Ketika Rey Dibully Para Driver Taksi Online

pengalaman dibully supir taksi online

Sharing By Rey - Bulan Juni memang selalu ajaib buat saya sejak tahun lalu.
Karena setiap bulan Juni saya selalu kena bully an melalui akun facebook saya Reyne Raea , lol.

Tahun lalu, saya dibully oleh emak-emak gegara kasus viral si Shafira yang curhat di akun facebooknya saat kursinya di KRL diserobot ibu hamil.



Eh tahun ini, sara kembali dibully lagi di facebook, namun kali ini pelaku pembullyan adalah bapak-bapak. Meskipun, tetap saja ada emak-emak yang ikutan nimbrung walau gak nyambung, lol.


Tersebutlah, saat lebaran kemarin saya kebetulan terpaksa memakai jasa taksi online, sebenarnya agak males karena situasi lebaran yang pastinya bakal agak sulit menemukan taksi, terlebih tempat tinggal kami di kota coret, hehehe.

Alhamdulillah, setelah di PHP 2 kali, ketemulah juga taksi yang mau menjemput kami.
Sebenarnya awalnya saya gak ngeh kalau di PHP, meskipun agak aneh.

Orderan pertama diterima, saya langsung ditelpon oleh drivernya, si bapak bilang kalau dia gak bisa jemput karena lokasinya jauh dari tempat kami, GPSnya kebetulan tertinggal di lokasi dekat rumah kami.
Saya agak kurang ngeh, tapi saya turutin saja kemauannya dan sukses mencancel dengan tak lupa mencentang bahwa cancelan tersebut adalah permintaan si driver.

Orderan kedua dapat driver wanita, dan langsung ditelpon juga, si ibu menanyakan lokasi tujuan (agak aneh mengapa dia gak liat sendiri di aplikasi ya?), setelah saya beritahu si ibu lalu bertanya kembali apakah saya pakai gopay? tentu saja.

Saya kan mengikuti arahan pemerintah untuk cashless *halah.
Namun setelah mendengar hal tersebut, si ibu lalu beralasan bahwa dia sedang makan dan masih lama selesainya.
Okeh, saya cancel lagi *sigh.

Hal tersebut terjadi lebih parah saat kami hendak balik ke rumah. Padahal lokasi kami di tengah kota, namun ternyata gak membuat lebih mudah menemukan taksi online.
Orderan pertama seorang laki-laki yang sepertinya masih muda, langsung di chat lokasi tujuan dan saya secepatnya menjawab.

Setelahnya saya liat mobilnya bergerak seolah menjemput kami, namun anehnya lama kelamaan malah semakin menjauh, saya chat ulang gak direspon, saya telpon gak dijawab.
Ampun deh, setelah agak lama saya putuskan untuk mencancelnya dan mencari yang lainnya.

Dari situ saya mulai sadar apa yang terjadi dari beragam alasan driver taksi online tersebut, ternyata kebanyakan gak suka terima gopay, maunya cash.

Tapi saya ogah bayar cash, selain malas banget mampir ATM juga pakai gopay lebih murah, hahaha (ya kaliiii, emak-emak kan suka yang murah, bukan murahan yaaa)

Order kedua, mobilnya kecil dan dicancel lagi, nantilah order ketiga dapat juga yang mau menjemput kami. Namun setelah sampai ternyata si bapak baru ngeh kalau kami menggunakan gopay.

Dan mulailah sibapak drama, entah saking iritnya dia gak nyalahkan AC dong, lalu kami kepanasan selama menempuh jarak 16 KM huhuhu.

Saking kesalnya, seperti biasa saya langsung menuliskan opini saya di status facebook seperti di sini, dan malamnya sih belum ada komentar yang aneh-aneh.
Barulah keesokan harinya saya buka facebook dan sedikit kaget banyak notif, pas di cek ternyata dari status facebook tersebut.

Semakin siang semakin sadis komentarnya dan saya yang malas baca komentar orang-orang yang cuman baca judulnya doang, malas banget nanggapin, bahkan sekadar membacanya pun juga malas hahaha.


