Saat itu memang masalah yang jagain si kakak selalu jadi pelik buat saya.
Masalahnya adalah, mencari pembokat buat mertua itu nggak semudah membalikan telapak tangan.
Cerita Resign Kerja Mendadak Pertama Kalinya
Waktu itu saya memang tergolong nekat, saking sebalnya nggak ada jalan keluar dari semua kesulitan saya.
Terlebih, saat itu ibu mertua akhirnya sakit, dirawat di RS karena gejala stroke ringan.
Bukan main saya jadi nggak enak karena hal tersebut, saya nggak mau disalahkan ibu sakit karena jagain si kakak bayi.
Karena saat itu bahkan gaji saya lebih besar dikit ketimbang si pak suami, mana saya adalah karyawan tetap (kesayangan bos) pula.
Cerita Resign Kerja Kedua Kalinya
Bos : "Mbak Rey, gimana progres proyek A?" (dia lebih muda dari saya btw, makanya dia selalu sopan manggil saya dengan sebutan 'Mbak', he is cute sebenarnya..)
Saya : "Oh iya, aman Pak, hanya saja mereka butuh pasir dan bata minimal 2 atau 3 hari lagi udah mau habis, paling nggak besok kudu datang materialnya, biar mereka tetap ada progress"
Bos : "Oh ya udah , segera pesan, minta Mariya pesankan."
Saya : (ternganga, baru aja 30 menit lalu saya kasih tahu masalahnya loh tentang pemesanan itu) "Ya iya Pak, makanya saya bilang ke bapak tadi, masalah materialnya, materialnya nggak bisa dikirim, karena tagihannya udah berderet-deret belum kita bayar" (kita? elo kali!)
Bos : "Oh gitu, mana tagihannya? taruh di meja saya, nanti saya suruh Candra bayar sekarang!"
Saya : "Lah kan tadi udah saya bawa ke meja bapak!" (sambil menuju ruangannya, dan menyodorkan lembaran tagihan itu lagi)
Sama si bos diambil, di baca sekilas, lalu,
Bos : "Oh ya Mbak Rey, sekalian tawar lagi ya, bilang saya bayar sekarang, tapi harganya turunin dikit lagi, kita udah banyak banget ambil material di dia loh!, kita kalau bisnis itu kudu cari peluang biar bisa menekan biaya Mbak Rey!"
Well, saya akui memang saya banyak belajar juga dari si pak bos tersebut, selain ke 'ajaiban' sikapnya yang bikin saya jadi kek Kerani beneran.
Saya : "Oke deh Pak, saya coba tawar lagi, tapi dibayar sekarang ya Pak!, itu udah lewat berbulan-bulan loh!"Saya lalu mencoba negosiasi dengan segala macam cara, termasuk merengek-rengek!
Dan mungkin, karena si penjual material itu juga merasa kami selalu langganan, meskipun bayarnya telaaaattt terus, akhirnya dibolehin, dengan catatan wajib dibayar hari itu juga.
Saya lalu mengingatkan si pak bos kesekian kalinya untuk segera dibayar hari itu juga, agar material dikirim dan masalah selesai.
Orang Proyek : "MBAK REY! MANA PASIR DAN BATANYA? INI UDAH MAU HABIS LOH YA, NANTI KALAU HABIS PEKERJA NGGAK BISA KERJA, DIBILANG MAKAN GAJI BUTA!"Saya minta dong si Mariya nelpon yang jual material. Lalu si Mariya tutup telpon sampai hampir nangis.
Si Rey lalu pengsan! hahahaha.Mariya : "Gimana sih Mbak Rey ini. Katanya udah dibayar, belum ada yang masuk sama sekali gitu loh, mereka ya males nyiapin kalau gitu, aku juga dimarahin, katanya udah diturunin harganya, tetap nggak dibayar!"
Pokoknya hal-hal imposible we try gitu dah.
Hal-hal demikian, tekanan di kantor, berbanding keadaan si kakak membuat saya nggak betah lagi.
Ketika Bimbang Ingin Resign Kerja
I know, bagaimana rasanya bimbang ingin resign kerja itu.
Berat!
Coba kalau saya kerja, mana berani dia bahkan duduk manis mendengar semua keluhan saya.
Meskipun, kadang saya iri dengan beberapa teman yang suaminya malah melarang mereka kerja. sementara sepertinya suami saya malah nyuruh saya kerja, namun bedanya dia nggak mau ngomong langsung.
