Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film Drama Komedi Dengan Plot Cerdas

jatuh cinta seperti di film-film

Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film ini merupakan film drama komedi romantis yang cocok banget ditonton oleh orang-orang dengan usia dewasa. Karena film ini menceritakan tentang cinta-cintaannya orang dewasa, yang manis tapi penuh makna.

Selain itu, alur filmnya itu keren, cerdas dan bikin filmnya jadi lebih menarik, karena nggak hanya penuh dengan obrolan yang sering bikin ngantuk.

Film ini sebenarnya sudah rilis sejak November 2023 lalu, namun baru saja masuk ke Netflix di akhir Maret 2024. 

Entah karena euforia dan marketingnya kurang kali ya, jadinya film ini konon tayang di bioskop dan tidak bisa mencapai sejuta penonton.

Mengapa saya bilang kurang euforia atau marketing? karena film ini bagus loh sebenarnya. Pas semuanya. Dramanya dapat, komedinya dapat, kekiniannya dapat, relevannya juga sangat dapat, dan plot twist-nya juga kece.  

Namun, sekali lagi saya katakan, emang sih tontonan ini hanya lebih menarik ditonton oleh orang-orang dengan usia 30an ke atas. Pasangan yang sudah menikah, ataupun yang sudah berpengalaman atas cerita cinta yang sebenarnya.

Dan masalahnya adalah, hanya sedikit orang yang di usia segitu masih hobi nonton kan ya, apalagi kalau usia segitu, kebanyakan lebih suka nonton di rumah nggak sih?.

Ya sudah, mari kita bahas tentang sinopsisnya dulu. 


Sinopsis Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film

Film ini dibuka dengan adegan si Bagus Rahmat yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman, sedang membuka pintu sambil membawa tumpukan kertas. Dalam sekejap dia menjatuhkan beberapa bawaannya, lalu segera dipungut dan dia ngomong ke orang di luar pintu kalau dia sedikit gugup.

Berikutnya dia melangkah pasti ke dalam ruangan, menuju seseorang yang sudah menunggu dengan duduk manis di balik meja.

Ketika dia melangkah, seketika layarnya menjadi hitam putih.

Ampyun deh nih film, saya kirain HP saya yang rusak, di mana monitornya hilang warna. Untung aja adegannya itu menceritakan tentang filmnya emang hitam putih. Sebuah film yang seketika mencuri perhatian saya karena itu.

Jadi, si Bagus ini berprofesi sebagai penulis skenario film, biasanya dia menulis skenario film remake gitu. Nah kali ini, dia datang menghadap si bos Yoram (Alex Abbad) untuk mempresentasikan sebuah ide film baru dari kisah hidupnya sendiri.

Bagus lalu menceritakan ke si bos, seperti apa ide skenario film tersebut, di mana bermula pada pertemuannya di sebuah supermarket.

sinopsis jatuh cinta seperti di film-film

Kala itu, Bagus sedang berada di sebuah supermarket, membeli sesuatu. Saat itu pula, ada Hana (Nirina Zubir) yang sedang membeli beberapa kebutuhan rumah. Hana adalah cinta pertama yang tak pernah terucap oleh si Bagus, dan begitulah ketika antri di kasir, Bagus akhirnya melihat Hana yang juga sedang mengantri.

Bagus tentu saja bahagia, sampai-sampai dia yang sebenarnya sudah berada di depan, tapi melupakan menimbang sesuatu, meminta kasir untuk skip belanjaannya, membiarkan orang lain dahulu yang dilayani.

Tapi si kasir tidak mau, alasannya beberapa barang sudah terinput. Si Bagus minta agar dicancel, etapi si kasir bilang nggak bisa.

Sumpah ya, adegan ini kekinian banget nggak sih, sering banget nih terjadi di beberapa kasir minimarket kek Alfamart atau Indomart, jangankan diminta cancel semua, cancel 1 barang aja nggak bisa, ampyuuunnn.

Akhirnya, si Bagus segera menyelesaikan transaksinya, tapi mengajak si Hana turut serta, jadi Hana nggak perlu mengantri. Untung nggak ada adegan diomelin orang yang lagi antri, hehehe.

Berikutnya adegan berlanjut ke Bagus dan Hana yang menghabiskan waktu di sebuah cafe untuk ngobrol-ngobrol. Mereka menceritakan banyak hal, saling nanya kabar, ngobrolin sulam alis, sampai akhirnya berdebat tentang cinta, karena si Bagus ingin bikin skenario film cinta-cintaan.