Driver Taksi Online Harus Sadar, Kalau Mereka Berbisnis di Bidang Pelayanan.


Satu hal yang dilupakan para driver online adalah, kalau mereka itu berbisnis bukan menjadi karyawan lagi.
Mereka bekerja sama dengan pihak penyedia aplikasi dalam hal ini Gojek, untuk melayani konsumen yang menjadi sumber penghasilan mereka.

Apapun keluhan mereka tentang pekerjaan menjadi driver taksi online, sebaiknya di komunikasikan dengan pihak Gojek atau penyedia aplikasinya, bukan ke konsumen.

Yang terjadi dari komentar orang-orang di status saya tersebut adalah mereka mengeluh kalau seolah pihak Gojek atau penyedia aplikasi tidak berpihak pada mereka.
Dan para driver tersebut hanya bisa terpaksa mengikuti mau penyedia aplikasi.

Masa iya sih?
Sungguh gak masuk akal, jika perusahaan sebesar Gojek atau semacamnya bakalan membuat rekan bisnisnya menderita, mengingat pelakon bisnisnya adalah orang-orang keren yang pola pikirnya kekinian dan modern.

Saya yakin ada miss communication di antara mereka sehingga salah satu pihak seolah merasa dirugikan. Terlebih kalau GAK SEMUA DRIVER mengeluhkan hal yang sama.

Para driver taksi oline juga harusnya sadar, yang namanya bisnis itu butuh modal.
Gak ada satu bisnis di dunia ini tanpa modal, minimal modal otak buat berpikir.
Jadi kalau sudah memutuskan jadi driver online, sediakanlah modal buat beli BBM biar gak merugikan konsumen hanya karena irit BBM.

Siapkan juga modal kesabaran menghadapi konsumen, karena yang namanya konsumen pasti beragam.
Jangan karena dapat konsumen dengan bad attitude, semua konsumen jadi kena getahnya.

Konsumen dan driver online memang saling membutuhkan, tapi konsumen menang banyak karena mereka punya banyak pilihan di tengah persaingan yang semakin keras belakangan ini.

Sedang driver taksi online gak punya pilihan, jika mereka sudah disingkirkan oleh inovasi baru karena nama taksi online dirusak oleh sikap buruk drivernya.


Tidak Semua Driver Taksi Online Ber-attitude Buruk.


Salah satu alasan saya dan banyak konsumen lainnyanmasih tetap menggunakan jasa taksi online di tengah banyaknya cerita kurang enak dari driver taksi online adalah karena gak semua drivernya berattitude buruk. Masih banyak juga yang baik dan sopan.


Dan ternyata siang hari kemaren, keapesan kami di hari lebaran terbayar, saat menggunakan taksi online lagi, kami 'berjodoh' dengan driver yang sopan banget.
Sesaat setelah orderan saya masuk, si bapak driver langsung menelpon dan meminta agar kami menunggu kedatangannya.

Dan dalam beberapa menit muncullah juga si bapak, yang ternyata membawa taksi bluebird jenis mobil Avanza.

Si bapak driver sangat ramah, saat sampai langsung turun dari mobil dan membantu si papi yang memasukan barang melalui pintu belakang.
Saat di jalan pun sangat ramah bercerita tentang banyak hal yang kami tanyakan.

Saya yang kepo karena pengalaman semalamnya, langsung nanya banyak hal.
Dan dari si bapak akhirnya saya tau banyak hal tentang penyebab attitude buruk para driver lainnya.

Ternyata, menurut si bapak supir, driver taksi online itu kebanyakan belum pengalaman dalam bisnis, jadi mereka berpikir, kalau jadi supir taksi online itu sama kayak kerja kantoran, gak usah pakai modal.

Alhasil mereka kadang hanya modal 20ribu untuk isi bensin, pastinya dengan bensin senilai segitu gak bakal bisa keliling atau mengantar penumpang dengan tujuan jauh, terlebih jika pakai gopay, padahal gopay itu memang bawaan dari perusahaan dan konsumen tidak wajib tahu menahu dengan modal si driver (seharusnya).

