat itu, saya selalu sok sibuk ngerjain hal lain, kalau ke rumah mertua.
Saya seksi cuci piring aja deh, ketimbang kena tegur lagi, kurang ini, kurang itu.

Ih kan bagus Rey, biar makin pinter masaknya.
Woi..
Masalahnya saya kan memang ga suka masak, kalau saya suka ngedapur, mungkin usaha frozen brownies saya dulu, udah terus berjalan sampai sekarang.
Sungguh saya nggak suka pekerjaan di dapur.

Mendingan juga saya beberes, nyapu, geser-geser lemari juga nggak masalah, ketimbang disuruh masak, hahaha.

Kalau di rumah orang tua, mau nggak mau saya harus masak, karena mama seringnya pengen dimasakin juga, pun juga mama sedikit sama dengan saya, sama-sama nggak suka masak dan jadinya nggak pinter masak, hahaha.

Karena itu, masakan mama seringnya kurang disukai anak-anak, karenanya saya yang harus masakin sendiri, buat anak-anak.

Dan begitulah, pekerjaan yang tidak saya sukai ya pekerjaan di dapur, sama urus anak, hahaha.
Lucu banget ya kehidupan ini, bisa-bisanya saya bahkan menjalani kehidupan dengan pekerjaan yang tidak saya sukai.

Tapi itulah hidup, nggak semua bisa berjalan sesuai keinginan dan harapan kita, namun demikian, mencoba menjalankan kehidupan dengan baik, tentu saja harus selalu dilakukan.
Dan kalau untuk saya pribadi, setidak sukanya saya terhadap pekerjaan tersebut, tetap bakalan saya lakukan, dan tidak akan merepotkan atau menyusahkan orang lain.

Misal, saya nggak suka masak atau urus anak, lalu saya delegasikan ke orang lain, dan seolah lepas tangan aja.
Enggak ya, tetap saya lakukan.
Kalaupun saya delegasikan ke orang lain, off course ada hal yang saya lakukan untuk itu, misal bayar orang untuk itu, bukan nyuruh orang secara cuma-cuma melakukan kerjaan yang enggak saya sukai :)


Pekerjaan Yang Disukai


Kalau pekerjaan yang saya tidak sukai, yang mana nggak jauh-jauh dari kerjaan seorang ibu-ibu sebenarnya ya, hahaha.
Nah gimana dengan pekerjaan yang saya sukai?

Pekerjaan yang disukai
Ga suka masak, mending jadi mie aja sekalian, hahaha

Baru sadar dong saya, setelah saya tanya diri sendiri, ternyata sayapun masih mikir juga, sebenarnya kerjaan yang saya sukain itu apa ya?
Maksudnya, kalau secara umum, sejujurnya saya lebih suka kerjaan di depan komputer atau laptop, sekalian sama implementasinya ke luar gitu, atau ke lapangan (lah maunya di depan komputer atau di lapangan, Rey?, serakah nih, hahaha).

Mungkin karena pengalaman kerja saya dulu ya nggak jauh-jauh dari dunia teknik sipil, atau proyek.
Jadinya yang kebayang ya cuman kerjaan itu saja.

Tapi kalau baca-baca mengenai seputar wawancara kerja, which is ada pertanyaan seperti pekerjaan yang kita sukai dan enggak kita sukai, konon jawaban yang baik adalah dengan menjelaskan situasi dan kondisi kerjaan kayak gimana yang bikin kita lebih nyaman dan tentunya jadi lebih produktif. 

Well, kalau untuk itu, saya rasa suasana kerja yang tenang, adalah favorit banget.
Saya nggak suka kerja sambil dengerin musik, yang ada saya malah ikutan nyanyi, alias saya mudah terditraksi ya, hahaha.

Lalu, saya juga sebenarnya lebih suka kerja sendiri, namun jika harus kerja team, maka bekerja sama dengan rekan yang se frekwensi, dalam hal ini yang sama-sama suka kerja keras, semangat, serius dan mementingkan pekerjaan adalah favorit banget.

