Ketika Tulisan Blog Di-Copas Jadi Buku Oleh Seorang Penulis

tulisan blog dicopas

Ketika tulisan blog di-copas jadi buku oleh seorang penulis, sungguh bikin saya bingung bereaksi. Antara mau ngakak atau gimana ya?.

Jujur, saya tuh selalu menganggap penulis buku itu, levelnya di atas blogger.

That's why, meski selama ini saya udah menerbitkan lebih dari 2000 (dua ribu) tulisan di beberapa blog. Tapi saya belum berani bikin buku.

Selain alasan utama adalah menurut saya, bikin buku itu, butuh waktu yang fokus, dan melupakan 'make money' sementara. Pun juga, saya merasa masih butuh latihan lagi, agar bisa menghasilkan tulisan yang 'easy reading'.

Bagi saya, tulisan yang hanya bisa dibaca dengan cara dibayar oleh umum itu, harus lebih baik dan sempurna dari tulisan blog.


Begini Ceritanya, Saya Menemukan Tulisan Blog Jadi Referensi Tapi Kayak Copas di Buku Seseorang

Beberapa teman nanya,

"Mbak Rey, gimana caranya bisa nemu tulisannya dicopas ke buku?"

Jadi gini, kemaren tuh saya iseng cek google search console blog, buat jadi ide keyword yang bisa dijadikan tulisan baru.

Tapi malah gagal paham melihat keyword nama sendiri, yang lumayan juga dicari orang selama sebulanan terakhir.

I mean, siapa woeee yang bisa nulis nama saya dengan benar gitu? wkwkwkw. Dan buat apa mereka nyari nama saya?.

keyword reyneraea

Karenanya, saya ikutan googling juga deh, dan akhirnya menemukan hasil kayak gini:

keyword reyneraea

wew, penasaran kan, saya klik deh. Dan ternyata itu adalah sebuah buku, yang dia tuh menulis sesuatu, dengan blog saya salah satu referensinya.

Iseng, saya baca deh isi bukunya, kebetulan kan, kalau di google books itu, pasti ada halaman awal yang dibuka buat umum, biar dibaca orang, terus penasaran lanjutannya.

You know? pas banget di bab awal ternyata tulisannya itulah yang memakai referensi blog reyneraea.com.

Namun ketika saya mulai membaca tulisannya, kok berasa aneh ya?.

Saya seolah membaca tulisan saya sendiri.

FYI, saya tuh kalau nulis, apalagi yang label opini, sama sekali nggak pakai referensi apapun. Biasanya, saya buka laptop, nemu ide judul, selanjutnya, ya udah... nulissss aja sampai puas, hahaha.

Karena nulis opini itu, sama banget kek saya lagi ngomong. Jadi, apa yang ada di kepala saya, ya udah dikeluarkan sebagai omongan lewat tulisan.

Makanya, kalau Temans yang baca blog saya, liat kalimatnya agak 'aneh'. Entah itu katanya kebolak balik, atau kata-katanya aneh dibaca. Ya emang si Rey ini kalau ngomong ya gitu, aneh, wakakakaka.

Tapi, karena itu juga, jadinya berasa kayak signature-nya si Rey dalam nulis nggak sih?. Dan saya jadi lebih mudah mengenali tulisan saya, di manapun.

Penasaran saya berlanjut dong ya, saya coba copas 1 kalimat di buku itu ke kolom pencarian di blog ini, kayak gini.

tulisan reyneraea dicopas

Dan ternyata, nemu tulisan yang match dong di blog.

Tulisan penyebab istri selingkuh

Saya buka dong tulisan '3 alasan istri selingkuh' tersebut, dan nemu tulisan yang mirip buanget!.  

Tulisan rey alasan istri selingkuh

Wewww, mirip amat yak, hahaha.


Pendapat Saya Tentang Buku itu, Dan Aturan Menulis Berdasarkan Referensi

Saya nggak tahu sih ya, mungkin 'kehebohan' yang saya rasakan ini, lantaran selama ini, saya terlalu 'mengagungkan' profesi penulis buku.

Seperti yang saya tuliskan di atas, bahwa menurut saya, menulis buku itu, sakral banget, karena emang harus dibeli baru bisa dibaca.

Berbeda dengan tulisan di blog, yang bisa sesuka hati kita tulis, langsung publish. Mau typo kek, meski seharusnya sih, lebih diperhatikan lagi, jangan sampai typo. Tapi, kalaupun typo, yo wes!.

Toh orang yang baca, gratis kan, dan juga nggak ada editornya.

Beda dengan buku, yang penerbitannya seharusnya melewati editor dan segala macam. Di mana seharusnya sih ada tim yang bisa memeriksa, apakah tulisan itu, layak ditampilkan dalam buku, dan dijual.

Karenanya, saya sangat menyanjung profesi seorang penulis buku, karena buat saya, mereka tuh tempatnya di atas saya, yang sampai saat ini masih setia jadi penulis blog, dengan cara menulis katanya kebolak balik, wakakaka.

Dengan semua pemikiran saya tersebut, tentu saja saya lumayan kaget, ketika membaca tulisan saya dimasukan ke buku orang, tanpa ada izin sama sekali, hanya berbekalkan tulisan referensi semata.

Ini juga nih yang bikin saya melongo, tentang cara menulis sesuatu berdasarkan referensi.

