Sudah pukul 23.24 WITA dong, dan seharusnya saya udah bobo sejak tadi ya. Padahal udah janji sama diri sendiri, untuk selalu tidur nggak kemalaman. Dan udah pakai target kulit jadi sehat biar semangat gitu, maksudnya, hehehe.
Tapi sudahlah, cuman mau nulis kalau akhir-akhir ini banyak hal yang ingin saya tuliskan, tapi berakhir dengan nggak jadi ditulis.
Padahal temanya menarik, tapi ya gitu-gitu doang polanya. Udah niat serius nulis, pas buka laptop malah kedistrak medsos. Atau kalau udah semangat nulis, eh waktunya untuk melakukan hal lain datang.
Kayak malam ini, udah sejak tadi loh saya duduk di depan laptop, tapi pas buka HP dengan niat mau liat sesuatu, eh ujungnya kedistrak medsos dan scroll aja mulu sampai tengah malam.
Pas udah semangat nulis ya kayak sekarang, liat jam udah hampir pergantian hari *hadeh.
Nggak tau deh, kayaknya akhir-akhir ini saya kehilangan semangat buat disiplin. Otak saya penuh dengan bayangan orang, semacam merindukan seseorang, tapi nggak tahu siapa?.
Berada di sini memang membangkitkan imajinasi masa lalu, di mana dulu memang saya banyak menghabiskan waktu dengan melamun dan memandang bukit dan langit di kejauhan.
Bedanya, kalau dulu kan saya masih bebas melamun, karena nggak ada yang gangguin. Nggak ada anak-anak, dulu juga saya sendirian di sini, mama kerja, bapak juga.
Nah sekarang nih, kebiasaan melamunnya kambuh lagi, padahal saya tidak menempati kamar yang sama kayak dulu.
Tapi nggak asyiknya, melamun sekarang tuh terganggu mulu, entah diganggu anak-anak, atau mama yang mondar mandir aja melulu di depan kamar.
Eh ini kenapa malah ngomongin melamun sih.
Banyak juga kejadian akhir-akhir ini, salah satu kejadian yang bikin saya mengerti tentang bagaimana kelakukan lelaki berstatus suami zaman sekarang.
Ternyata bener, sulit sekali menemukan lelaki yang setia, bahkan kayaknya sih nggak ada ya?. (Yang setia dipersilahkan protes, hahaha).
Keknya, hampir nggak ada suami yang nggak selingkuh di luaran, even suami yang terlihat baik banget. Suami yang terlihat sebagai suami yang 'nggak mungkin banget bisa selingkuh, apalagi selingkuhnya orang dewasa kan!', ternyata sangat mungkin melakukan hal itu loh.
Lucunya lagi, para lelaki yang seperti ini sangat pandai dalam menyembunyikan semua kelakuannya di luar. Di depan istrinya terlihat baik-baik saja, serius dan kayak lurus-lurus aja, padahal di belakangnya luar biasa banget tindakannya.
Ini lagi ngomongin siapa sih, Rey?.
Pokoknya ada lah, seseorang yang saya kenal dan tahu persis kelakuannya di belakang istrinya, serta di depan istrinya.
Lalu gimana dengan perempuan berstatus istri?.
Sepertinya sama aja deh, meskipun kayaknya sih kalau perempuan yang selingkuh itu lebih rapi nggak sih?. Tapi biasanya sih pakai hati, meanwhile laki-laki enggak.
Overthinking nggak tuh para cewek-cewek yang belum menikah? hahaha.
Baca : Berdamai Dengan Overthinking, Ini Caranya!
Tapi sudahlah, kita lupakan sejenak masalah perselingkuhan, saya ingin menceritakan apa yang mengganjal di hati saya akhir-akhir ini juga.
Hal lain yang ingin saya ceritakan itu adalah, tentang bagaimana akhir-akhir ini saya merasa bagaikan 'korban pemerkosaan', tapi kemudian dipaksa menikah dengan si pelaku pemerkosaan.
Kayaknya nih, begini deh rasanya.
Jadi ini merupakan episode baru dari masalah penelantaran yang dilakukan bapakeh anak-anak. As you know, anak-anak kan sama saya, dan bapakeh nggak mau memberikan nafkah sama sekali sejak awal tahun ini.
Di tahun kemaren masih ada sedikit nafkah uang yang dia kasih, setelah melalui pemaksaan dari UPTD PPA Surabaya. Tapi, setelah saya mudik bantuan pendampingan mereka kan nggak bisa saya dapatkan lagi, jadi bapakeh semakin mudah aja mangkir dari tanggung jawabnya.
Baca : Pengalaman Mengadu Pada UPTD PPA Surabaya
Saya juga udah malas merongrong, bahkan si Kakak nggak mau sama sekali menghubungi papinya. Meski saya ancam dan paksa sekalipun, si Kakak ogah melakukannya.
Masalahnya adalah, saya nggak punya pemasukan, apalagi sejak mudik saya benar-benar kehilangan sumber penghasilan blog dan medsos hingga 80% dari pemasukan biasanya.
