Surabaya Heritage Track, Asal Usul Surabaya & Kota Penuh Pahlawan

Gedung Internatio di Surabaya

Sharing By Rey - Tulisan ini sambungan dari explore kami sebelumnya dari Warung Aroma Makassar lalu ke Museum House of Sampoerna.

Kami akhirnya bisa naik ke atas bis, setelah menunggu beberapa lama.
Dan tepat pukul 13.00, bis mulai berangkat, tujuan pertama kami adalah Monumen Tugu Pahlawan.



Sang Guide tour-nya bernama Bagus mulai memperkenalkan diri dan mulai menjelaskan tentang bangunan - bangunan kuno yang kami lewati sepanjang perjalanan.

Bangunan pertama yang di perkenalkan adalah bangunan penuh sejarah yang berkaitan dengan jembatan merah.

Gedung yang terletak di samping Taman Jembatan Merah Plaza yang dulunya Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging.

Gedung ini erat kaitannya dengan peristiwa 10 November 1945. Saat itu, arek-arek Suroboyo mengepung gedung itu. Hingga terjadi ledakan dari mobil yang ditumpangi Brigjen Mallaby yang mengakibatkan Mallaby tewas di dekat gedung ini.

Bangunan yang terletak di sudut Jl Jayengrono Surabaya ini memiliki dua lantai, yang masih terlihat kokoh padahal sudah berdiri sejak1931.

Kami di buat terharu saat tour guide-nya menceritakan bayangan di berpuluh tahun lalu.
Saat jembatan merah yang dulunya terbuat dari kayu, jadi berwarna merah oleh darah para pejuang yang di tembak oleh senapan mesin para tentara Belanda di gedung ini.

Bis terus melaju hingga kami, hingga kami melewati sebuah bangunan yang juga penuh sejarah yang sekarang menjadi Kantor Bank Mandiri.

Gedung ini dulunya adalah milik perusahaan Belanda bernama Lindeteves Stokvis, yang di bangun pada tahun 1911.

Usai penjajahan Belanda, gedung ini di gunakan Jepang untuk menyimpan senjata dan kendaraan perang.

Gedung bersejarah yang sekarang menjadi kantor bank Mandiri, 
banyak cerita seram yang beredar mengenai menara loncengnya, Sumber : Google

Hanya berselang beberapa menit, sampailah kami di Monumen Tugu Pahlawan.

Oh ya, FYI ada beberapa orang yang mengatakan kalau Tugu Pahlawan yang terletak di Surabaya adalah adiknya Monas yang ada di  Jakarta karena memang bentuknya lebih kecil.

Kenyataannya Monas adalah adiknya Tugu Pahlawan karena Tugu Pahlawan di dirikan sejak tahun 1951, sedang Monas, 10 tahun kemudian :D

Kami lalu turun dari bis dan di minta untuk berdiri sejenak di depan beberapa relief yang ada.
Sang Tour Guide lalu menjelaskan maksud dari gambar relief tersebut, yang ternyata menceritakan asal usul Surabaya.

relief asal usul Surabaya
Relief yang terletak di bagian depan monumen Tugu Pahlawan

Asal Usul Surabaya


Berawal pada tahun 1292, kaisar Khu Bilai Khan mengutus tentara Tar Tar untuk menguasai kerajaan Singasari yang sudah di kuasai raja Jayakatwang (Raja Kediri), pada akhirnya tentara Tar Tar berhasil di kalahkan dan di usir oleh pasukan Raden Wijaya pada tanggal 31 Mei 1293.

Setelah itu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan, Mojokerto.
Sedang Hujung galuh (di yakini sebagai daerah Surabaya)  berkembang sebagai salah satu pusat perdagangan di Jawa.

Setelah perang melawan tentara Tar Tar dan pasukan Raden Wijaya di daerah Hujung Galuh, keluarlah “Mitos Cura-Bhaya

Cura berarti kemakmuran, sedang Bhaya adalah bahaya.
Yang kemudian seiring waktu berubah pelafalannya menjadi Surabaya.

Dari situlah di ambil simbol Ikan Sura (Hiu) dengan Buaya, yang mana ikan Hiu di lambangkan akan Tentara Tar - Tar yang datang dari laut, sedang Buaya adalah pasukan Raden Wijaya dari darat yang akhirnya bertemu dan bertempur di Hujung Galuh alias daerah pesisir Surabaya.