Bahwa,
"Rezeki keluarga itu...
Suami dan istri kerja, rezeki = 100%
Suami kerja, istri di rumah, rezeki = tetap 100% "
Gaji istri bekerja = 3 jutaEnggak kayak gitu!
Gaji suami bekerja = 3 juta
Rezeki = 6 juta
Gaji istri di rumah saja = 0
Gaji suami bekerja = (harus)6 juta
Rezeki = 6 juta
Akan tetapi output-nya sama.
Misal, setelah saya resign kedua kalinya, gaji saya memang nol, tapi pengeluaran juga terpangkas banyak.
Bahkan, harta yang kadang luput dari rasa syukur saya sampai hari ini adalah, meskipun saya kadang merasa ngenes dengan hidup tidak akur dengan suami, nggak bisa pulang jenguk ortu, tiap hari ketemu dapur terus, tapi Alhamdulillah, saya dan anak-anak sehat, masha Allah...
Demikianlah, bagi temans yang mungkin lagi galau memikirkan kebimbangan, apakah harus resign atau enggak?
Kak Rey, aku baca tulisan ini malah sedih :(
BalasHapusTapi kak Rey kuat sekali menghadapi hidup ini. Menjalani hidup sebagai IRT di posisi kak Rey sangat nggak mudah. Kak Rey, semangat selalu ya! Di mataku, baik itu IRT atau kantoran, seorang ibu tetaplah seorang ibu. Susah payahnya tetap sama-sama harus dihargai 🙂
Kalau mau resign kerja emang galau banget. Masalah utama, galaunya karena nggak enak hati sama boss ya, apalagi kalau bossnya baik dan ce-es banget sama kita 😂
Pada akhirny memang perasaan sedih dan kecewanya kudu di pause, lalu diterima, dan fokus ke kebahagiaan yang bisa kita ciptakan :)
HapusKarena dalam hidup pasti kita bakal dihadapkan dengan banyak pilihan dan lengkap dengan resikonya :)
Mbak Rey, sending you my virtual hug!
BalasHapusSelalu diberikan kesebaran dan kemudahan dalam menjalankan tugas sebagai ibu buat anak-anak Mbak Rey.
Aku sempet Mbak Rey, awal tahun 2019 aku sempet pingin resign dari kerjaan. Rasanya kayak ada yang nggak pas, secara mental aku ngerasa drop dan nggak tahu ini kenapa. Bersyukur masih diberi kekuatan buat berpikir, setidaknya ini adalah harapan dan jalan yang bisa aku lakukan untu mengambil dan memilih keputusan yang tepat. Aku masih bertahan di pekerjaanku ini Mbak, sampai akhirnya aku menemukan jawaban atas kegelisahanku di bulan ke 7. Setelah tahu dan menjalankan beberapa kegiatan biar psikisku pulih, akhirnya lebih tenang.
Semangaaaattt :)
HapusAlhamdulillah udah lebih tenang ya :)
Luar biasa banget mbak rey, tapi tulisan ini juga mengandung bawang😟
BalasHapusSaya rasa keputusan mbak rey buat resign udah tepat banget. Karena anak lebih penting dari pada uang. Apalagi kondisi psikologis anak akan lebih baik kalau tumbuh ditemani orangtuanya.
Saya juga mengalami mbak, memutuskan untuk resign ini bukan hal mudah, lebih berat dari rindunya dilan. Apalagi setelah nggak kerja dan nggak menghasilakan uang pasti ada aja gosip miring. Tapi yakin aja rezeki akan tetap ada.
Pukpuk, semangat selalu Tria :)
Hapusaduh perjuangan banget mbak
BalasHapusemang dilema ibu yang mau bekerja ya
di satu sisi anak masih kecil tapi juga tuntutan kerja
belum lagi kalau terbiasa kerja
kalau saya dulu galau mau resign gegara ngarang laporan BOS di sekolah
tapi ya nekat aja sih daripada nanggung dosa ya wkwk
Wah insha Allah ke depannya lebih berkah ya :)
HapusSalut sama mbak Rey yang mau berkorban resign untuk kedua kalinya demi mengurus keluarga. Rezeki memang nggak hanya berarti uang bisa lainnya bisa berwujud rezeki kesehatan atau hubungan mbak Rey anak dan suami semakin dekat. Buktinya mbak Rey saat resign kerja, malah pak Su naik gajinya.
