Renungan Akhir Tahun, Hidup Maksimal Agar Tak Ada Penyesalan


renungan akhir tahun

Kurang 3 jam lagi, tahun 2023 akan berakhir. Menyambut datangnya tahun baru 2024, sambil nungguin si Adik main, keknya paling pas nulis tentang renungan hidup ya.

Sebenarnya, renungan kek gini seharusnya dilakukan setiap harinya. Nggak melulu nunggu ganti tahun masehi aja.

Tapi, seringnya sih saya lupa. Saat kek gini, kan banyak tuh yang nulis hal-hal tentang renungan hidup gitu.

Saya ikutan aja dong ya, hehehe.

Btw, malam ini kami putuskan bertiga menikmati malam tahun baruan di luar. Anak-anak sih yang pengen.

Sejujurnya, saya lebih suka duduk ngeblog aja di rumah.

Tapi, anak-anak memelas katanya mau liat kembang api secara langsung.

Sempat berpikir, apa saya bawa laptop aja ya, trus kami mampir ke Mek** (takut nyebutnya, entar disemprit, Wkwkwkw), atau tempat semacamnya yang buka 24 jam dan di tengah kota.

Tapi kok sejak pagi, dengar di radio maupun situa BMKG, kalau malam ini akan turun hujan. Jadinya urung deh, karena kami memang naik motor.

Jadinya gitu deh, pas si Adik main di playground, si Kakak liat HP.

malam tahun baru

Mamak bingung mau ngapain, jadinya ngeblog dari HP aja, biar kata kagok.

Oke, mari kita fokus ke renungan malam pergantian tahun ini.


Saya sedang memikirkan, apa ya yang harus saya lakukan dan berkesan untuk malam yang kek gini.

Mau bikin resolusi, jujur udah bikin sih, tapi nggak mau saya share secara umum. Cukup resolusi blogging 2024 aja yang saya bagikan untuk umum.

Terus apa dong?

Keknya nggak ada yang gimana-gimana lagi ya?. Entah karena saya udah tuw eh senior, wkwkwkwk. Atau memang lagi nggak konsen?

Tapi sejujurnya, menurut saya nih, mengapa saya nggak lagi yang gimana-gimana dalam merenungi hidup di malam pergantian tahun. Karena, insya Allah, hidup saya udah jauh lebih tenang ketimbang sebelumnya.

I mean, bukan yang tenang kek kata orang zaman now *selesai dengan dirinya*.

Tidak, saya nggak akan menyebut demikian, karena toh saya masih jadi manusia yang punya banyak keinginan. Belom jadi malaikat atau dewa yang ga punya keinginan lagi di dunia.

Saya hanya merasa, jauh lebih tenang, ketimbang sebelumnya.

Hal-hal yang dulu menjadi impian, sampai kebawa pikiran lalu berujung overthinking dan jadinya bikin stress, sampai merasa depresi. Udah lebih calm aja di pikiran.

Misal, dulu tuh saya selalu merasa bersalah, karena jadi IRT, nggak bisa membahagiakan ortu, nggak bisa bikinin ortu rumah, setidaknya renovasi rumah mereka.

Dulu, stres karena nggak bisa jadi wanita yang mandiri secara financial, setidaknya jadi PNS seperti harapan ortu.

Atau, merasa stres, karena semua impian yang tak kunjung bisa dicapai.

Impian, yang kayaknya sih, bukan cuman saya aja yang punya dan ngalamin.

Tapi, saya menyadari, sepertinya hal-hal demikian, sudah tak lagi benar-benar bikin saya merasa terpuruk.

Mencoba berpikir lagi, kok bisa ya? Apa karena saya udah lelah? Atau udah tuw eh senior? Atau juga terlalu lama jadi IRT?


I think, bukan hal itu yang bikin saya jadi lebih tenang.

Saya pikir, jika saat ini merasa lebih tenang, tidak lain karena saya merasa dan tahu persis, betapa saya nggak pernah hidup berdiam diri aja selama ini.

Dan, jika saat ini, di mata orang lain, saya belum sesukses yang mereka pikirkan. Bukan berarti saya nggak sukses dan menyedihkan.

Hanya saja, karena emang takaran rezeki saya ya segini ini, Alhamdulillah.


Saya udah melakukan semua hal yang seharusnya dilakukan.


Ketika ortu berharap saya jadi PNS, saya memang tidak mau pulang ke Buton, tapi saya berjuang untuk jadi PNS di Surabaya.

Nggak kehitung, berapa banyak saya ikut test CPNS dan BUMN ketika masih berusia produktif dulunya.

Bahkan, saya pernah ikut test CPNS sambil menahan perih luka bekas sesar yang baru lepas 5 harian paska sesar.