Setahu saya nih ya, yang namanya tulisan referensi itu, apalagi buat buku kan ye. WAJIB BANGET MENGOLAH KEMBALI KATA-KATA YANG ADA, BUKAN SEMATA CUMAN DIEDIT KEK EDITOR MEMPERBAIKI KATA-KATA YANG SALAH DI TULISAN CALON PENULIS BUKU!.

Secara logika begini deh, bahkan ketika kita mau nulis di blog ya. Mesin pencari atau google, akan menandai tulisan kita sebagai SPAM, kalau kitanya nulis tulisan orang dengan sangat mirip.

Itu tulisan di digital loh, yang seharusnya mudah diakses orang lain. Apalagi buku kan ye.

Kalaupun hendak menulis tulisan orang dengan mirip. Akan lebih baik dan sopan kalau bunyinya begini,

"Seperti tulisan yang saya baca di blog reyneraea.com, penulisnya menulis seperti ini:

bla...bla...bla..bla.."

Kalau kayak gitu, kayaknya lebih sopan dan bener aja sih, meski nggak izin juga saya nggak bakal heboh sendiri, hehehe.

Meskipun, kalau menurut saya sih, untuk umumnya nih, mending izin dulu deh. Selain sebagai etika menulis yang baik, pun juga biar nggak kena plagiarisme.

Jujur nih ya, gara-gara buku si Mbanya itu, semakin malaslah saya baca buku, wkwkwkw.

Gini, selama 2 bulanan terakhir ini, saya kan sering banget numpang mengetik di perpustakaan daerah Surabaya. Karena saya di tempat yang banyak bukunya, distraksinya jadi ke buku.

Jadi, setiap pagi ketika nyampe, hal pertama yang saya lakukan tuh, keliling rak buku, cari buku-buku yang judulnya menarik, mostly yang ada di rak psikologi atau semacamnya.

Setelah nemu, kadang sampai 3 buku, baru deh saya ke meja. Kemudian buka laptop, nyalahin, dan sementara menunggu laptop loading nyala, saya baca buku-buku yang diambil itu.

Meskipun kebanyakan cuman baca daftar isinya doang, tapi ada juga yang sempat saya baca secara acak. Dan you know, entah mengapa saya kok merasa, kebanyakan buku-buku itu, isinya mirip-mirip nggak sih, hihihi.

Ketambahan mengetahui kenyataan, tulisan opini curhat saya di blog, dicopas menjadi buku oleh seorang penulis. Apalagi keknya nih, si penulis itu udah menerbitkan 2 buku loh.

Lebih lucu lagi, buku yang memuat tulisan blog saya, yang berjudul 'Jutaan Wanita Tidak Menyadari' itu, dijual di Tokopedia, dengan embel-embel 'buku motivasi'.

Ngakak juga saya, ternyata tulisan curhat saya, bisa jadi motivasi juga yak, wkwkwkwk.

Jadi gitu deh.

Pesan saya nih, buat para penulis buku, khususnya yang mengambil referensi dari tulisan blog pribadi orang lain. Plis izin dulu!.

Karena, kalau ketahuan, kan malu banget tuh, iya nggak?.


Surabaya, 06 Januari 2023

Sumber: pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by rey dan screnshoot pribadi

4 komentar :

  1. Kesalahan Rey pertama adalah memandang penulis buku levelnya berbeda dengan blogger. Padahal mah sama, sama-sama manusia dengan segala kepentingannya. Kalau berpandangan seperti ini, kita akan dengan memudah menyadari bahwa ada penulis buku yang beradab ada yang tidak...

    Kalau memandang levelnya lebih dari blogger, sejak awal mrk mendapatkan priviledge dan kerap dimaklum, pada sisi lain, Rey merendahkan blogger dan mengurangi hak mrk.

    Itu kesalahan Rey.. karena sisi pandang tersebut Rey menanamkan diri sejak awal bahwa seorang penulis orang yang hebat dan tidak "akan" melakukan hal yang memalukan. Padahal, menjadi penulis buku atau blogger hanyalah opsi dan pilihan yang dilakukan manusia, tidak bedanya menjadi IRT atau wanita karir.. Hanya sebuah pilihan saja, tidak memberikan perbedaan apapun dalam urusan level manusia (emang ada berapa level manusia)

    Begitu menurut saya mah... salah Rey sendiri.. wkwkwkwkw ==> Kalau si penulis mah salah secara hukum, untung Rey "salah" sekedar karena membuat manusia menjadi punya level doang.. masih untung Rey

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, iya Bapak.

      Maksud saya, membandingkan penulis dan blogger itu, atas level saya. Maksudnya, untuk saya pribadi, saat ini merasa belum cukup jadi penulis, karena liat aja tuh tulisan saya, katanya kebolak balik wakakakak.
      Pada umumnya, sebenarnya penulis blogger dan buku sama aja, sama-sama penulis.
      Namun, secara etika kali ya, seharusnya penulis buku lebih baik, karena mereka tuh publishnya nggak ngasal :D

      Hapus
  2. Astagaaaah aku speechless 🥴🥴. Gila sih mbak nya... Mau di cap apa dia sampe bikin plagiat gini. Jangan2 buku2 dia yg sebelumnya plagiat juga ya Rey 😅🤣.

    Iya sih, miripnya mah plek ketiplek 😅. Dah jelas2 LGS ketahuan. Apalagi kalo yg baca juga sering baca blogmu 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan diriku berani bertaruh, isi buku bab selanjutnya keknya saduran atau plek banget copas dari blog lainnya :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)