Biasanya, rekan kerja yang seperti ini adalah laki, meski ada juga sih yang perempuan.
Tapi, memang kalau untuk perempuan, sebaiknya yang masih single, bukan ibu-ibu.
Alasannya, kebanyakan ibu-ibu mudah terditraksi ama anak atau drama rumah lainnya, hahaha.

Dan itulah mengapa, saya memilih jadi ibu rumah tangga sekalian, karena memang sangatlah sulit untuk mengikuti sikap kerja saya, which is saya tuh kalau kerja, menganggap kalau hasil kerja adalah piala atau sesuatu yang wajib banget diperhatikan.

Sehingga sulit bagi saya menyeimbangkan antara karir dengan keluarga, karena jika memang ada pekerjaan yang belum selesai sementara deadline udah melambai, maka dijamin saya akan memilih lembur, atau pulang bawa kerjaan, hahaha.

Dan percayalah, jarang ada ibu-ibu yang mau melakukan hal itu, bahkan bapak-bapak aja jarang, kebanyakan orang-orang berpikir, bahwa kita tuh dibayar buat kerja di jam kerja.
Kalau jamnya selesai, ya diterusin besok.

Betul juga sih ya, tapi nggak tahu kenapa, saya sulit banget tidur nyenyak kalau kerjaan belom selesai.
Makanya saya jadi ibu rumah tangga aja, daripada repot milih mana yang harus diutamakan.

Nah untuk bidang kerjaan, kalau dipikir-pikir, saya paling suka kerjaan merencanakan, dan mengawasi perencanaan itu berjalan sesuai rencana saya.

Nggak tau ini bias dari kerjaan saya dulu kali ya.
Jadi saya tuh dulu sering banget bekerja di bagian perencanaan.
Bikin rencana anggaran proyek, bikin rencana pelaksanaan.
Lalu saya akan senang banget mengawasi pelaksanaannya harus sesuai dengan rencana saya.

Apalagi kalau atasan mendukung saya, dan mengumumkan agar semua rekan mau menuruti semua rencana yang udah saya bikin dan udah di acc atasan.

Duh, rasanya bahagiaaaaa banget tak terkira, kalau liat semuanya bisa berjalan sesuai rencana.
Atau menikmati rempong-rempong ketika ada masalah, dan harus memikirkan rencana lain, agar rencana akhir sesuai dengan yang ditargetkan.

Duh kan, jadi kangen kerja.
Makanya saya nggak dibolehin Tuhan kerja lagi, lah wong kalau kerja, saya lupa diri, lupa kalau punya anak, hahahaha.

Secara umum, saya memang lebih suka kerja di komputer dan lapangan, baik di proyek teknik sipil, dan saya rasa juga untuk kerjaan lainnya, yang butuh perencanaan dan pengawasan.

Lalu gimana dengan kerjaan menulis?
Well, kerjaan menulis sebenarnya lebih ke senang-senang atau hobi aja.
Saya suka nulis, di mana juga menjelaskan bahwa saya lebih suka kerja di depan laptop.

Dan saya suka di lapangan, mungkin karena itu saya jadi suka dengan kerjaan blogger seperti meliput sebuah event.

Dan kalau dihubungkan semuanya, mungkin kesimpulan dari pekerjaan yang saya sukai adalah, yang konsisten, yang rapi, terencana dan terealisasi dengan sebaik-baiknya.
Makanya ketika saya ngeblog, maunya blognya yang aktif gitu, harus tertata, meski ujungnya pingsan sendiri ngerjainnya, hahaha.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir dan juga pernah dikasih tahu oleh beberapa psikolog yang pernah saya curhatin, bahwa saya bisa kok mengubah pekerjaan yang tidak saya sukai, menjadi pekerjaan yang saya sukai, dengan cara membuat suasana dan target pekerjaan yang saya tidak sukai, seperti masak dan semacamnya itu.