BalasHapusDan saat takut nggak bisa mudik ternyata mbak Rey sekeluarga malah bisa mudik. Subhanallah. Benar-benar ya rezeki itu nggak bisa diduga darimana datangnya. Tetap semangat mbak Rey menjadi ibu rumah tangga juga suatu hal yang paling mulia di mata Allah.Semoga mbak Rey, pak Su anak-anak dan semuanya dalam keadaan sehat sehat saja. Semoga keluarga mbak Rey tetap sakinah, selamanya.
Aamiin, bener banget, dan rezeki keluarga itu dititipin dari mana saja :)
HapusSaya resign ketika masih gadis. Lebih pada jemu dan kelelahan plus dada eungap alias sesak karena sering pulang malam setiap hari. Maklum tokonya buka setiap hari. Sudah lama ingin berhenti dan pulang kampung saja, masalahnya adalah ibu saya pemimbun utang tidak perlu dan selalu menggadaikan karip pensiun almarhum bapak jadinya hidup susah karena tunjangan pensiun jadi kecil.
BalasHapusTidak selalu orang bekerja itu senang, kadang harus ibayar dengan kondisi fsik atau prsikis yang drop. Sayangnya saya saat keluar tidak beroleh dukungan ibu karena ternyata masih punya utang tanpa setahu saya Ingat itu jadi sedih sendiri karena suatu malam pernah konflik berat. Sosiopatnya kumat. Tidak heran saya selalu kehilangan rasa hormat karena sebagai rang tua uang yang dimiliki dari sejak bapak masih hidup sampai meninggal malah dimubazirkan untuk hal yang tidak perlu atau pergi mengunjungi orang pintar alias dukun untuk tujuan absurd.
Alur hidup setiap orang itu berbeda. Kerja yang beroleh uang memang bisa meningkatkan rasa percaya diri tetapi bukan berarti hanya ada satu jalan untuk bekerja di luar rumah saja.
Sekarang saya masih bisa bekerja di dalam rumah lewat menulis maupun jadi admin Indonesia Saling Follow yang sudah berubah sistemnya (tetapi tidak sama dengan loop bule). Bekerja yang bantu keluarga plus orang lain juga.
Semoga suami berubah lebih menghargai Mbak Rey meski tidak bekerja di luar rumah. Ingatlah anak-anak itu rezeki tak terhingga yang harus dirawat agar sehat dan bahagia.
Tetap yakin dan optimis karena Allah senantiasa bersama otang yang selalu memanjangkan doa dan silaturahim.
Waaahh udah lama ya Mba, kalau saya dulu sebelum nikah juga kerjaannya nggak karuan, kerja di proyek, sering lembur, sakit-sakitan malah, tapi saya senang kerja sih :)
HapusNantilah punya anak baru terpaksa berhenti kerja
Aq jd pgn crita juga. Dulu pas cuti melahirkan habis dan bingung Intan yg masih bayi harus sama siapa, aq izin ke papa untuk resign buat ngurus anak.
BalasHapusTapi krn kondisi ekonomi kami sebagai guru honorer msh jauh dr cukup. Akhirnya mau tidak mau saya minta tolong ibu untuk menjaga intan selagi saya ngajar. Disela jam istirahat saya gunakan untuk pulang memberikan asi dan sekaligus gantiin ibu yg kondisinya jg sudah sepuh.
Dilema bgt, mbak Rey. Akhirnya di usia Intan 11 bulan saya dan suami nekat buat menitipkan anak di deket sekolah tempat saya ngajar. Demi bisa ttp dapat asi dan tidak lagi ngrepotin ibu.
Apalagi selama ini, gaji ngajar habis buat bayar yg ngasuh dan itu sering di protes katanya bayaran ngasuhnya kurang. Huhuhuhuhu...
Dilema msh berlanjut sampai skrg, antara msh kerja atau memutuskan resign mengingat saat ini jg hamil anak kedua.
Peluukkkk, insha Allah akan ada jalan keluarnya kok.
HapusYang penting selalu jaga kekompakan dengan pasangan :)
Semangat ya selalu bumil :)
Saya ketawa pas baca cerita mbak Rey tentang si bos yang katanya mau bayar hutang setelah merengek-rengek minta kortingan, lha sudah dikurangi tapi nyatanya tetap saja belum dibayar.🤣
BalasHapusSoal Resign atau keluar dari pekerjaan juga pernah hampir aku lakukan sih, cerita nya ibu saya sakit sakitan dan tidak ada yang mengurus. Saya pengin keluar dari pekerjaan agar bisa ngurus ibu saya yang sakit.