Berkali-kali ikut test BUMN, sampai test kesehatan yang disuruh bugil pun, rela saya lakukan, astagaaaahhh, *hadeh 😪


Ketika memutuskan jadi IRT karena memang sesulit itu punya anak yang bolak balik sakit, harus dititipin ke daycare di Sidoarjo

Saya tidak menyerah, semua cara saya lakukan, demi masih bisa menghasilkan uang, tanpa harus meninggalkan anak-anak dengan orang lain.

Bahkan, saya rela begadang sampai pagi, demi bisa melakukan semuanya. Semua dilakukan secara totalitas. Sama seperti ketika dulu masih kerja kantoran, saya bahkan menganggap kalau perusahaan adalah milik saya.

Perusahaan rugi, itu adalah kerugian besar bagi saya.

Intinya, semua hal dalam hidup ini, sudah saya lakukan dengan maksimal.

Jika saat ini kesuksesan dalam bentuk duit berlimpah sampai bisa bolak balik mudik menjenguk ortu setiap bulan naik pesawat bukanlah sebuah masalah. Ternyata belum bisa saya capai.

Apalagi impian merenovasi rumah ortu yang hanyalah dalam impian.

Sudah tak lagi membuat saya down dan tersiksa.

Ya karena semua hal di atas.

Semua hal yang selama ini sudah saya usahakan semaksimal mungkin. Masalah hasil kan itu bukan urusan saya, itu keputusan sang Maha Pencipta.

Jika saat ini impian diri yaitu mewujudkan harapan ortu dan keluarga belum bisa saya lakukan. Mungkin memang Allah gariskan bahwa saat ini, hal yang bisa saya berikan untuk ortu, ya doa yang tulus dan konsisten.

Hal-hal demikianlah yang membuat saya, tidak lagi merasa ada yang perlu saya sesali dalam hidup ini.

Terlebih masalah keputusan diri ya.

Keputusan saya sendiri untuk menikah dengan lelaki pilihan sendiri. Keputusan diri juga yang memilih hidup jauh dari ortu.

Jika masalah hasil perjuangan diri, sudah tak lagi membebani, mengapa saya harus membebani diri dengan menyesali keputusan diri kan ye?


Jadi begitulah..

Malam pergantian tahun ini, di tengah riewehnya anak-anak jejeritan bermain di playground. Ditambah riuh rendah orang bercakap sambil menikmati makanan atau sekadar camilan yang telah dipesan.

tahun baru 2024

Saya hanya bisa merenungi hal-hal yang insya Allah saya syukuri semata.

Tak ada lagi yang harus saya sesali, karena toh selama ini saya udah berusaha semaksimal mungkin.

Biarkan hasilnya, merupakan keputusan Allah yang mutlak.

Dan apapun itu, insya Allah terbaik buat saya, aamiin.


Demikianlah.

How about you, Temans? 


Surabaya, 31 Desember 2023

6 komentar :

  1. Ciyus mba ada tes bumn sampe disuruh buka2an? Duh prihatin banget ya.

    Btw selamat menyongsong harapan baru dengan semangat baru ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Bang, selamat ganti kalender, hehehe.
      Iyaaa, kalau ga salah dulu tuh ikut test Pel***o, pemeriksaan kesehatan tuh tahapan kedua terakhir.
      Kesal dooong, dibelain buka-bukaan, eh gugur di tahap wawancara akhir, hadeeehhhh

      Hapus
  2. harapan harapan yang nggak tercapai, aku usahakan disikapi dengan positif. Sesuai seperti cerita mbak rey, hasilnya merupakan keputusan Allah yang mutlak, manusia berencana dan berusaha.

    Memang jalan untuk menuju puncak tiap orang beda-beda, bisa aja jalan kita masih dibawa muter-muter dulu sekian kilometer, nggak langsung sat set nyampe puncak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iyaaa, yang jadi urusan kita cuman usahanya yang dilakukan dengan maksimal :D

      Hapus
  3. Bikin saya jadi bertanya.. kalau ada maksimal, berarti ada minimal juga.. batasannya gimana yah?

    Bisa bantu jelaskan..

    Kalau orang kerjaannya hanya tidur dan bermalas-malasan, apakah itu termasuk maksimal atau minimal?

    Pingin tahu, karena saya belum memutuskan apakah hendak hidup maksimal atau minimal? Bisa bantu jelaskan?

    :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wwkwkwkwkw, minimal dalam presepsi saya mungkin orang-orang yang mager keknya :D

      Maksimal dalam pov saya adalah, melakukan apa yang harus dilakukan di depan mata dengan maksimal.
      Misal, ngeblog, ya lakukan dengan benar-benar serius, pakai semua waktu untuk itu, tentunya bukan berarti meniadakan hal penting lainnya ya.
      Atau misal target kita jadi ibu rumah tangga yang baik, ya lakukan itu dengan maksimal, dengan mengisinya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat.
      mendidik anak dengan baik dan disiplin, bukan cuman sekrol hape mulu *uhuk :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)