Frugal Living Boleh, Jadi Pelit dan Membebani Orang Lain Jangan!

frugal-living

"Frugal living being a part dah ini kayaknya!"

Demikian pemikiran saya, ketika membaca sebuah keluhan seseorang di Twitter aka X, tentang tetangganya yang numpang pakai internet bareng (sharing),  meski ikut bayar sekitar 20%.

Awalnya sih yang punya internet nggak keberatan, karena toh katanya cuman dipakai untuk 2 HP aja. Tapi makin lama si tetangga ini sering banget telat bayar bahkan kadang 2 bulan sekali baru bayar. Padahal pemakaian mereka bertambah, seiring dengan membeli smart TV di rumahnya.

Konsep hidup Frugal Living ini memang katanya bisa bikin kita hidup dengan berkecukupan sandang papan pangan, meski penghasilan atau pemasukan kita hanya UMR. 

Tema ini sempat booming beberapa waktu lalu, dipicu oleh konten seseorang yang mengatakan kalau dia bisa beli ini itu, punya rumah, punya mobil, bisa jalan-jalan ke mana saja. Meski gajinya UMR banget. 

Ye kan, kita semua tahu dan sadar banget, adalah sebuah mission imposible, jika hidup di kota besar, penghasilan UMR kota tersebut. Tapi bisa beli rumah, mobil, jalan-jalan dan lainnya, hanya dari pemasukan tersebut.

Kalau ada warisan sih, masuk akal banget. Tapi kalau hanya mengandalkan gaji UMR, apalagi sudah punya anak, sudah masuk usia sekolah pula. Rasanya imposible banget

Karenanya, tentu saja begitu banyak orang yang penasaran dengan detail konsep frugal living yang diterapkan di pembuat konten tersebut.

Baca juga : 5 Manfaat yang Dapat Kita Peroleh Dari Perilaku Hidup Hemat


Apa itu Frugal Living?

Frugal living adalah sebuah konsep hidup hemat dengan lebih bijak untuk mengalokasikan dana yang dimiliki dengan kesadaran penuh (mindfull), serta pertimbangan dan analisis yang baik, disertai dengan strategi pencapaian tujuan keuangan masa depan yang jelas.

frugal-living

Jadi, nggak sekadar hidup hemat atau irit ya, tapi juga ada perhitungan yang jelas untuk mengalokasikan dana atau uang yang kita miliki secara sadar. 

Bahasa awamnya, bukan berarti setelah terima gaji, kita langsung ikuti semua teori pakar keuangan, which is harus nabung 50% misalnya. Padahal nominal gaji kita, bahkan kurang dari kebutuhan hidup kita.

Dana yang dialihkan atau ditabung pun, tidak semata disimpan begitu saja, tapi juga dikelola sebijak mungkin, agar mencapai tujuan keuangan yang kita inginkan di masa depan. 

Baca juga : Belanja Online VS Belanja Offline, Pilih Mana?


Frugal Living Ala Rey

Sejak kecil, mama selalu mengatakan saya boros, mungkin karena saya tidak sepandai kakak saya dalam menabung.

frugal-living

Mungkin karena pelabelan tersebut oleh mama, jadilah saya sampai sekarang sering merasa hidup jauh dari frugal living atau hemat itu.

Tapi, menelaah makna dari frugal living itu sendiri, saya makin yakin, kalau sebenarnya saya bukanlah orang yang seboros dikatakan mama dulu sampai sekarang.

Pegimana mau boros ya, uang yang saya miliki sejak dulu tuh bisa dikatakan kurang banget. Terus apanya yang mau dihemat? hahaha.

Waktu kecil, saya memang nggak bisa hemat, apanya yang mau dihemat cobak? saya jarang banget dikasih uang jajan ketika berangkat sekolah. Dari SD hingga STM.

Yang ngenes tuh waktu STM, sudahlah sekolah saya jauhnya minta ampun, tapi cuman dikasih uang buat ongkos naik angkot 2 kali naik.

Padahal ya, jarang banget ada angkot yang mau anterin sampai ke depan pintu gerbang sekolah saking emang lokasinya masih di ujung kota banget. Alhasil, saya masih harus jalan kaki hingga sampai ke sekolah.   

Nah, pulangnya juga sama. Di tengah terik mentari, ditemani rasa lapar dan haus karena nggak punya uang jajan, pun juga nggak bawa bekal. Tapi saya masih harus berjalan kaki ke jalan utama biar dapat angkot buat pulang.