Saya bilang istri saya, katanya sih terserah padahal jujur aku bingung karena kalo ngga kerja maka tidak ada pemasukan, tapi gimana dengan ibu yang sakit?
Setelah saya bilang ibu saya, dia malah melarang soalnya nyari kerja itu susah katanya, akhirnya paling kadang bolos sehari kalo harus merawat ibu, pabrik juga mengerti sih. Alhamdulillah lama kelamaan ibu saya sembuh dan saya tidak keluar. Tapi sekarang nganggur karena kopid kemarin semua karyawan kena PHK.😂
Hahahaha, bos yang nyebelin pokoknya tuh :D
HapusBener ya, sekarang banyak yang di PHK, tapi insha Allah rezeki dari mana saja :)
strong woman mba reyyyyy, luv uuuu
BalasHapuskalau udah ibuk ibuk memang berat bin galau ninggalin kerjaan dengan penghasilan tetap yang didapat setiap bulannya, karena masalah anak perlu dipikirkan secara matang jika resign gimana, trus kalau ga resign gimana nasib anak
dan dipercayakan plus berserah diri sama allah untuk rejekinya.
jadi inget cerita mantan temen kantor yang udah resign juga, tiap hari anaknya yang jagain ibunya, kalau aku main kerumahnya,, kadang si ibuk ini nyeletuk "ya gitu itu anakmu tiap harinya", anak kecil biasa ya agak nakal, pecicilan sana sini, ga bisa diem, namanya ibunya sudah tua, pasti kewalahan jagain cucunya
semoga kedepannya mbak rey semakin dimudahkan jalan rejekinya, dilancarkan segala urusannya
ini juga buat pandangan aku kedepannya nanti ketika dihadapkan dengan urusan seperti ini
Nah iyaaa, itu dia yang bikin saya sungkan kalau anak dijaga ortu/mertua, kasian kan, meski mungkin mereka nggak bilang, tapi ya kita bisa rasakan sendiri, betapa lelahnya jagain anak kecil
HapusAamiin, thanks yaaa :)
Soal rejeki ini memang sungguh, rahasianya Tuhan ya mbak. Aku sendiri sudah merasakan keajaibannya. Bahasa sederhananya, hitungan manusia gak cukup, tapi hitungannya Tuhan pasti cukup. Entah bagaimana caranya, dari bulan ke bulan hidup berjalan lancar. Ada saja rejeki lewat tangan2 orang terdekat. Bahkan dari orang yang gak dikenal! Semua itu bikin aku sungguh bersyukur yang teramat sangat 😇😇😇 betul sekali mbak, matematikanya gak sesederhana matematika manusia. Semangat buat kita semua ❤❤
BalasHapusSemangaaatt :)
HapusSetujuuu Rey, rezeki itu bukan hanya uang. Itu hanya salah satu bentuk rezeki yg kita trima :D.
BalasHapusPas mau resign kmrn itu, banyaaaaak banget yg aku pikirin. Aku udh 13 THN LBH kerja, dan bukan tipe ibu rumah tangga samasekali. Aku ga sabaran Ama anak, jd ga kebayang ntr kalo resign bakal betah ato ga.
Trus yg terpenting, aku lgs inget hobi travelingku yg ga bakal bisa kayak dulu. Selama ini traveling itu dibiayain dari gajiku full. Jd memang gajiku 60% utk traveling, dan 40% untuk uang jajanku. Keperluan RT dan investasi, itu pak suami semua. Jadiiii, kalo sampe resign, ya aku hrs trima ga akan bisa jalan2 seenak nya kayak pas msh kerja. Sanggub ga tuuuh. Aku lamaaaa mikir di situ sih.
Tapi kemudian, pandemi melanda, dan aku ngerasa udh yakin kalo ttp di rumah aja. Rasanya kok takut kalo ttp hrs msk kerja dengan taruhan jadi Carrier ke rumah :(.
Skr, aku ga nyeselin samasekali keputusanku Rey. Mungkin aku memang ga bisa traveling terlalu srg LG, tp toh dunia sdg pandemi, jd aku ga berharap dlm waktu Deket bisa jalan2 jauh sih.
Bersyukur aja bisa di rumah, Krn ternyata toh dari uang penghargaan yg aku trima dr kantor,itu bisa aku kembangin dlm investasi , yg mana sbnrnya kelebihanku dari dulu memang mengatur uang utk dikembangkan hahahahaha. Malah jd enak, bisa ngatur semuanya dari rumah gini :D.