Si Hana kasih ide bikin cerita cinta masa-masa SMA, karena menurut dia, kisah cinta di SMA itulah yang paling manis. Cerita cinta yang belum paham, kalau cinta itu bukan semata memiliki, pacaran, senang-senang, belum tahu tentang konflik percintaan masa dewasa.

Oh ya, btw, si Hana ini sebenarnya adalah janda, suaminya baru saja meninggal sekitar 4 bulan yang lalu.

Karenanya, dia menganggap, di usianya cinta itu udah nggak lagi se effort ketika dahulu waktu SMA. Dia juga menganggap, cinta-cintaan di usia wanita 40an itu adalah hal yang tidak real lagi.

Menariknya, adegan pertama ini, nggak semata cerita tentang pertemuan antara si Bagus dan Hana, tapi momennya selalu bolak balik, antara adegan Bagus dan Hana, lalu kembali ke adegan si Bagus dan bosnnya.

Jadi, dari awal penonton paham, ceritanya oh gini, karena ini ibarat film dalam film, ada story telling di awal, meskipun pada akhirnya jadi lain lagi plot twist-nya.

Singkat cerita (iya kan, kalau panjang entar nggak perlu nonton filmnya lagi dong, hahaha), si Bagus ini akhirnya dekat lagi sama si Hana. Dia sering bantuin Hana yang punya usaha toko bunga, anterin Hana beli bunga di pasar bunga.

review jatuh cinta seperti di film-film

Di sisi lain, si Bagus ini punya teman akrab yaitu pasangan suami istri Dion (Dion Wiyoko) dan Cheline (Sheila Dara). Dion adalah seorang aktor, sementara Cheline berprofesi sebagai penyunting film aksi.

Ketika Bagus menceritakan tentang idenya menulis kisahnya sendiri yang bertemu mantan gebetannya yang sudah jadi janda, Cheline mengingatkan agar Bagus berterus terang, bahwa dia sedang menuliskan kisah mereka untuk film.

Bagus menolak, karena dia pengennya film ini adalah kejutan buat Hana, biar Hana terharu dan mau menerimanya.

Masalahnya adalah, Hana berulang kali bilang, kalau dia tak akan lagi jatuh cinta, karena cintanya sudah habis bersama suaminya ketika meninggal.

Suatu hari, Bagus mengajak Hana makan di restoran Padang, sambil makan mereka bercerita tentang film, Bagus menjelaskan beberapa bagian tentang film. Hingga akhirnya mereka sedikit berbeda pandangan tentang False Believe.

Si Hana bersikeras pengen tahu penilaian si Bagus tentang False Believe dalam kehidupan dia, setelah didesak, Bagus pun memberikan pandangannya, bahwa menurutnya Hana salah kalau menganggap dia nggak bisa jatuh cinta lagi. Dia menganggap demikian karena saat itu sedang trauma, suatu saat dia bisa sembuh dari traumanya dan akan jatuh cinta lagi.

Hana sedih dengan penilaian tersebut, meskipun si penonton ini juga kesal, lah sapa suruh kamoh tanya beibeh! hahahaha.

Intinya, sejak percakapan tersebut, Hana jadi malas ketemu Bagus, dan dengan terpaksa Bagus menerima tekanan si bos Yoram untuk menyelesaikan tulisan yang sedang ditulis itu, karena sudah ada tanggal penayangan di bioskop.

Dan begitulah, si Bagus akhirnya ngebut menulis cerita tersebut, sampai-sampai dia lupa makan sehat, makanannya indomie aja teros, lalu berakhir kena types dan dirawat di rumah sakit.

Sampai di RS, ada lagi adegan kocak, ketika si boss datang menjenguknya, bawain beberapa pakaian gantinya, tapi ujungnya bawain tablet buat lanjutin kerjaannya, hahahaha.

Ketika pulang dari RS, ternyata Hana datang menjenguknya sambil bawa bunga, sayangnya ketika itu Bagus sedang tidur di lantai atas. Hana masuk menunggu di ruang tamu karena dipersilahkan oleh Dion dan Cheline yang baru saja menjenguk sahabatnya itu.