Sering banget menahan sedih melihat teman bisa jajan, saya enggak.

Karenanya, ketika suatu saat terima uang jajan dari orang lain, tentu saja saya langsung beli jajan yang diinginkan.

Ketika kuliah, mama memberikan uang saku untuk keperluan bulanan sekaligus, itupun nominalnya masih jauh dari cukup. Hanya bisa membayar kos yang paling murah, dan berhemat sebisa mungkin agar sebulan bisa terus makan, dan juga membeli kebutuhan pribadi kayak sabun dan lainnya.

Gitu ya, mama saya lagi-lagi mengatakan saya boros, karena ketika lulus kuliah saya nggak punya tabungan, mau nangis rasanya, huhuhu.

Kenyataannya, sampai saat ini, saya nggak bisa nabung seperti orang lain, atau setidaknya seperti kakak saya, karena memang rezeki saya tidak sebanyak rezeki kakak saya.

Nggak perlu sibuk frugal living mah sayanya, orang nggak ada yang mau diborosin, hahaha. 

Menelaah makna frugal living, di mana sikap bijak mengalokasikan dana dengan bijak dan penuh perhitungan. Membelanjakan uang sesuai kebutuhan, bukan keinginan.

Misal, alih-alih beli makanan happening tapi mahal di luar, sebisa mungkin masak di rumah saja, lebih sehat dan murah.

Sudah tauk!. Saya juga sering masak, bahkan seminggu sekali atau 2 kali saya ke pasar, meski kalau dipikir-pikir nggak sehemat itu juga sih ya, karena apa-apa sekarang tuh mahaaaalllll!

Bahkan ke pasar saya bisa menghabiskan 300rebo dan itu bisa habis sekitar 4 harian saja, hiks.

Boros banget, Rey? Kagak juga sih, semua itu sudah sesuai kebutuhan, karena anak-anak emang nggak doyan lauk selain ayam dan telur. Tempe dan tahu buat maminya aja, huhuhu.

Jadi, emang bukan semata nggak mau frugal living, tapi segini aja saya bahkan udah sangat frugal living karena emang duitnya ya segitu aja, wakakakakak. 

Contoh lainnya dalam memaknai frugal living, alih-alih beli barang branded, mending beli barang yang lebih condong ke fungsinya, bukan mereknya.

Oh tentu saja saya sejak dulu sudah menerapkan hal ini. Tauk nggak, saya cuman punya 1 tas branded loh. Yang sering saya pakai ke mana-mana sampai sekarang.

Mau tau mereknya apa?

Merek ASUS, wakakakakakakak.

Alias, saya nggak punya tas branded sama sekali seumur hidup. Semua barang saya hanya melihat fungsi, bukan brand-nya.

Beberapa pakaian yang mungkin brand menengah ke atas misalnya, kaos Uniqlo. Saya cuman punya 1 kaos dong, itupun dikasih ketika ikut campaign Uniqlo, wakakakaka. 

Jadi, saya sangat sedih mengingat pelabelan mama saya tentang saya yang boros, seolah nggak mau hidup frugal living, padahal saya mah frugal living sejak kecil, wakakakaka.

Baca juga :  Tentang Istri yang Boros


Frugal Living Boleh, Jadi Pelit dan Membebani Orang Lain Jangan!

Seboros-borosnya saya di mata mama, sejujurnya nggak bikin saya jadi hidup dalam kesedihan mulu sih. Saya bahkan bangga dengan hidup sendiri, karena uang yang saya keluarkan selama ini, setidaknya membuat saya tidak menjadi beban atau menyusahkan orang lain.

frugal-living

Seperti masalah internet sharing di awal tulisan ini. Sesungguhnya banyak loh orang yang seperti itu yang saya kenal.

Saya kenal beberapa orang, yang kendaraannya gonta ganti sekitar 3 tahun sekali, ya meski motor sih, dan nyicil sih.

Saya juga kenal beberapa orang, yang emasnya menjuntai ke mana-mana, tasnya branded, ya meskipun KW sih, tapi harganya lumayan mahal buat saya yang punya tas paling mahal 150rebo, cuman sekali aja keknya beli tas semahal itu, hahaha.

Tapi, saya sering kesal dengan sikapnya yang suka minta makanan orang lain. Di mana, dia rela nahan nggak beli jajanan, tapi minta makanan orang lain. Demi bisa spend lebih banyak uang ke hal-hal lain yang katanya investasi lah, nabung lah.