Si Kaka dan adek juga jd jrg sakit, Krn aku LBH tekun ingetin mereka minum suplemen, makan sayur dll. Mandinya juga aku ambil alih dan aku pastiin LBH nersih drpd pas dimandiin dengan babysitter :D. Anak sehat itu buatku sih rezeki yg berhargaaaa banget. Bukan cuma bntuk uang :)
Awww... kebayang banget Mba, saya kerjanya tuh belom 10 tahunan waktu awal resign.
HapusApalagi Mba Fanny yang udah belasan tahun ya?
Tapi memang bersyukur ya sebelumnya kerja bukan untuk kebutuhan utama, jadi palingan mengorbankan hal yang bisa dikorbankan.
Kalau saya dulu bisa dibilang nekat sih Mba, lah wong gaji saya juga dipake buat kebutuhan pokok :D
Seorang wanita terkadang dihadapkan dalam dua posisi diantaranya pilih menjadi IRT atau Wanita berkelir...Ehh salah berkarier maksudku.😬😬
BalasHapusDan sebenarnya itu bukan suatu masalah namun seiring waktu yang terus berjalan. Sebagai seorang wanita tentunya akan mempunyai anak, Dan berkeinginan pula jadi seorang ibu. Jika sudah demikian tentunya seorang wanita harus melihat, atau mengetahui mana yang terbaik untuk dirinya jika menjadi IRT sebuah keputusan yang terbaik yaa lakukanlah meski harus resign dari tempat kerja dan tanpa punya gaji kembali.
Seorang wanita optimis mungkin ia akan berpikir tanggung jawab seorang ibu untuk anak2nya lebih penting ketimbang gaji semata. Karena hidup dan rezeki datangnya dari tuhan, Bukan dari mantapnya sebuah jabatan atau karier.😊😊
Membaca ini jadi mengingatkan saya waktu ingin resign dari tempat kerja yang memang murni keinginan saya pribadi. Walau setelah resign dari tempat kerja banyak segala macam drama yang harus saya hadapi. Namun semuanya itu yang mungkin sebuah jalan perubahan hidup bagi saya. Meski setiap orang punya cara yang berbeda-beda dalam hal kehidupan yang dihadapinya.
Namun apa yang terjadi ataupun jalan yang kita telah tentukan, Dan sudah terwujud nyata itulah hidup sebenarnya yang harus kita syukuri.
Awww... seeprti biasa Kang Ustadz, ini selalu mencerahkan, dan bikin adem.
Hapusterimakasih banyak ya Kang ustadz :D
Setuju banget, Mbak Rey. Memang rezeki itu bukan hanya sekedar uang. Kesehatan, kedekatan dengan keluarga, dan bahkan semua penghematan yang bisa kita hasilkan karena semuanya kita handle sendiri pun juga rezeki. Tapi ya gitu, kadang masalahnya bukan di diri sendiri yang memilih jadi IRT full time. Tapi dari pihak lain yang ikut nyinyir karena menurut mereka rezeki adalah soal uang, uang, dan uang.🤭
BalasHapusKalau aku sendiri, jika aku bandingkan kondisi keuangan ketika aku kerja dan ketika hanya suami yang kerja, Alhamdulillah lebih baik ketika yang bekerja hanya suami, Mbak Rey. Walaupun penghasilan kelihatannya lebih besar dulu ketika aku ikut kerja, ternyata pengeluaran rumah tangga jauh lebih sedikit ketika aku gak kerja karena banyak hal yang aku handle sendiri. Dan karena pengeluaran jadi jauh lebih sedikit, uang yang bisa ditabung juga jadi lebih banyak daripada dulu.😄
Nah kan, kalau di rumah pun sebenarnya jadi lebih hemat, bisa memangkas biaya-biaya yang ada saat kita harus kerja di luar :D
HapusMatematikanya Tuhan memang nggak ada yang bisa tebak ya, mba. Hehehe. Yang kelihatannya lebih sedikit belum tentu nggak cukup. Karena bisa jadi, hidup jauh lebih menyenangkan dengan yang sedikit dan secukupnya itu 😍 hehehehehe.