Dan ketika menunggu itu, Hana tertarik membaca tulisan skrip yang ditulis Bagus, dan marah banget setelah mengetahui kalau semua cerita percakapan dan pertemuan mereka, ditulis buat dijadiin film.

Lalu, kelanjutannya gimana? apakah Bagus bisa berbaikan lagi dengan Hana? lalu gimana kelanjutan film yang ditulis Bagus?.

Terus plot twist cerdasnya itu kayak gimana?

Tonton sendiri aja deh, capek nulisnya, wakakakakaka.


Review Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film


Profil

Sutradara: Yandy Laurens

Penulis: Yandy Laurens

Produser: Ernest Prakasa, Suryana Paramita

Sinematografi: Dimas Bagus

Tayang perdana: 30 November 2023  

Run time 118 minute

Genre:  Drama, comedy

Produksi: Imajinari, Jagartha, Trinity Entertainment, Cerita Films

Distribusi: Netflix

Bahasa:  Indonesia

Negara:  Indonesia


Para Pemain film Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film

Ringgo Agus Rahman sebagai Bagus Rahmat

Nirina Zubir sebagai Hana

Alex Abbad sebagai Pak Yoram

Sheila Dara sebagai Cheline

Dion Wiyoko sebagai Dion Wiyoko

Julie Estelle sebagai Julie Estelle

Donne Maula sebagai Denny

Abdurrahman Arif sebagai Asisten sutradara

Emily Yorda sebagai Yati


Rating by #SharingByRey : 4,85 of 5


Review film

Ini adalah film cerdas yang pintar banget menarik perhatian penonton sih menurut saya. Karena ibaratnya kayak film tapi lengkap dengan story telling-nya.

jatuh cinta seperti di film-film tentang

Kayak film dibuat hitam putih di awal, tapi nggak langsung jadi hitam putih. Ada jeda waktu tertentu yang bikin penonton nggak langsung jadi malas nontonnya karena hitam putih. Terus, ketika tiba-tiba filmnya berubah jadi hitam putih, sebelum penonton jadi kaget, dan bertanya-tanya, apakah rol filmnya rusak, dalam film tersebut sudah langsung menjelaskan dengan adegan si Bagus menceritakan idenya,

"Kita bikin film hitam putih!, nanti di akhir film kita ceritakan, mengapa filmnya dibikin hitam putih!"

Buat saya ini adegan yang cerdas sih, dari konsep awalnya adegan si Bagus jatuhin banyak bawaannya karena grogi, udah kocak kan, lalu tiba-tiba layar jadi hitam putih, dan kemudian diceritakan, kalau mau bikin film hitam putih. Ini kocak, tapi sukses menarik perhatian penonton dengan baik.

Lalu, adegan obrolan awal yang dipotong-potong, meski mungkin ini sedikit annoying, karena dalam ceritanya emang si bosnya sendiri yang motong-motong cerita si Bagus, hahaha.

Tapi adegan ini menurut saya sukses bikin penonton jadi ketawa, dan nggak bosan dengan obrolan panjang seperti kebanyakan film-film percintaan drama kan ya.

Selain itu, akting Ringgo juga menurut saya pas banget ya, suaranya dan karakter egois ala laki itu terkesan natural banget.

Nirina juga nggak kalah keren, aktingnya mengalir dengan natural banget, mungkin karena dia memerankan karakter di usianya saat ini kali ya.

Nah, pemain lainnya juga sukses bikin film ini jadi kayak real, meskipun tetap ada kocaknya.

Sampai-sampai saya teringat kalau film begini tuh, biasanya khas dengan ide si Ernest, eh ternyata emang film ini ada unsur Ernest-nya, makanya ya, hahahaha.

Cerita filmnya juga nggak mengada-ngada ya, nggak yang cerita kalangan atas melulu, target marketnya menengah sih yang memang banyak ada di Indonesia.

Dan saya sukanya, karena menceritakan kehidupan percintaan orang-orang di usia 40tahunan.

As you know, sebagai wanita dengan usia kek si Hana, pastinya punya anggapan yang sama, bahwa percintaan di usia 40an itu, udah nggak lagi semanis cerita cinta anak remaja. Karena kita-kita yang berusia senior ini, apalagi kalau udah pernah menikah kan, udah tahu bentuk cinta secara universal. 

Dan setuju juga dengan anggapan si Hana, bahwa rasanya sulit untuk bisa jatuh cinta lagi, setelah semua rasa cinta kita dibawa mati oleh sosok yang kita cintai.