Si bapak tersebut adalah supir taksi Bluebird yang sudah kerja lebih dari 10 tahun dan punya track bagus sehingga oleh Bluebird ditawarkan membawa taksi jenis mobil Avanza dengan sistem setoran perbulan plus setelah jangka waktu tertentu, mobil tersebut bisa menjadi hak milik sang supir.

Inovasi tersebut saya rasa bakal menggeser para driver freelance di kemudian hari, karena :
  1. Driver taksi online via bluebird terikat pada 2 perusahaan, yaitu Gojek dan Bluebird, sehingga konsumen bisa mengadu ke 2 tempat sekaligus jika kecewa dengan pelayanannya. Selain itu, driver yang diberi kepercayaan bawa taksi model Avanza gitu memegang teguh nama baiknya pada Bluebird, sehingga pastinya pikir-pikir banget jika mau merusak nama baiknya, kecuali memang dapat konsumen yang keterlaluan.
  2. Driver taksi online via bluebird lebih berpengalaman dalam melayani penumpang atau konsumen, jadi penumpang berasa gak cuman nyaman dalam mobilnya, tapi juga nyaman dilayani. Kalau saya pribadi gak berharap dilayani sampai harus bungkuk-bungkuk gitu, cukup dibantuin buka pintu jika saya benar-benar lagi repot memegang banyak barang, mengerti kalau penumpang butuh suasana nyaman minimal udara yang sejuk dan bebas bau.
Ke depannya, saya rasa akan muncul inovasi seperti Blue Bird ini, yang mana akan mengambil semua izin kerjasama dengan penyedia aplikasi, dan si penyedia aplikasi akan lebih senang bekerja sama dengan satu perusahaan yang memanage driver dengan baik, sehingga konsumen lebih diperhatikan dengan baik.

Jika hal itu benar terjadi, kasian banget ya para driver yang benar-benar bekerja dengan hati, bakal ikut merasakan hal negatif daripada monopoli usaha seperti itu.

Karena selain driver via bluebird saya juga sering menemukan driver taksi online atau gocar yang baik, ramah dan sopan.
Seperti kemaren saya memakai gocar dan Alhamdulillah dapat supir yang baik dan sopan, si bapak ikutan membantu si papi dalam memasukan barang ke belakang.

Dalam perjalananpun ramah menjawab banyak pertanyaan saya yang kepo dengan 'permainan curang' dari para driver taksi online.

Ternyata, banyak driver taksi online yang pintar berkelit dalam bekerja.
Dari yang punya banyak akun double (makanya, zaman sekarang mereka gak takut lagi di suspend atau bahkan meminta konsumen cancel, kalau disuspend ya pakai akun lainnya aja).

Pun juga ada yang suka order fiktif dirinya sendiri biar performa bagus.

Gak heran, sekarang banyak akun driver yang datanya gak lengkap keluar di aplikasi.
Si bapak tersebut juga mengemukakan alasannya mengapa banyak yang berbuat curang, di luar masalah yang memang drivernya yang gak tau berbisnis, pun juga karena mereka juga sering diribetin oleh konsumen yang eror.

Menurut saya, sangat disayangkan jika para driver hanya diam saja dan melimpahkan kekesalan mereka pada semua konsumen. Karena biar bagaimanapun juga, konsumen berhak menikmati fasilitas yang ditawarkan aplikasi berapapun pembayarannya.

Mau gratis sekalipun.
Masalah drivernya rugi, seharusnyalah dibicarakan dengan perusahaan, bukan ke konsumen.

Berubah, atau siap digilas inovasi baru seperti nasib angkot dan taksi konvensional


Masih ingat kan bagaimana para supir angkot sibuk demo dan protes akan kehadiran gojek dan gocar atau sejenisnya?
Mari deh kita mengingat masa lalu.