BalasHapusMeski saya sedih bacanya ketika tau pasangan mba Rey berubah antara saat mba kerja atau nggak 🤧 semoga ke depannya, hanya kebaikan dan kebahagiaan yang bisa menghampiri hidup mba 😍 dan semoga, plan mba untuk investasi pada blog seperti post mba yang saya baca sebelumnya, bisa berjalan lancar, jadi meskipun mba sudah resign, mba bisa tetap dapat banyak pemasukan melalui blog hohoho.
Eniho, resign itu nggak mudah, baik baik pekerjanya maupun bagi pemimpinnya 😆 saya pribadi selalu kawatir kalau one day ada staff yang resign, bagaimana perasaan saya 🙈 so far, belum ada yang betul-betul resign soalnya. Jadi saya sering deg-degan takut ditinggal hahahaha. Cari staff seperti cari jodoh, kalau cocok, maunya bisa berjalan lama hubungannya 🤣
Aamiin ya Allah, makasih banyak doa-doa baiknya selalu kesayangan :*
HapusAre you ok, mbak? Ikut prihatin. Kalau masih ada kekerasan fisik dan psikis dalam rumah tangga sebaiknya jangan dibiarkan terlalu lama tidak dipecahkan. Tidak baik bagi kejiwaan untuk jangka panjang. Ini ada layanan online bagus, jika membutuhkan konsultasi https://get-kalm.com/id/ semoga bisa membantu...
BalasHapusterimakasih Mba, ini aplikasi ya? saya coba deh :)
HapusKlo aku dulu wkt slesai kulia langsung disuruh harus cari pengalaman kerja di luar, akhirnya tiap hari ngirim2 lamaran sambil nunggu deg2an. Dari sekian lamaran yg dikrm, eh ternyata ada jg yg tertarik manggil utk diinterview, n diterima.
BalasHapusLama juga kerja sama org, ngitung2 nimba ilmu. Eh suatu saat disuruh resign ma keluarga. Mana udah kadung betah di perusahaan tsb.
Ada rasa gak enak ma bos. Punya beban moril,krn diperlakukan sangat baik. Diterima dg gaji bagus, gaji baru juga naik... duh aku serba salah. Lagian di t4 tsb gak bisa lagsung resign. Hrs ngajarin dulu karyawan baru setidaknya 3 bln, blm lagi aku hrs jawab pertanyaan2 bos,
Ike, kenapa lu mau resign dari kantor ini? Lu udah gak kerasan y? Apa gua ada salah ama lu? Atau gaji lu mau dinaikin lagi?
Gua bakalan susah lagi kalo karyawan baru, ngajarnya lama, trus apa dia bisa gak diajak kerja sama?
Duh puyeng pala bebiii :) mesti kudu jawab
pertanyaan itu tiap hari ketemu big bos....
Dalam hati, gua kabor jg ni :)
Akhirnya wkt tiba juga aku resign. Ada perpisahan segalaaa hehe...
Akhirnya sekarang aku ngerti kalo resign dari sebuah kantor itu gak gampang2...
Lebih2 lagi aku bener2 merasakan bagaimana karyawan yg udah loyal di perusahaan kami keluar... berat hati aku izinkan.
Sekarang org pintar mah nanyak pisan mbak Rey, tapi yg baik, jujur, loyal, n mau diajak kerja sama itu paling syusaaaaaahhh nemu......
Nah bener banget, sebenarnya perusahaan juga kesulitan cari pekerja yang baik, kalau yang pinter mah banyak :D
HapusMemang ya, yang namanya kerja itu penuh dengan cerita :)
Aku yg begitu aj udah merasakan berat, palagi diposisi mbak Rey. Mau resign kudu mikir macem2 efeknya [tekanannya]. Terlebih tekanan dari dlm R'tangga sendiri.
BalasHapusTapi yakinlah mbak, rezeki, maut ada di tangan ALLAH. ALLAH pasti gantikan dgn yg lbh baik. Buktinya skrg mbak Rey bisa bekerja n punya penghasilan dari rmh.
Punya wkt lbh dgn anak2. And situasi koroces skrg yg sulit ini, mbak toh tetep bisa berkarya n menghasilkan.
Mbak Rey, aku salut, dirimu sangat kuat. Dan memang harus begitu... jgn gampang menyerah. Bukankah semakin banyak masalah menghempas, semakin dekat pula dg ALLAH? Itulah kekuatannya.
Mbak, aku pamit dulu, puanjang banget ni komen ehh...
slm sahabat. Slm hangat.
Awwww... makasih banyak ya atas semua dukungannya dalam semua komentar panjangnya, means a lot buat saya Mbaaa :*
Hapus