Dexamethasone, Obat Yang Diklaim Menyelamatkan Pasien Covid-19

Dexamethasone, Obat Yang Diklaim Menyelamatkan Pasien Covid-19


Sharing By Rey - Dexamethasone tiba-tiba menjadi trending di google trend sejak kemarin dini hari.
Dan menariknya lagi, si obat mungil tersebut diklaim sebagai obat pertama yang ampuh menyelamatkan pasien Covid-19 yang parah.

Wow nggak sih?
Di saat kita semua sudah semacam putus asa menanti pandemi ini berakhir, yang tiada pernah ada kabar baik, karena sampai sekarang belum ada angin segar tentang obat atau vaksin covid-19.



Lalu, tetiba muncul kabar menggembirakan tersebut, di mana Dexamethasone, si obat mungil sebagai obat generik yang sering saya konsumsi sejak kecil tersebut, ternyata bisa menyelamatkan pasien covid-19 yang sudah parah.

Bukankah itu angin segar?
Meskipun lucu juga, justru kenyataan tersebut ditemukan oleh para ahli di Oxford university, sementara di dalam negeri kita sendiri kabarnya sedang mengembangkan semacam stemcell demi kesembuhan pasien covid-19.

Eh bentar, si Rey suka konsumsi obat Dexamethasone?


Dexamethasone Dan Kisah Familier Dengan Obat Generik


Jadi, mama saya itu adalah seorang perawat yang bekerja di sebuah puskesmas di daerah pelosok di Buton.
Sejak tahun 1990an, mama beserta 2 rekan seprofesi yang kesemuanya adalah perawat, mengabdikan diri di puskesmas tersebut, dengan kondisi yang tentu saja tidak secanggih sekarang.

Dexamethasone, Obat covid-19

Karena tenaga kesehatannya cuman mereka bertiga, jadilah mereka merangkap-rangkap profesi, baik mama saya yang akhirnya kudu bisa kayak bidan alias menolong orang melahirkan di rumahnya masing-masing (iya, padahal beliau perawat dong, bukan bidan), sampai juga rekan-rekannya yang sedikit lebih senior dari mama, sering bertindak bagai dokter, yaitu mengeluarkan resep obat buat pasien-pasien.

Karena itulah, mama jadi lebih familier dengan ragam penyakit, dan lebih kenal obatnya ini itu.
Tidak berapa lama, muncullah program dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap), di mana para dokter umum yang setelah lulus tidak bisa praktik jika belum melewati tahapan tersebut (cmiiw).

Di puskesmas tempat mama bekerja juga kebagian satu dokter PTT tersebut, saya ingat banget dokter pertama yang datang di puskesmas tersebut adalah orang Bali yang ganteng banget hahaha.
Bukan hanya ganteng, istrinyapun cantik banget (Rey remaja kawakan auto patah hati, wakakakak)

Karena dokter tersebut tinggal dekat rumah kami, terlebih rumah kami dekat puskesmas, jadilah dokter tersebut meminta mama untuk membawa pulang banyak obat, agar jika ada pasien di luar jam kerja, mama tidak perlu lagi sibuk ke puskesmas hanya untuk mengambil obat.

Jadi ceritanya, mama jadi apotekernya gitu loh, hahaha.
Karena hal tersebut, meski mama bete karena pasien jadi semakin manja, kalau jam kerja nggak ada yang mau datang, giliran udah pulang baru deh mereka datang, ckckck.
Akan tetapi, sisi positifnya, pengetahuan mama tentang penyakit dan obatnya semakin bertambah.

Karena biasanya, para pasien tersebut bakalan datang dulu ke rumah kami, mengeluh penyakitnya apa, nantilah dipaksa mama ke rumah dokter, baru mereka mau ke dokter, diperiksa lalu datang kembali membawa resep dokter.