Masih segar diingatan saya, saat masih sering menggunakan jasa transportasi tersebut untuk ngantor. Sering terjadi kami para penumpang ditumpuk bagai pindang di dalam angkotnya, belum ditambah dengan siksaan ngetem yang bikin waktu ngantor jadi telat.

Masih kurang juga, ketambahan sering diturunkan ditengah jalan saat penumpang tinggal sedikit.

Dulu sih para penumpang hanya bisa menahan dongkol, gimana enggak? mau naik taksi juga harganya uwow..
Semacam masyarakat menengah ke bawah gak punya pilihan selain tunduk pada kebijakan si supir angkot.

Sampai akhirnya batas ke'zalim'an supir angkot berakhir, muncullah sebuah inovasi yang menjawab kegalauan para penumpang korban angkot dan taksi konvensional, dialah taksi online.

Bisa jadi, ke depannya akan muncul lagi inovasi baru yang menjawab keluhan konsumen yang kecewa akan pelayanan taksi online.
Saat itu terjadi yang rugi pastinya bukan konsumen, tapi pelaku bisnis taksi online kan?

Jadi, mau gak mau, bisa gak bisa, segeralah berubah.
Bentuk paguyuban yang positif, sharing cara menghadapi konsumen yang eror dengan bijak agar konsumen yang baik gak kena getahnya.
Sampaikan pula ke pihak perusahaan atau penyedia aplikasi jika ada hal yang merugikan driver.

Jadi, konsumen senang, orderan ramai terus.
Inovasi barupun gak akan sanggup menggeser cinta di hati konsumen yang puas dan senang dengan pelayanan taksi online yang ada.

Mem-bully Penumpang/Konsumen Bukanlah Solusi Terbaik


Sebenarnya, sebelum menulis status yang ternyata terbaca kontroversial di mata orang yang malas baca, saya sudah sering melihat viralnya berita seorang penumpang/konsumen yang dibully habis-habisan akibat mengeluhkan buruknya pelayanan taksi/ojek online.

Terakhir kali yang lewat di beranda saya adalah seorang yang minta maaf karena sudah memberikan bintang satu dan menulis penjelasan ke pihak penyedia aplikasi bahwa dia salah paham.

Saya yang... atagfirullah...
Sampai segitunya dibully, sehingga konsumen gak punya hak mengeluh tentang pelayanan yang sama sekali gak memuaskan?

Sampai-sampai yang konsumen yang harus minta maaf??
Astagfirullah..
Kalau bukan penjajahan zalim apalagi namanya?

Jangan naik taksi/ojek online?
Yakin para driver menginginkan hal tersebut??

Kalau semua orang yang terzalimi dan dirugikan namun diancam jangan mengeluh itu mengamini semua kata-kata "jangan naik taksi online", kira-kira sudah siapkah memikirkan cara lain untuk membayar cicilan mobil (as we know banyak yang nekat ambil kendaraan secara kredit dengan tujuan dibayar melalui penghasilan taksi/ojek online?)

Insha Allah konsumen bakal baik-baik saja, karena pemburu rupiah yang penuh inovatif bakal hadir lagi menawarkan pilihan yang lebih baik.

Belajarlah dari Uber yang akhirnya tumbang juga.
Atau perusahaan besar lainnya yang akhirnya kolaps juga.

Pada akhirnya, cuman perusahaan yang membuat konsumen jatuh cinta lah yang bakal bertahan di dunia bisnis.

Seharusnya, keluhan konsumen dijadikan bahan diskusi demi memperbaiki pelayanan, bukan malah dibully.

Seperti kata mas Jodi Prakoso, seorang friendlist facebook saya yang juga seorang driver gojek, komunikasi yang baik dengan konsumen itu sangatlah penting, karena sebenarnya semua masalah itu berawal dari kurangnya komunikasi yang baik.

Jadi, apakah saya kapok menulis gegara bully an tersebut?
Sama sekali gak dong.

