5 Alasan Jarang Pakai ChatGPT untuk Menulis di Blog Ala Rey

alasan jarang pakai chatgpt

Menulis di blog itu sebenarnya mudah, nggak pakai ChatGPT juga bisa. Tapi, saya juga pernah kok pakai kecerdasan AI itu untuk menghasilkan tulisan di blog.

Salah satunya adalah, ketika dapat job tema yang enggak saya sukai atau kuasai. Seperti, crypto atau semacamnya. 

Itupun, menggunakan ChatGPT hanyalah sebagai tempat mencari ide saja. Selanjutnya akan saya teruskan pakai google. 

Nggak tahu kenapa ya, saya emang kurang bisa percaya begitu saja terhadap apapun. Makanya lebih suka pakai google, karena ada sumber beragam yang bisa saya cek kebenaran apapun yang saya baca.

Dan karena itu pula saya terlalu mencintai google sebagai referensi menulis di blog, jika memang temanya berat dan di luar pengalaman saya.

Oh ya, tulisan ini dibuat untuk sharing pengalaman pribadi ya, bukan untuk menyinggung teman-teman yang sering menulis pakai ChatGPT. Karena sebenarnya nggak ada larangan juga mau menulis pakai ChatGPT. Orang si ChatGPT juga ngambil informasinya ya dari tulisan di internet, wkwkwkw.

Lagian, saya yakin, teman-teman blogger tetap saja mengedit tulisan yang ada di ChatGPT tersebut, iya kan?.


Secara umum, setidaknya ada 5 alasan bagi saya jarang pakai ChatGPT untuk menulis di blog, di antaranya:  


1. Merasa Lebih Mudah dan Suka Menulis Pengalaman Pribadi

Ngapain pakai ChatGPT kalau tema menulis yang saya pilih selalu dari pengalaman dan opini pribadi, ye kan?. 

Bukan sekadar idealis sih, tapi saya emang merasa lebih mudah aja kalau nulisnya pakai pengalaman pribadi, termasuk nulis opini sendiri.

Terbukti, ketika banyak teman yang mengatakan, 

"Mbak Rey, nulis sampai 1000 kata itu, apa aja yang ditulis?"

Atau,

"Hah? menulis di blog setiap hari? gimana caranya tuh, kan bingung cari tema yang bakal ditulis?"

Kenyataannya, menulis 1000 kata itu sebenarnya masih kurang buat saya, masih kurang puas buat hati , tapi tetap harus saya batasi. Selain waktunya masih dipakai untuk lainnya, pun juga kasian yang baca jadi bosan, hahaha.

Jadi, menurut saya, sebenarnya teman-teman yang bertanya, kok bisa menulis sampai 1000 kata?. Kok bisa menulis setiap hari, idenya dapat dari mana?. Itu masalahnya hanya karena memilih tema yang bukan dirinya, untuk ditulis.

Coba deh pakai tema pengalaman pribadi, nulisnya juga dengan menganggap si laptop atau HP sebagai lawan bicara, dijamin 1000 kata itu lewaaattt, hahaha.

Nah, jika ada yang lebih mudah dan juga tetap bisa mendulang trafik untuk menulis blog, mengapa harus pilih pakai ChatGPT buat menulis di blog kan ye?.

Untuk saya pribadi, menulis pakai bantuan ChatGPT itu, bikin kreativitas menulis jadi semakin terbatas, berasa nulis di blog sama kek nulis skripsi yang susah, hahaha.


2. Pakai ChatGPT Bikin Kreativitas Ide Menulis Semakin Hilang

Nah ini dia yang paling penting.

nulis blog pakai chatgpt

Bagi saya pribadi, menulis pakai bantuan ChatGPT itu bikin kreativitas menulis jadi semakin berkurang bahkan bisa hilang.

Biar kata kita nulisnya tetap kudu diedit juga ya, tapi beda aja rasanya, udah berasa jadi editor aja nggak sih? hahaha.

Kalau kreativitas ide menulis hilang, jadinya kan saya bakalan tergantung penuh sama teknologi pintar itu. Ketika diminta untuk mengemukakan idenya, langsung blank kalau nggak ada bantuannya.

Ini juga yang menjawab pertanyaan seperti di poin nomor satu di atas, di mana beberapa orang menganggap, kalau mikirin ide menulis setiap hari itu susah. Padahal enggak susah-susah amat kok, orang banyak banget hal-hal yang bisa kita kembangkan jadi sebuah tulisan.

Nggak perlu menulis dengan terlalu sempurna, karena saya kan menulisnya di blog pribadi, jadinya punya kebebasan untuk menulis sesuai ciri khas saya.

Dan dengan menulis setiap saat, menulisnya juga pakai tema pilihan sendiri, lama-lama kreativitas dalam mengolah kata semakin mudah bagi kita lakukan.