Karenanya mama jadi tahu banyak, jika pasien ini dikasih obat ini, pasien itu dikasih obat itu.
Bukan hanya itu, mama jadi mengajarkan kami lebih mandiri dalam mengkonsumsi obat.
Karenanya, selain kami demam dan tepar nggak bisa bangun dari tempat tidur.
Kalau hanya sebatas batuk pilek mah, mama bakalan ngomeeelll melulu, dan berakhir dengan perintah,
"Sana cepat minum obat, ambil CTM, GG, blablabla... minum 3 kali sehari!"  
Dan begitulah, sejak saat itu saya jadi familier dengan banyak obat generik.
Saya tahu kalau demam minum obat apa, kalau batuknya kering minum obat apa, kalau batuknya berdahak minum obat apa, kalau sakit gigi minum apa, kalau sakit kepala minum apa.
Pokoknya saya dulu amat sangat familier dengan banyak obat generik.

Dexamethasone

Entah mengapa saya malah masuk STM ya, padahal cita-cita orang tua sesungguhnya ingin kami anak-anaknya di dunia kesehatan saja.

Dulunya, stock obat generik untuk setiap puskesmas itu banyak, saking banyaknya, jadi pada expired.
Dan saking banyaknya, sewaktu kuliah di Surabaya, setiap kali mudik saya pasti bawa stock obat generik yang banyak.
(Mumpung mama saya udah pensiun, ditulis aja wakakakakak)

Sekarang mah sepertinya udah nggak sebebas dulu, meskipun kalau untuk di puskesmas, masih bisa lebih bebas peredaran obat.
Bahkan kakak saya yang bekerja di RS kadang minta obatnya ke mama (dulunya).

Sekarang?
Ya belilah! hahaha.

Untungnya lagi, karena mama kerjanya di puskesmas, saya amat sangat familier dengan obat generik.
Saya nggak tahu pasti sih apa bedanya obat generik dengan obat paten yang biasa diresepkan para dokter spesialis.

Mungkin karena obat paten itu semacam obat generik yang beragam dan dicampur jadi satu (cmiiw wahai para apoteker atau para ahlinya obat, hahaha).

Yang jelas, saking saya familier sama obat generik, Alhamdulillah saya mudah banget sembuhnya kalau lagi sakit.
Dan nggak kuat ama obat paten ala dokter spesialis.

Pernah suatu waktu, si Kakak di opname karena didiagnosa over kena virus Kawasaki, saya ikutan tepar dong, lalu mumpung di RS, saya masuk deh ke IGDnya, dan diresepkan antibiotik yang mihilnyaaa minta ampun.

Abis minum itu?
Bola mata saya semacam auto berputar sendiri, jantung berdebar kencang.
Kirain saya jatuh cinta, tapi dokternya cewek, jadi memang penyebabnya obat antibiotik yang 'keras' itu kali.

Atuh mah tuh dokter nggak pakai nanya-nanya.
Padahal saya mah familiernya sama antibiotik murahan kayak amoxylin gitu, wakakakak.

Etdah ini kenapa jadi ocehin obat ya?
Apa hubungannya dengan dexamethasone?
Ya karena, di antara segabruk obat generik yang saya stock tersebut, terdapat si dexamethasone itu.

Tapi saya lupa, seingat saya dulu obat itu saya konsumsi saat saya batuk, dan terus saya konsumsi sampai mama pensiun, lalu berhenti karena ternyata di beberapa apotik di Surabaya nggak bisa beli obat dexamethasone tanpa resep dokter.

Lalu, setelah obat dexamethasone jadi viral pagi kemarin, saya jadi membaca banyak fakta tentang obat dexamethasone tersebut, dan shock ternyata obat itu lumayan berbahaya juga ya, makanya peredarannya tidak sebebas parasetamol tablet atau amoxylin andalan si Rey, hahaha.

Tentang Dexamethasone, Manfaat Dan Efek Sampingnya


Dexamethasone adalah obat yang digunakan untuk mengatasi peradangan, reaksi alergi, dan dan penyakit autoimun. 
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, sirup, suntikan (injeksi), dan tetes mata.

Dexamethasone, Obat Yang Diklaim Menyelamatkan Pasien Covid-19

Saya jadi ingat, dulunya saya sering stock yang tablet imut serta tetes mata, dan kami selalu cucok banget jika sakit mata pakai tetes mata Dexa tersebut.

Dexamethasone termasuk ke dalam golongan obat kortikosteroid, yang mana jika digunakan  untuk jangka panjang, tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. 
Dan ngeri juga kan ye, si Rey biasanya konsumsi tanpa resep dokter *plak!
Untung sekarang udah enggak pernah lagi.