Lagian kapok itu hanya sesuatu yang salah lalu disesali.
Saya menulis dengan baik apa yang saya alami sendiri, bukan katanya ini, katanya itu.
Pun saya gak menyudutkan orangnya secara langsung.
Hanya memberi masukan dan saran saja.

Pun, saya gak melalukan hal yang merugikan si driver meskipun saya dan anak-anak basah kuyup (beneran basah keringat loh) turun dari mobilnya.
Saya gak ngasih bintang 1 atau 2, karena saya terus terang hanya memberi bintang 5 jika naik taksi online.
Alasannya? saya gak tega aja kalau si driver sampai di-suspend.

Jangan pernah takut menuliskan hal-hal kebenaran selama :
  • Hal itu adalah pengalaman pribadi minimal tau pasti atau berada di tempat kejadiannya, bukan katanya ini, katanya itu.
  • Di tulis dengan santun dan dengan kata-kata yang baik dan benar.
Jadi saya ngakak aja, waktu kemarin sempat baca seorang friendlist bernama Rhyta Dora atau siapa ya, lupa saya dan saya juga gak pernah baca lagi komen orang-orang eror itu hahaha.
Yang dengan tulisan disingkat plus huruf gede semua, menyuruh saya untuk menulis permintaan maaf karena sudah menulis itu.

Saya yang...
Who the h*** are you??
Bagian mana yang salah dari tulisan saya?
Apa saya memaki seperti dia?

Alhamdulillah, selama ini saya selalu memikirkan dan mengecek dahulu apa yang saya tulis, jadi insha Allah gak bakal merugikan orang baik.
Kalau merugikan orang buruk sih, mmmm... ya gitu deh, itu diluar tanggung jawab saya.

Semoga kita semua, terutama anak-anak lelaki kita bisa tumbuh besar menjadi lelaki yang bijak, ramah dan sopan.
Yang pastinya gak kurang kerjaan komen bolak balik plus stalking di akun facebook seorang emak-emak.
Terlebih lagi, setelah komen cari bala bantuan karena kalah berdebat secara jantan.
Semacam saya pengen kirimin katalog Oriflame, biar mereka bisa pilih lipstick terbaru dan diskon biar mereka pakai gincu sekalian, karena menyerupai emak-emak garis keras hahaha.
*Oppssss...


Ada yang pernah punya pengalaman buruk akan sikap driver taksi online?
Atau mungkin jadi driver taksi online dan dapat konsumen eror?

Share di komen yuk :)


Sidoarjo, 18 Juni 2018

24 komentar :

  1. wihhh aku ikut geregetan

    tapi kembali ke pribadi masing2 mbak
    aku juga sering dapet bentakan cuma gegara posisi geser 100 meter ya allah
    tapi juga sering dapat yang begitu ramah dan tanggap banget klo aku lagi keburu

    masalah go pay kayaknya selama ini malah mereka yang lebih seneng klo aku bayar pake go pay, pengalaman aja sih gatau klo di daerah mbak, malah sering mereka kasih masukan ke aku biar ngisi gopay ke mereka
    kalau grab yg sekarang pake OVO aku udah pakai tunai aja males soalnya registrasi

    masalah di medsos apalagi klo udah kena negara api menyerang yah begitulah masyarakat medsosiah harap maklum, terutama yang suka cari bala bantuan tapi gak paham masalahnya apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. Ngakak baca negara api menyerang 😂

      Btw serius itu pakai dibentak?
      Alhamdulillah saya sih gak pernah sampai dibentak.

      Dan memang benar balik ke personalnya ya.
      Jadinya naik taksi online kayak main judi aja, kalau beruntung dapat yang baik, kalau apes ketemu yang jahat dan gak bisa ngapa2in karena kalau lapor malah di bully hahaha

      Hapus
  2. Aku dulu naik ojol mobil tiap hari abis lahira . Dan tiap hari itu pasti anakku ditegur pengemudinya. Entah karena anaknya loncat2 entah buka tutup laci dashboard. Iya seh emang salah. Dan sudah aku ingetin. Tapi piye ya. Sampe ngempet sedih tapi takut napa2. Untunglah skrg ga lagi. Dah kapok naik gocar gt,mending bawa sendiri ga nahan sakit hati org lain marahin anakku:"(.