Saya yakin banyak di antara kita yang punya kenalan, atau bahkan teman yang hidup hemat, tapi nebeng kayak gitu.

Ya nebeng internet, karena kuota internetnya habis. Nebeng makanan, karena dia hemat nggak mau beli jajan. Nebeng kendaraan orang lain, biar hemat nggak perlu beli BBM.

Dan masih banyak lagi.

Dalam hidup bertetangga, kita juga sering kan mendengar atau melihat, bahkan mungkin mengalami sendiri, di mana ada tetangga yang suka 'pinjam' garam lah, gula lah, bahkan mungkin beras.

Termasuk sharing internet kayak di atas itu, tapi pemakaiannya berlebihan di luar pembayarannya.

Duh!

Frugal living atau hemat apapun itu, boleh. Tapi bukan berarti kita kita jadi membebani dan merepotkan orang lain dong ya!

That's why, biar kata orang saya boros karena pakai internet hingga 100GB ke atas setiap bulannya, dan itu saya bayar sendiri loh. 

Bahkan, saya punya 2 nomor di satu HP, di mana kadang keduanya saya aktifkan internetnya, terlebih ketika sedang butuh, eh internet yang satunya lemot. Jadi pakai provider lain aja.

Hal itu semata saya lakukan, agar tidak merepotkan dan jadi beban buat orang lain. Karena apalah artinya hidup hemat menerapkan frugal living, kalau nyatanya ada banyak orang yang kesal dengan ke'tidak tahu malu'nya kita, hahaha.

Baca juga :  Sikap Nggak Enakan Ternyata Nggak Selamanya Buruk


Kesimpulan dan Penutup

Frugal living adalah sebuah konsep hidup hemat dan sederhana yang dilakukan dengan bijak. Konsep ini sedang booming akhir-akhir ini yang tentunya bisa jadi inspirasi yang tepat di tengah masa ekonomi tak menentu seperti sekarang.

Namun, jangan lupa untuk tetap bijak serta paham kebutuhan pribadi untuk itu. Jangan karena ingin menerapkan gaya hidup hemat, malah bikin kita jadi pelit kepada diri sendiri dan membebani orang lain.


Surabaya, 16 Oktober 2023

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by ReyBlogger

Demikian artikel tentang frugal living berdasarkan opini dan pengalaman pribadi, semoga menginspirasi.

6 komentar :

  1. Iyaaaalah, jangan sampe malah bikin susah orang lain, atau mereka2 itu jadi ngedumel Ama tingkah kita yg sok sok frugal living. Amit2 kalo aku, jangan sampe.

    Hemat boleh, tapi nyusahin orang ga ada dalam kamusku. Harus tau aja apa keperluan kita, usahakan beli sendiri.

    Rasanya kalo sampe minta bantuan orang Mulu, atau kayak case nebeng internet tapi bayarnya lama, orangnya jadi ngedumel, kok ya aku takut rezekiku ntr bakal mampet 🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang paling nyesek itu, kalau hemat makanan, tapi nebeng makanan orang lain. Saya sering banget bete sama teman-teman begitu, mana pakai acara,
      "Ya ampuunn kamu kok boros banget makanannya, Rey!" Tapi dia minta juga hahaha

      Hapus
  2. kalimat endingnya betul betul betul
    mentang mentang kitanya pengen hemat, ehh malah melibatkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan kita.
    ASli, pas baca ini tiba tiba aku keinget temen sendiri wkwkwkw, jadi si temen ini sebenernya kalau dari segi gaji mungkin lebih gede dari OB kantor, tapiii entah kenapa dia malah sering minta tolong ke si OB ini buat beliin hape misalnya, meskipun di cicil juga bayarnya.
    Dari sini aku mikir, kenapa nggak dia usaha sendiri dari kartu kreditnya misalnya. Dan akhirnya aku jadi berpikiran kalau temenku ini, kayak pengen namanya 'bersih" dari history OJK.
    Soalnya OB ku juga orang pas-pasan bisa dibilang gitu, dan dia beliin hape si temen dari akun syopinya dia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kaaannn.
      Orang kayak gitu, pantasnya di keplakin, hahaha.
      Masih mending kalau bayarnya tepat waktu ya

      Hapus
  3. betul mbak, hemat itu sah-sah saja, tapi jangan pengen hemat terus nyusahi orang,, :D

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)