Bukan itu saja, dexamethasone juga bekerja dengan mengurangi peradangan, serta menurunkan sistem kekebalan tubuh, sama seperti steroid yang dihasilkan oleh tubuh secara alami.
Seharusnya hal-hal begini wajib kita ketahui, even kita sebagai orang awam, untuk menghindari sotoy minum obat, hahaha.

Efek Samping dan Bahaya Dexamethasone!!!


Sebijaknyalah, kita yang awam obat, tidak asal mengkonsumsi obat-obat kimia tanpa resep dokter, setidaknya kita wajib mengenali beberapa efek samping yang ada pada obat-obatan kimia.

Salah satunya efek samping dexamethasone yang dapat dialami penggunanya adalah:
  • Nafsu makan meningkat.
  • Berat badan bertambah.
  • Perubahan siklus menstruasi.
  • Gangguan tidur.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Sakit perut.
Bukan hanya hal di atas, meski jarang terjadi, dexamethasone juga bisa menimbulkan efek samping yang lebih serius. 
Dan segeralah  ke dokter jika sampai muncul gejala di bawah ini:
  • Demam.
  • Perubahan emosi.
  • Tubuh mudah lelah.
  • Nyeri di tulang, sendi, atau otot.
  • Pembengkakan di tungkai.
  • Gangguan penglihatan.
  • Tinja berwarna hitam.
  • Jantung berdebar.
  • Kejang.
Penggunaan dexamethasone untuk jangka panjang juga bisa membuat penggunanya mengalami muka yang membulat seperti bulan (moon face), peningkatan kadar gula dalam darah, dan lebih rentan mengalami infeksi.

Karenanya, bijaklah dalam menggunakan obat dexamethasone.


Bagaimana Dexamethasone Menyelamatkan Pasien Covid-19


Naiknya pamor dexamethasone bermula dari hari Selasa, 16/6/2020 di mana para ahli yang dipimpin tim Universitas Oxford, mengungkap temuan awal yang menunjukkan bahwa, dexamethasone berhasil mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 dengan kondisi parah. 

Dexamethasone, Obat Yang Diklaim Menyelamatkan Pasien Covid-19

Hal ini menunjukan bahwa, dexamethasone merupakan obat pertama yang terbukti secara efektif bekerja melawan virus corona. 

Seperti yang diberitakan di Kompas.com, bahwa melansir dari AFP, pada hari Selasa, 16/6/2020, dexamethasone merupakan obat anti-inflamasi, yakni kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, sehingga meredakan nyeri dan menurunkan demam. 

Dan oleh tim meresepkan dexamethasone ke sekitar 2.000 pasien Covid-19 dengan kasus parah. Hasilnya, obat ini ternyata mampu mengurangi risiko kematian dengan rasio 1:3, khususnya untuk pasien yang menggunakan ventilator.
Dan 1:5 untuk pasien yang menggunakan tabung oksigen. 

Dosis harian dexamethasone dapat mencegah satu dari delapan kematian pasien yang menggunakan ventilator dan menyelamatkan satu dari setiap 25 pasien yang membutuhkan tabung oksigen. 
Hebat ya, si mungil yang murah tersebut ternyata ampuh menolong pasien yang hampir sekarat oleh virus corona.

Selain meresepkan dexamethasone kepada 2.000 pasien Covid-19 dengan kasus parah, tim juga melibatkan 4.000 pasien sebagai kelompok kontrol. 
Kelompok kontrol ini tidak diberi dexamethasone.

Hasil uji coba ini sangat menjanjikan dan menjadi angin segar dalam menyelamatkan banyak pasien covid-19 khususnya yang parah. 

Seperti yang dikabarkan, bahwa sekitar 40 persen pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator berakhir meninggal.
Semacam ventilator itu hanya sebagai jalan terakhir penghormatan akan usaha kesembuhan para pasien yang parah akibat virus tersebut.

Hal tersebut dikarenakan, seringkali respons inflamasi tubuh yang tidak terkendali terhadap virus.
Sementara angka kematian pasien dengan ventilator yang diberi dexamethasone turun menjadi kurang dari 30 persen. 