Berbagai kesulitan yang mengakibatkan hal itu terjadi, mulai dari masalah internet, lampu sering padam, hingga domisili yang tidak memungkinkan untuk bisa menerima semua job berbayar seperti yang biasa saya terima di Surabaya.
Saya udah berusaha keras, tapi toh hasilnya memang belum bisa memenuhi untuk biaya hidup kami, apalagi saya masih punya hutang kepada 2 teman, hiks.
Alhasil udah bisa ditebak, saya dan anak-anak bergantung sepenuhnya di mama dan kakak saya. Masalahnya adalah, mereka juga bukan orang yang mampu untuk itu. Mama saya cuman hidup dari pensiunan yang tidak seberapa, bahkan nggak cukup untuk membiayai semuanya dengan gaji pensiunannya.
Sementara kakak saya juga masih punya keluarga, ada anak-anaknya yang harus diperhatikan dan butuh dana juga.
Udah bisa ketebak kan?
Yang ada mama saya mengeluh juga dengan keadaan seperti itu, dan itu bikin kakak saya cari jalan keluarnya, yaitu apa? memaksa dengan halus agar papinya anak-anak bertanggung jawab sama anaknya.
Jadi, mana nih yang kemaren ngotot suruh saya pulang aja?.
Mana juga nih yang kemaren suka kesel sama saya katanya nggak bisa move on?.
Nih, tolong biayain anak-anak saya dong, wkwkwkwkwk!.
Nyatanya kan saya bukannya nggak bisa move on dari tuh laki, saya bahkan udah move on dari sejak 5-6 tahun yang lalu. Satu-satunya alasan mengapa saya belum urus cerai, karena emang saya nggak melihat, manfaat cerai itu apa?.
Karena bukan itu yang saya atau anak-anak butuhkan. TAPI UANG!.
Seandainya cerai bikin saya punya pemasukan setiap bulanannya, oh sejak dulu saya urus. Masalahnya adalah, belum cerai aja bapakeh nggak mau bertanggung jawab, apalagi udah cerai?.
Pasti ada yang nanya,
"Emangnya sekarang nggak cerai, bapakeh mau bertanggung jawab? enggak juga kan?"
Memang enggak, tapi dengan belum cerai, masih banyak pasal yang bisa diluncurkan untuk menuntut tuh laki error itu.
Dengan kemampuan saya suka speak up di medsos dan blog, saya masih bisa menggunakan itu untuk menuntut tuh laki, demi anak-anak bisa tetap hidup dan punya masa depan.
Kalau udah cerai?, makin sulit menuntut nafkah anak.
Kenapa nggak fokus ke dirimu sendiri aja sih Rey?
WOEEEEE, EMANGNYA SELAMA INI SAYA CUMAN TIDURAN AJA? TIKTOKAN JOGET-JOGET AJA? NGEDRAKOR AJA?
Kagaaaaakkkk!
Selama ini saya selalu berusaha, tapi nyatanya memang rezeki anak-anak masih belum sepenuhnya dititipkan di saya, atau mungkin juga saya belum mampu menjemput rezeki anak-anak seorang diri.
Jadi, plis jangan samakan jalan hidup saya dengan kehidupan kalian yang lurus-lurus itu. Punya ortu support, ada uang dan lainnya.
Saya enggak ya!.
Ortu cuman pensiunan, bahkan rumah ortu udah nyaris rubuh minta diperbaiki dulu, yang seharusnya kami anaknya bantu mama untuk perbaiki rumah, eh malah mama harus nanggung cucunya dengan gajinya yang nggak seberapa.
Belum lagi, mama saya bukan tipe kayak ibu lainnya, yang mau jaga cucu agar anaknya bisa fokus cari uang. Enggak ya, di sini saya malah yang jagain mama, boro-boro mama jagain anak saya.
Nah, karena keadaan seperti ini, saya belum bisa menghasilkan uang bahkan nggak bisa menghasilkan uang kayak di Surabaya. Mau nggak mau kakak saya menghubungi bapakeh dan minta dia bertanggung jawab.
Dengan segala manipulatifnya si laki itu tetap beralasan ini itu.
Yang saya menjatuhkan harga dirinya di medsos lah, tapi dengan alasan membenarkan perlakuannya, kayak,
"Iya, saya mungkin salah, tapi bukan berarti dia boleh menjatuhkan harga diri saya kayak gitu!"
Khas gejala NPD banget kan!
Dia pengen korban diam saja ketika dia berbuat seenaknya, sabar aja, tunggu dia baik lagi, entah kapan. Anak nggak makan ya biarin aja!.
Tapi untungnya kakak-kakak saya (kakak dan ipar saya) memilih menjaga mentalnya dengan memberikan jawaban cerdas,
"Mohon maaf, untuk masalah kalian, sebaiknya diselesaikan berdua saja, yang ingin kami tekankan di sini cuman masalah anak-anak. Itu kan tanggung jawab ayahnya!"
Intinya, kakak-kakak saya hanya memikirkan keponakannya, anak-anak yang udah berbulan-bulan, jangankan dikasih uang sepeserpun, bahkan ditanyakan kabarnya juga enggak.
