Antara Tarif Dasar Listrik Dengan Pola Pikir Dan Gaya Hidup

tarif dasar listrik dan gaya hidup

Sharing By Rey - Mengeluh tarif dasar listrik atau TDL naik, sementara gaya hidup bagai orang gedongan.

Itulah cerminan kebanyakan masyarakat zaman sekarang.



Alhamdulillah masih bisa bertemu dengan bulan Mei 2017, dan lebih bersyukur lagi karena minggu ini usia kandungan saya sudah memasuki minggu ke 16 dan sangat perlahan rasa gak nyaman seperti mual dan lain - lain mulai berkurang.

Meskipun masih belum bisa beraktivitas penuh seperti biasa.
Maka mari kita gunakan untuk MENULIS hahaha :D


Issue Tarif Dasar Listrik Atau TDL Naik


Kali ini pengen bahas tentang hal yang lagi ramai di bicarakan di timeline Facebook, yup secara saya berbisnis menggunakan facebook , jadilah selalu berkeliaran di facebook setiap saat :p

Seharusnya sih di awal Mei kayak gini yang ramai di bicarakan adalah demo buruh atau hari pendidikan nasional.

Tapi karena ternyata per 1 Mei ini, TDL untuk 900 VA mulai memasuki tahap kedua penyesuaian dengan TDL 1300 VA ke atas.

Jadilah banyak orang penikmat subsidi bertahun - tahun pada shock pas beli listrik kok jadi terasa mahal.

Di tambah kebiasaan malas baca, jadilah yang terjadi teriak - teriak di facebook menghujat pemerintah, terlebih para anti bapak Jokowi hehehe

Padahal, TDL gak naik, hanya saja subsidi untuk 900 VA di hapuskan, penyebabnya karena subsidi tersebut jadi banyak yang salah sasaran.

Harusnya subsidi bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang kurang mampu, tapi ternyata banyak masyarakat mampu berbondong - bondong menurunkan daya listriknya agar bisa ikutan menikmati dana subsidi tersebut.

Hasilnya? dana untuk subsidi membengkak, dan membuat pemerintah pusing bukan kepalang karena harus mengeruk dana dari anggaran lainnya.

Jadinya pemerintah mengganti, subsidi itu bukan untuk masyarakat kurang mampu, tapi untuk masyarakat miskin.


Penikmat TDL Subsidi Namun Gaya Hidup Tinggi


Kalau kurang mampu, banyak yang ngaku - ngaku kurang mampu, padahal punya rumah bagus, mobil baru, motor baru dengan tambahan ponsel keluaran terbaru di genggaman.

Tapi kalau miskin?
Seharusnya sih masyarakat miskin gak punya itu semua, jangankan punya kendaraan baru, buat makan sehari - hari saja susah.

Ngomongin tentang orang gak mampu, saya jadi teringat percakapan saya dengan suami semalam.
Saat kami sedang berkendara dan melewati toko - toko ponsel di pinggir jalan yang berderet - deret serta lumayan ramai di kunjungi orang - orang.

Saya jadi tertegun, tidaklah mungkin toko ponsel menjamur di mana - mana jika penjualannya tidak laris manis.

Demikian juga dengan jalanan yang kian macet, hampir setiap rumah di zaman sekarang punya mobil minimal 1 bahkan ada yang lebih, motor yang tiap 2-3 tahun ganti melulu karena mudahnya membeli motor baru dengan DP yang minim lalu tercekik angsurannya hehehe :D

Lalu, banyak banget yang mengeluh tentang TDL yang terasa naik, sambil nulis status di dalam mobil yang nyaman, nulis status di dalam cafe sambil nyeruput kopi dengan harga 5 kali makan di warteg :p

nulis status ngomel - ngomel sambil liburan sana sini, nulisnya pun menggunakan akun sosmed yang ada di ponsel keren keluaran terbaru yang harganya 2 kali UMR Surabaya :D

KAN ANEEEHH...

Banyak banget orang yang menurut saya pola pikirnya aneh demi gaya hidup.

Bayar listrik naik, ngomel
Beli sayur, tahu, tempe naik 100 perak, ngomel
Beli ikan, ayam yang naik dikit, ngomel
Beli cabe mahal, ngomeell

Tapi kalau beli ponsel terbaru dengan harga berkali lipat gaji atau penghasilannya gak pakai ngomel tuh, ckckck

Ternyata menurut suami saya, kebanyakan pola pikir orang adalah hidup irit demi mendapatkan barang keinginannya.
Beda banget sama pola pikir saya.

Saya bakal beli ponsel baru, jika ada sisa uang yang harus di gunakan untuk kebutuhan pokok.
Bayar listrik, air, beli makanan yang bergizi buat keluarga tanpa harus ngemis - ngemis itu hal penting buat saya.

Gak heran ponsel saya tetep setia pada ponsel biasa, dengan harga di bawah 2 jutaan dan itupun gak bakal pernah ganti - ganti, dan akan di ganti kalau udah rusak gak bisa di perbaiki sama sekali hehehe

Saya kadang selalu ternganga - nganga melihat banyak teman saya yang menggenggam ponsel dengan harga hingga 5 jutaan, kendaraan (motor) maksimal 3-5 tahun ganti baru lagi.

Tapi tiap hari kerjaannya mengeluh karena harga tahu naik 100 perak, atau harga nasi bungkus naik 500 - 1000 perak, bahkan bayar parkir 2000 perak ogah ckckck :D

Saya juga kadang gak habis pikir banyak teman - teman yang mengatakan saya boros (mmm... iya sih kadang saya boros dengan volume, bukan kualitas)

Bagi saya, menyediakan makanan bergizi (gak harus mahal) buat keluarga itu penting, karena saya ogah bayar dokter atau obat mahal - mahal :D

Bagi saya bayar listrik, air dan lain - lain itu wajib, emang bisa gitu hidup tanpa air dan listrik di zaman sekarang?
Kalau merasa mahal ya cobalah untuk irit dalam pemakaian, bukan ngomel masalah harganya.

Saya juga sama kok dengan kebanyakan orang, saat bayar listrik atau air jika terasa lebih banyak pasti ngomel, tapi yang di omelin bukan pemerintah, tapi diri sendiri karena makainya boros hahaha :D

Entahlaaah..

Pola pikir setiap orang memang beda - beda, namun apapun itu, alangkah lebih bijak kalau kita berpikiran positif saja.

Karena ngomel pada pemerintah itu bukanlah solusi yang tepat.

Janganlah irit makan dan minum demi beli ponsel atau motor keluaran terbaru lalu ngamuk ke pemerintah :D


Sidoarjo,  Mei 2017

Reyne Raea

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)