3. Pakai ChatGPT Bikin Artikel Banyak Samanya

Salah satu kekurangan yang bikin saya jarang pakai ChatGPT adalah, karena dia nggak punya pembanding bahkan tanpa sumber artikel, seperti artikel yang ada di Google.

Kalau di Google, saya bisa membuka beberapa artikel untuk mencocokan poin-poin yang dibahas, apakah memang terbukti, atau hanya ngasal?.

Bahkan, dari beberapa artikel itu, bisa kita bikin sebuah artikel baru yang beda dari lainnya, karena sumbernya beragam.

Sementara dari ChatGPT artikelnya satu, mana itu diakses oleh banyak orang pulak, jadilah artikel yang dibikin dari ide tersebut banyak banget samanya.

Itu juga yang bikin beberapa artikel yang ketika kita baca, lah isinya hampir sama persis. Cuman diubah sedikit kata-katanya doang.


4. Tidak Percaya Sepenuhnya Sama ChatGPT

Karena hasil ChatGPT itu seringnya nggak nyebutin sumbernya, mana nggak ada pembandingnya pulak, jadinya sulit untuk bisa percaya sepenuhnya sama si AI ini.

Teknologi emang canggih, tapi bukan berarti nggak ada error-nya juga kan?.

Sebagai mamak-mamak yang memang tidak mudah percaya begitu saja kepada apapun. Saya terbiasa cenderung memeriksa atau mengecek suatu informasi, sebelum akhirnya ikut saya sebarkan atau tulis.

Biasanya kalau pakai ChatGPT, saya cek ulang di Google, nambahin pekerjaan aja, mending sekalian dari google aja dah, hahaha.

Oh ya, hal ini juga terjadi karena punya pengalaman melihat jawaban si ChatGPT ini nggak memuaskan, bisa-bisanya dia pernah menjawab kalau rujak cingur dari Jawa Tengah.

Mungkin juga karena keterbatasan usia si AI ini kali ya, di mana dia hanya merekam informasi paling baru, kalau yang lama dia masih sibuk mempelajarinya, hahaha. 


5. Kalau Butuh Referensi Lebih Suka Pakai Google

Karena semua alasan di atas, saya lebih sering menggunakan google jika mencari sebuah ide tulisan yang ingin dikembangkan.

Alasannya? biar lebih simple, nggak kerja dua kali, di mana kudu buka chatGPT dulu, abis itu dicek kevalidan-nya di google.

Kan mending sekalian buka google, cari di google, kumpulkan data-data dari artikel yang berbeda, baru deh disusun jadi sebuah artikel.

Emang sih, cara kerjanya lebih panjang ketimbang hanya menggunakan ChatGPT, tapi begitulah diriku, nggak mau langsung percaya gitu aja sama mesin atau teknologi meski dia pintar, hahaha.


Kesimpulan dan Penutup

Meski dunia semakin canggih dengan teknologi yang makin berkembang, tidak serta merta membuat saya selalu bergantung pada teknologi tersebut. 

Contohnya dalam menulis di blog, di tengah gempuran teknologi yang memudahkan banyak blogger dalam membuat artikel blog, saya tetap setia dengan menulis mengikuti isi hati dan kepala.

Ada beberapa alasan untuk hal tersebut, di antaranya karena saya merasa lebih mudah dan suka menulis hal-hal berdasarkan pengalaman diri dibanding mengedit artikel dari ChatGPT. Pun juga saya khawatir, kalau keseringan nulis pakai ChatGPT, yang ada kreativitas berpikir jadi hilang.

Jadinya kan semacam bergantung terus sama kecerdasan buatan AI.

Selain itu, saya memang kurang percaya dengan semua jawaban AI tersebut, karena tak ada sumber yang ditulis, dan juga tak ada pembanding yang bisa kita cek kebenaran tulisannya. 


Surabaya, 24 Januari 2024

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

5 komentar :

  1. Setuju banget sih, kalau terlalu sering menggunakan tools atau alat yang serba instan untuk menghasilkan sesuatu malah bikin kemampuan kita untuk melakukan itu jadi berkurang. Aku pernah pakai sekali, tapi hasilnya bener-bener kaku banget buat dibaca. Bahkan penggunaan bahasanya juga sulit dimengerti, jadi harus memperbaiki beberapa hal dlu baru bisa nyambung..

    BalasHapus
  2. Ulasannya menarik , Ka Rey. Aku pun begitu. Kalau Nulis nya berdasarkan pengalaman, 1000 kata pun kurang. Heheh. Semangat menulis!

    BalasHapus
  3. saya belum pernah pakai aplikasi ini
    dan saya lebih suka manual, cari referensi di google
    melatih tangan dan daya ingat, serta membuang rasa kepenatan hati plus pikiran hehe

    BalasHapus
  4. Kalau saya sudah memutuskan memakai AI atau ChatGPT saat menulis, maka saya berhenti jadi blogger saja... Tidak ada gunanya.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)