Tapi, si Bagus juga tak salah, karakter dia benar-benar menceritakan lelaki kebanyakan, yang mana mereka selalu berpikir dengan logika, sampai sering mengabaikan perasaan wanita.

Akan tetapi, sebagus-bagusnya film drama ya, yang secerdas-cerdasnya konsep yang diterapkan, layaknya film drama ya, isinya kan kebanyakan obrolan, ada juga sih yang sedikit membosankan. Kayak adegan konfliknya yang lama, jadinya berasa adegan manisnya cuman dikit, kocaknya lumayan, tapi konfliknya lama.

Sebenarnya ini real dalam dunia nyata sih ya, di mana kebanyakan wanita usia 40an itu udah sering bertindak pakai hati dan logika, jadi kalau marah gitu lama banget baru bisa baikan. Jadinya cerita manisnya sedikit aja, hahaha.

Ah apapun itu, menurut saya, film ini memang bagus sih  menurut saya!

Oh ya, film ini nggak ada adegan yang aneh-aneh ya, bahkan adegan cipokannya aja nggak ada loh. Ada sih, tapi nggak sampai kena, hahaha.

Jadi, aman lah ditonton sama anak-anak usia remaja, meskipun akan lebih baik nggak ngajak anak-anak juga, karena nggak relevan juga kan, hehehe.

Oh ya, selain bercerita tentang kisah lama yang belum kelar, cinta-cintaan, film ini banyak membahas tentang dunia penulisan skrip film. Secara umum sih tentang kepenulisan kali ya, makanya saya suka dan terinspirasi eh atau jadi semangat menulis cerita novel gitu *ngomong tok emang si Rey ini!.

Salah satunya ketika adegan si Bagus bilang, bahwa melalui film, kita bisa merasakan apa yang orang rasakan. Meskipun lagi nih, saya akhirnya juga setuju, bahwa meskipun seorang aktris mendalami karakter seorang yang diperankan, tidak lantas benar-benar memahami perasaan si lakon tersebut. 

Ah pokoknya gitu deh.  

Sudah ah, pesan-pesannya, saya tulis di postingan tersendiri aja, biar nggak terlalu panjang.


Surabaya, 13 April 2024

6 komentar :

  1. aku nonton film.ini di bioskop Royal plaaza SENDIRIAN 🤣😤 karena aku suka dgn webseries sutradaranya (Yandy Laurens) yg banyak beredar d Youtube.
    tapi aku sukses tertidur di setengah jam pertama.😆 entahlah...film ini ngga jelek sama sekali, tapi mungkin ekspektasiku ketinggian ama Yandy. 😹

    BalasHapus
    Balasan
    1. Laaahh, mungkin web seriesnya bagus-bagus kali Mba, jadinya pas liat filmnya berharap lebih bagus :D
      Kalau diriku emang suka ceritanya sih, ditambah plotnya lumayan cerdas sih, menekan rasa kantuk akan film drama :D

      Hapus
  2. Pagi ini aku tonton deh filmnya 🤣. Dah ga sabaar.

    Naah iyaaa, penonton film ini ga sampe sejuta. Makanya sayaaang banget pdhl bagus memang. Apa krn mindset orang Indonesia memang lbh suka nonton di Netflix aja utk film tema romance yaaa.

    Kalo horor baru semangat ke bioskop biar dpt feel dari sound nya 🤣

    Udh sering banget ringgo dipasangin ama Nirina yaa. Jadi udh klik bener2 kalo ngeliat mereka 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya nih film emang buat orang dewasa Mba, sementara yang nonton kan kebanyakan gen Z hahahaha

      Hapus
  3. Ah sudah ada ni Netflix ya. Soalnya rekomendasi film di beranda Netflix saya munculnya drakor-drakor mulu. Pengen nonton ini karena ngulik percintaan orang dewasa yang biasanya di kepalanya banyak pertimbangan dibandingkan sekedar mikir perasaan. Thankyou reviewnya, Mbak. Jadiin list tontonan weekend ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iya ya, baru ngeh kalau Netflix penuh dengan drakor. hahaha.
      Kalau saya selalu setting cari di Movie sih, jadi si drakornya nggak muncul, trus suka sama film-film drama Indonesia, sekarang tuh ceritanya lebih beragam

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)