Tapi, saya pernah mencoba hal tersebut dalam hal mengasuh anak-anak, ternyata memang butuh dorongan passion juga untuk bisa membuat pekerjaan yang saya nggak suka jadi saya sukai.

Ya ya ya..
Apapun itu, kadang memang kita harus memaksakan diri, untuk bisa menjadi sosok yang bisa menikmati pekerjaan walau bukan pekerjaan yang kita sukai, meskipun juga butuh pengertian orang lain, untuk paham untuk itu.

Biar nggak dibilang manja dan milih-milih kerjaan.
How about you, Temans?

Sidoarjo, 28 Juni 2021

6 komentar :

  1. kalau ada test test kerjaan atau interview, dan giliran ada pertanyaan jenis pekerjaan apa yang nggak disukai, awalnya suka bingung. kalau dijawab dikira nggak bisa kerja :D
    biasanya aku akan jawab bidang sales.
    kalau urusan dapur, sampe sekarang aku juga nggak pernah nimbrung di urusan perdapuran, kalau ada acara masak masak misalnya, aku bagian hore aja, kalau urusan campur mencampur bumbu hampir nggak pernah ikutan, makanya kalau ditanya bumbu soto yang pas takarannya seberapa, ga tau juga aku hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakaka, kusenang ada temennya, etapi diriku mamak-mamak, mamak-mamak yang ga suka masak, jadinya dibilang sok manja hahahaha :D

      Hapus
  2. Mbaa sama aku juga kurang suka dunia perdapuran. Akku lebih suka masak itu sendiri, gamau ada orang lain. Pasti dikomenin ini itu ah ini, padahal soal rasa mah enak. Cuma teknik masaknya aja yg mungkin berbeda hahaha.. jadinya males, lebih suka cuci piring deh.

    BalasHapus
  3. Dengan berat hati aku suka memasak🤭
    Efek dulu wkt kuliah ngekos. Jadi, kadang bosan dg menu makanan di luaran, dan timbulah kreativitas diri, blanja n coba2 masak. Yg praktis2 spt: nasgor, cplok telor, dan teman2nnya🤣🤣

    Begitu menikah, ditantang pak suami utk masak. Jadi deh kerja keras nonton youtube masakan.

    Alhasil, skrg lumayan gak maju2😂
    Memang dasarnya gak mau repot.....
    Emak2 pemalas masak🤭

    BalasHapus
  4. Dahulu, dikatakan suka masak tidak juga. malas juga tidak. Tapi sejak usia enam puluhan, saya semakin malas masak. Terlebih buat makan berdua. Kadang beli siap. Tapi kalau beli takutnya pakai adiktif yang berbahaya bagi kesehatan. Selamat malam ananda Rey. terima kasih telah berbagi kisah.

    BalasHapus
  5. Bersyukur banget ya kalo bisa dpt kerjaan yg sesuai passion :D. Tapi kebanyakan hidup memang ga seindah itu hahahah.

    13 THN aku kerja di bank, dan harus berbaur juga sosialisasi, luwes dan supel ke nasabah2. Apalagi nasabah prioritas yg kdg songong ampun2an.

    Aku benci kerjaan yg hrs berbasa basi jujurnya. Hrs tetep senyum Semarang apapun suasana hati. Krn nasabah ga mau tahu begituan. Mungkin Krn itu juga aku brenti dr bank. Makan ati hahahahha

    Aku LBH cocok di belakang layar sbnrnya Rey, dengan kerjaan yg berbau analis, ATO admin things, ATO hal2 yg menuntut ketelitian. Aku LBH suka yg begitu.

    Kalo skr, ya udhlaah nikmatin dulu aja, meriksain dan analisis keuangan suami hahahaha. Udh ga tertarik kerja kantoran sih aku.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)