Jadi bukan seperti cerita dongen yang mana ikan hiu dan buaya bertemu lalu berantem hehehe..
Atau mungkin kisah dongen tersebut juga benar, mengingat sejarah lambang tersebut dia mbil dari pertempuran tentara Tar Tar dan pasukan Raden Wijaya :D


Monumen Sepuluh November


monumen sepuluh november
Monumen Sepuluh November
Setelah puas menikmati penjelasan tour guide, kami lalu di ajak memasuki area monumen Tugu Pahlawan, dan menuju ke museum Sepuluh November, di pintu masuk kami membayar Rp. 5,000 per orang dewasa, untuk pelajar dan anak kecil GRATIS.

Kami pun masuk ke dalam museum dengan penuh haru karena penjelasan penuh semangat dari sang guide tour-nya.

Melihat banyak peninggalan-peninggalan masa lalu, ada senjata - senjata sederhana para pahlawan kita, mulai dari bambu runcing, ketapel, belati, keris dan beberapa senjata hasil rampasan dari musuh.

Relief pertempuran yang terjadi di sekitar monumen Tugu Pahlawan

Kami pun terpaku oleh kisah ibu Dar Mortir, beliau sangat terkenal karena setiap harinya bertugas memasak banyak masakan nasi bungkus untuk para pejuang kita.

Saking fenomenalnya nasi bungkus ibu Dar di beri nama "Nasi Bungkus Jaminan"
Foto beliau pun ada di deretan tokoh - tokoh pahlawan terkenal di peristiwa 10 November lalu.

Biorama tentang dapur umum Bu Dar yang meng support makanan pejuang di surabaya
Biorama tentang dapur umum Bu Dar yang meng support makanan pejuang kita

Oh ya, ada satu kisah memilukan yang terjadi pada beberapa tahun silam.
Saat pertama kali museum ini di bangun dan di gali, di temukan ada banyak sekali tulang belulang yang saat di kumpulkan dan di hitung ada lebih dari seribu orang yang sepertinya di makamkan secara masal di museum ini.

Foto para pahlawan kita, Ibu Dar ada di antaranya

Karena itulah di museum ini di dirikan patung pahlawan tak di kenal, untuk mengenang jasa para pahlawan tanpa nama yang rela berjuang demi kemerdekaan Indonesia

tugu pahlawan surabaya
Fokus pada patung simbol kemerdekaan Indonesia :D

Beberapa senjata sederhana pejuang kita


Note : tour ini menyenangkan banget, SANGAT DI REKOMENDASIKAN oleh seluruh warga Indonesia, khususnya generasi muda atau anak - anak kecil agar lebih mengenal sejarah bangsa kita.

Bersambung ke cerita selanjutnya tentang Gedung kantor pusat PTPN XI

Sidoarjo, 10 Januari 2017

Reyne Raea

10 komentar :

  1. Ke Museum ini sudah lama saya Mbak..tahun 2013. Kayaknya musti ke sana lagi karena anak-anak belajar di sekolah materi sejarah Surabaya ini. Semoga waktu mudik Kediri bisa cuss ke sana:)

    BalasHapus
  2. makasih sharingnya, surabaya dulu mah sering aku kunjungi saat kakek dan nenek masih ada

    BalasHapus
  3. Enak juga ya wisata sejarah di surabaya, aku biasanya kulineran aja mbak hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuliner juga asyik mba, cuman sesekali melihat sejarah langsung tuh asyik banget 😊

      Hapus
  4. Kalo wisata, museum itu termasuk yg aku cari. Apalagi kalo ada cerita sejarah di dalamnya. Buatku yaaa, kalo mau belajar sejarah dengan cara asyik dan ga bosenin, datang aja ke museum :) .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga bersyukur banget bisa tinggal dekat Surabaya, jadi mudah mengakses sejarah, apalagi Surabaya kan emang gudangnya sejarah sampai disebut kota pahlawan.

      Saya sering takjub sendiri akhirnya bisa liat langsung foto-foto dan benda-benda zaman peperangan dulu :)

      Hapus
  5. Kalau Palembang , dulu penyebutannya adalah Pa Lem Pong,( tanah rawa/tanah gembur ) klu ngak salah gitu kalimatnya, mklum saya bukan orang Tiongkok..😅😃

    lalu penyebutannya berubah menjadi Palembang.

    ngomong...patung Kemerdekaannya yg mana yach... soalnya saya ngk bisa bedakan mana patung , mana yg bukan patung.hahahah.*peace oii *

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkwkkw, patungnya ketambahan patung narsis :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)