    Tapi banyak juga yg baik seh, g semua gitu. Biasanya yg gitu yg supiran ja bukan yg punya mobile ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya mbak, saya kalau naik taksi online itu tertekan banget semacam numpang gratis hahaha.
      Takut anak berisik terus mengganggu. gak nyaman banget deh.
      Soalnya gak mau sama sekali kalau anak dimarahin, bisa turun di tengah jalan saya kalau dibentak, eh biasanya orang diturunin , ini saya yang minta turun hahaha.

      Semoga ke depannya taksi online bisa menemukan solusi agar gak jutek-jutek ke sumber penghasilannya :)

      Hapus
  3. ketika saya dibandung untuk pendidikan, otomatis saya tidak punya kendaraan.. angkot atau ojol lah andalan saya..

    betul bunda, ojol itu hanyalah freelance yang coba2 pake aplikasi.. BLUEBIRD? oh mereka perusahaan, drivernya adalah pegawai.. ojol, driver adalah mitra..

    beda komitmen dong.. pegawai harus diseleksi terlebih dahulu, bahkan kejiwaannya sekalipun.. karena yang ia akan kenakan adalah baju perusahaan.. sementara ojol adalah sekumpulan orang yang bernaung dibawah aplikasi.. fakta memang, menyedihkan juga..

    itu salah satu alasan mengapa ojol lebih murah : biaya rekrutmen, biaya maintenance, biaya asuransi, mungkin tidak ada..

    kalo nggak suka dengan tarifnya/kemurahan (bagi driver ojol), nggak suka cara bayarnya ya monggo bisa membuat aplikasi sendiri yang bisa menentukan tarif sendiri, ya seharga ojek pangkalan lah... ojek pangkalan aja bisa kok kita tawar, apalagi sekarang ada google maps, kita nggak bisa dibodo2in "jaraknya jauh".. angka jarak tempuh jelas nampak.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya postingan saya, baik di facebook maupun di sini bukan hanya curhat tanpa tujuan kok pak.
      Tapi ada maksudnya, sekadar sharing masukan kepada pebisnis taksi online meskipun freelance agar mereka bisa lebih baik lagi dan tidak tergerus inovasi baru atau monopoli perusahaan besar kayak bluebird.

      Sayangnya kebanyakan orang yang baca gak seperti komen si mas Ikrom paling atas itu, serangan negara api dan suka cari bala bantuan alias keroyokan gak bisa diajak beragumen dengan baik.

      Padahal, kalau semakin banyak konsumen yang kecewa, plus semakin pusing CS menanggapi laporan konsumen tiap hari, dijamin besok-besok bakal ada yang memanfaatkan hal tersebut untuk memonopoli celah buat freelance.

      Dan saya rasa, meskipun mereka freelance, kalau mereka bisa bekerja dengan baik, membantu perusahaan untuk lebih mengutamakan kepuasan konsumen, toh perusahaan semakin gede dan pastinya gak akan diam saja.
      Bisa jadi mereka bakal diberi kebijakan untuk kasih asuransi kesehatan dan semacamnya.

      Hapus
  4. Selama ini saya selalu dapat driver yang ramah dan sesuai harapan. Ada juga sih yang minta cancel, ya langsung saya cancel aja sebelum urusan jadi panjang, hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah.
      Saya juga sering kok dapat yang baik, cuman pas apes aja dapat yang eror hiks

      Hapus
  5. Resiko nyetatus di sosmed emang begitu mbak. Terlebih kalau friend list-nya didominasi orang2 yg tidak kenal secara langsung, ya jd membuka celah orang asing ngetroll karena ga ada hubungan/ikatan apapun. Blm lagi Facebook emang ladangnya orang2 berjempol pedas, sudah bukan rahasia umum �� Beropini mah bebas, tp ya liat sikon sih kl aku pribadi. Kl ujung2nya jd ladang orang ngehate malah membuka media berbuat negatif ��

    Saranku, kl mau ngasih masukan pelayanan, ke perusahaannya langsung aja via CS atau sosmed pengaduan customernya, atau ke grup Gojek-nya kan ada tuh. Jd masukannya tepat sasaran dan ngga random hehe

    Aku pribadi blm pernah ditolak karena pakai Gopay, tp sempet baca BC-an yg isinya soal anjuran pakai cash kl naik ojol. Tp di Instagram ojol sendiri udh dikonfirm hoax haha Lg blm rejeki aja kyknya mbak pas itu dpt ojol yg ngeselin smp bbrp kali ��

    Kl driver Blue Bird, dengan dan atau via Gojek, pelayanannya emang selalu VIP. Mereka bawa nama Blue Bird juga soalnya dan ada trainingnya kan, beda sama yg ojol �� Bahkan menyapa penumpang udah masuk SOP, itu aja udh beda dr ojol hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh makasih banyak mba Nindy.
      Iya banget sih, resiko efbi hehehe..

      Sebenarnya orang2 yang komen gak sopan itu gak ada satupun friendlist saya.
      Saya jarang banget mau accept teman laki yang gak dikenal di FB.

      Hanya saja, FB saya emang disetting publik guna branding bisnis hehehe.

      Jadinya semua orang bisa masuk dan komen serta share.

      Sebenarnya saya sudah 2 kali dapat komen bully an yang rame2 gitu, kalo komen yang satu dua membully sudah sering malah.

      Hitung2 menebalkan mental di sosmed :)

      Hapus
  6. Iya bun kalau kita nulis status di medsos, orang cepet banget komennya. Bahkan status niat baik yang kita sampaikan bisa kena nyinyiran juga. Kalau saya banyak crita yang baik2 aja dengan ojol atau mobil online. Cuma sekali saya pernah Bun dimarahin ama oknum ojol dan waktu itu saya cuma bisa bengong. Kaget soalnya ada ojol bgtu hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aalagi kalau kita nulis status panjang ya bun, dijamin pada baca judulnya doang.
      Padahal isinya dibeberkan dengan jelas

      Hapus
  7. Saya juga sering pakai gopay tapi saya beli sama mereka lagi saat turun. Jadi mereka senang. Memang kadang banyak driver yg banyak ngeluh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh gitu ya mba, saya seringnya isi melalui mobile banking sih

      Hapus
  8. Hai mBak Rey. Kayaknya yg baca status mbak itu gak paham sama maksud mbak jadi ya bully seenaknya. Aku kok esmosi ya baca koment2nya haha.

    Tapi memang sih mba gak semua driver itu good attitude. Apalagi persaingan driver juga makin ketat mereka udah punya daerah kekuasaan masing2. Ini terjadi di daerah saya karena punya tetangga driver g*j*k. Dia pasang fake GPS begitu dapat baru disamperin makanya lama wlpn di map jaraknya dekat. Kalau mereka narik penumpang di bukan daerah kekuasaannya bakal dimusuhin sama driver lainnya. Itu lama-lama macem jadi sistem premanisme. Ckck. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahh mba, kenapa dibaca? Hihihi..
      Saya aja gak mau baca lagi komen2nya, males banget bikin rusak mood hahaha.
      Jadi mereka sibuk nulis kasar-kasar dengan sia2 aja, orang yang punya status masih ngorok hahaha.

      Waaahh jadi gitu emang mereka juga punya daerah kekuasaan?
      Apa bedanya ama yang jadul2 ya? Pakai daerah segala.
      Harusnya kan, siapa yang kerja, dia yang dapat.
      Ga perlu pakai daerah-daerahan

      Hapus
  9. Betul sekali apa yang mbak bilang, siapapun yang bisa memuaskan hati konsumen dan tetap mendapat keuntungan dari konsumen itulah yang tetap akan bertahan dalam bisnis apapun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iys ya, karena semua pebisnis butuh konsumen :)

      Hapus
  10. Sabaaar ya mbaa.. Netizen memang suka julid dan selalu merasa paking benar :p. Aku bbrp kali nemu driver ajaib juga. Apalagi gojek /grab mah udh jd kendaraan wajibku pulang dan pergi kerja. Selama ini aku baru sekali ngasih rating 2 dan 3 buat driver, itupun krn mereka ga sopan, dan yg 1nya lg ga bisa anter aku je tempat tujuan, krn mogok tengah jalan.