Sepanjang bulan ramadan sampai lebaran pun, nggak ada kabar sama sekali.
Tapi itu belum gong sih, ini part ter gong nya!
Kakak saya memaksa saya untuk berbaikan dengan si laki manipulatif itu, dan membujuk dia untuk datang ke sini.
Lebih menjijaykan lagi, kakak saya menyuruh saya perawatan, diet, olahraga dan segalanya, agar ketika si laki itu datang, dia bisa keplek-keplek dengan pelayanan saya.
WAAAATTTDEEEEEEFFFFAAAAAAAAKKKKKKK!!!!!!!!!
HOOOOOEEEEEEEKKKKSSSSSSS BANGET GA SIH!
To be honest, mungkin ini terbaca risih dan menjijaykan, dan nggak pantas saya tulis di sini. Tapi saya benar-benar kesal dengan hal itu, makanya saya ingin menuliskan.
Bahwa, sejak 5-6 tahun yang lalu, sejujurnya saya udah eneg banget sama tuh laki, saking enegnya, setiap kali kami berjauhan, saya happy banget, tenang.
Itu juga yang bikin saya happy aja menjalani hidup, even dia selama LDM an sama saya, kadang sebulanan nggak ada komunikasi sama sekali, bahkan lebih.
Yang penting uang buat anak-anaknya ada, saya mah udah tenang.
Dan ketika dia mengabari akan pulang, karena cuti atau semacamnya, masya Allaaaahhh gelisahnya diri ini. Saya bahkan beralasan banyak hal kalau dia pulang, saya lagi menstruasi, bahkan kadang saya pura-pura pakai pembalut demi menghindari didekatin dia.
Yes, i know ini tabu dibicarakan, tapi saya bener-bener kesal sampai di ubun-ubun.
Lalu, setelah dengan perlakuan kurang ajarnya selama ini, dengan sengaja memblokir nomor kami dan membiarkan kami mau mati kek di Surabaya gitu aja. Dan part ter gong lainnya, saya belum menceritakan bagaimana momen ngenes ketika saya harus packing seorang diri untuk balik ke Buton.
Ngenesnya luar biasa, sambil nahan nangis, mengingat dulu waktu nikah saya datang baik-baik ke Surabaya ke rumahnya. Bahkan uang tiket transportasi kami, saya, dia dan kedua ortunya ditanggung ortu saya loh. Giliran setelah belasan tahun berbakti dengan dia dan keluarganya, saya harus pulang sendiri dalam keadaan ngenes.
Coba bayangkan, bagaimana caranya saya mengobati hati yang bernanah ini (udah nggak luka lagi, tapi udah infeksi). Bahkan saya yang dipaksa merayu dia, hanya karena agar dia mau menafkahi anak-anaknya.
WATTTDEEEEFAAAAKKKKKK BUAT LELAKI ITU DAN ORTUNYA DEH! KZLLLLL!!!
Ini seolah-olah saya diperkosa orang, trus saya dipaksa menikah dengan pelaku pemerkosa!.
Seolah anak-anak ini bukan anak kandungnya, jadi saya harus melacurkan diri untuk bayaran dia menafkahi anak-anak saya.
Dia belum aja menerima kemarahan saya yang sesungguhnya, kalau saya udah nggak kuat, akan kubuang kedua anaknya ini ke rumah bapaknya, lalu saya kabarkan ke medsos, tag dinas perlindungan anak Surabaya.
Kalau anak-anak itu kenapa-kenapa, itu tanggung jawabnya, bukan saya.
Sayangnya, saya nggak berani membantah kakak saya, karena dia sudah terlalu baik dengan saya. Terutama ke anak-anak saya.
Kakak saya yang sibuk memikirkan bagaimana kehidupan kami di sini, dia udah sibuk survey peluang untuk si laki itu ketika mau ke sini. Disuruh jualan atau semacamnya. Karena memang mau kerja di kantoran atau perusahaan pun sulit untuk manusia gejala NPD tanpa skill kayak gitu.
Jadi, kadang kalau saya kesal banget dengar nasihat dan paksaan kakak untuk bikin saya menghubungi si laki itu, saya bahkan mulai berpikir mau meladenin para lelaki teman-teman saya yang sejak kepulangan saya ke sini suka godain saya.
Saya ingin selingkuh, bahkan mencoba selingkuh orang dewasa, biar plong hati ini. Karena terlalu sakit, jadi pengennya dia juga merasakan sakitnya.
Mungkin ada yang bilang,
"Kamu udah dewasa Rey, kamu berhak atas dirimu!"
Berhak bagaimana maksudnya?
Udah liat kan bagaimana perjuangan saya ketika sendirian di Surabaya?. Hampir bunuh diri karena harus menghadapi semuanya sendiri.
Di sini, kakak saya lah yang sibuk membantu saya untuk punya masa depan, meski idenya bikin saya eneg. Tapi emang sesulit itu cari duit, apalagi kalau saya masih direcokin anak-anak.
Dan ini bukan hanya keluhan, TAPI SUDAH SAYA JALANIN DENGAN 10001 CARA!.
Begitulahhhhh....
Elweel, 30-04-2025
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)