    Sisanya, aku slalu ksh 5. Tapi 1 ya yg ga bakal aku turutin, kalo si driver minta cancel krn kesalahan dia, maap aja.. Sampe kiamat aku jg ga bakal cancel. Krn kalo aku yg cancel, requestku selanjutnya bakal lbh lama dan mahal. Trus dia enak anget ga turun performancenya. Karena kalo kita yg cancel, walo reasonnya krn driver minta, itu ga ngaruh ke dia. Ini menurut driver gojek yg langgananku.

    Makanya, ada bbrp driver yg kurang ajar mibta aku cancel, aku jawab, "krn kamu yg ga bisa, kamu aja yg cancel sendiri. Saya ga mau. "

    Aku pernah kuat2an nungguin sapa yg mau cancel duluan. Akhirnya dia nyerah. Aku mah kalo di php ama driver 1, msh ada provider yg lain. Kalo kepaksa aku jg msh bisa milih taxi yg lbh terpercaya. Pokoknya, ga akan mau aku yg cancel :D. Keenakan supirnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh iya kah mba? Info berharga nih, ternyata mereka malah keenakan ya kalau kita cancel.
      Lain kali ga perlu di cancel deh :)

      Hapus
  11. I feel you..Paling kesel emang kalo driver ambil order tapi ga tanggung jawab gitu..

    BalasHapus
  12. Sekarang ada Seva, perusahaan yang berbisnis jual beli mobil baru dan bekas, juga meluaskan jaringan ke penyewaan mobil. nah, pernah ada promo keliling Bandung saja cuma bayar 99 ribu rupiah. Bisa bayangkan kalau perusahaan itu juga meluaskan wilayah jaringan layanannya. Ada celah untuk demikian, mengambil porsi penumpang yang tak puas dengan layanan taksi daring atau konvensional. Lagipula, Seva pakai aplikasi secara daring.
    Di lain kali siapa tahu ada inovasi lain seperti kata Mbak Rey, perusahaan yang bisa mengumpulkan para freelance untuk melakukan kerja sama lebih baik lagi dan tak sembarangan.
    Bisnis jasa adalah ladang menggiurkan jika dikelola dengan baik. Sayang memang jika ada yang berperangai buruk dalam melayani konsumen. Jalan rezeki mereka akan seret.
    Saya sudah abca komen teman-teman di atas dengan hati-hati. Hem, jadi ada benarnya juga saran Mbak fanny yang ogah cancel, namun apa bisa diterapkan di tempat Mbak? Coba bikin daftar kemungkinan lain untuk jasa yang digunakan jika tak cancel. Jangan sampai konsumen dibikin makan hati padahal tak melakukan kesalahan apa-apa.
    Semuanya berpulang pada komunikasi antara sopir dengan perusahaannya jika urusan cancel atau membatalkan pesanan, ;kan bukan urusan konsumen yang butuh layanan.
    Saya juga pernah ngerasain dirisak ramai-ramai bareng beberapa teman di suatu platform social blogging karena suatu soal, dan parahnya yang ngerisak gak paham. Atau sok paham lalu malah melencengkan akar permasalahan hingga malah melebar ke mana-mana. Watak demikian cuma menunjukkan aib pelaku perisakan sebagai pribadi yang berperangai buruk. Mari bersabar, itu juga akan masuk catatan hisab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren banget tuh mba, di sini kayaknya belum ada :)
      Bener banget mba, kadang orang sok paham gitu dan malah membahas hal-hal yang ga penting, ckckckc

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)