Meskipun demikian, percobaan menunjukkan bahwa dexamethasone tidak efektif dalam merawat pasien Covid-19 dengan kasus ringan.

Jadi ingat ya temans, meski dexamethasone begitu trending sebagai penyelamat pasien covid-19, bukan berarti pas kita merasa diri terjangkit virus tersebut langsung auto konsumsi dexamethasone ya.
Jangan!
Takutnya, yang seharusnya mungkin kita bisa bertahan sebagai OTG, jadinya malah OCS alias Orang Cepat Sekarat gegara sotoy konsumsi obat dexamethasone, hahaha.

Demikianlah, semoga dexamethasone adalah salah satu pembuka angin segar buat virus corona ini.
Meskipun mungkin tidak serta merta bisa dijadikan obat paten untuk menyembuhkan covid-19, setidaknya ada manfaatnya dalam menyelamatkan banyak pasien yang kritis karena virus corona tersebut.

Dan semoga juga dexamethasone menjadi angin segar serta membuka terobosan lainnya, yang bisa digunakan untuk memerangi virus corona ini.
Seperti kabar pengembangan 5 obat yang dilakukan oleh pakar di Universitas Airlangga Surabaya.


Sidoarjo, 18 Juni 2020

Reyne Raea untuk #KamisSehat

Sumber :
  • https://www.alodokter.com/dexamethasone diakses Juni 2020
  • https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/17/100000223/temuan-awal-dexamethasone-terbukti-efektif-selamatkan-pasien-covid-19 diakses Juni 2020
  • Pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey

14 komentar :

  1. Wah kaget juga kalo Dexamethasone yang banyak di apotik ternyata bisa untuk obat Corona, yang selama ini ngetrend kan klorokuin ya mbak.

    Berarti kalo diberikan pada penderita Corona yang parah menyembuhkan tapi kalo yang ringan malah tidak efektif.

    Yah, apapun itu, semoga saja cepat ditemukan obat yang manjur dan juga vaksin Corona yang efektif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kloroquin itu juga sebenarnya obat murah loh, obat generik juga ada :D

      Hapus
  2. Wah.. Jadi ini tow maksud postingannya mbk rey di fb waktu itu. Baru ngeh saya😁
    Saya dulu sering juga minum dexamethasone karena sering gatal-gatal. Dan gatalnya itu lumayan parah sampai berair jadinya saya akrab banget sama obat gatal.
    Semoga aja ini memang jadi perkembangan yang baik ya mbk.

    BalasHapus
  3. Terima kasih mba atas ilmu barunya 😍

    Saya baru dengar dan tau setelah baca post mba Rey kalau obat Dexa ini digadang-gadang bisa sembuhkan Corona yang parah -- semoga memang betul bisa jadi akan sangat membantu sekali untuk para pasien positif Corona yang mungkin sudah hopeless dan hampir menyerah 🤧 huhu.

    By the way, thanks to ibu mba, mba jadi tau berbagai macam obat including obat Dexa 😄 saya pribadi pengetahuan soal obat sangat minim, taunya nggak jauh-jauh dari Panadol dan Tolak Angin (eh ini bukan obat, yah?) 🤣 so saya feel grateful karena jadi tambah edukasi baru mengenai Dexa dan berharap obat Dexa bisa bermanfaat 😍❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi kalau saya bahkan taunya obat generik, saya jarang minum obat toko kayak panadol dan semacamnya itu, soalnya itu sebenarnya udah dicampur-campur, saya kalau sakit kepala biasanya minum antalgin, kalau panadol kan campuran dari parasetamol bahkan sama cafein ya.

      Makanya saya jarang cocok obat toko gitu, lebih cucok obat generik yang murahan hahahaha

      Hapus
  4. Dulu di rumah saya biasanya obat-obat dari Puskesmas yang ga habis itu disimpenin tuh, jadi kalau berikutnya sakit lagi, minum itu aja. Biasanya si mama udah ingat obatnya buat apa aja. Tapi dipikir-pikir lagi sekarang kok rada serem ya, jadinya dikit-dikit minum obat, wkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh banyak yang kayak gitu, kalau sakit biasa dan obat biasa sebenarnya nggak masalah, tapi kalau obat paten yang dosis tinggi terlebih AB sebaiknya memang konsultasi aja ke dokter dulu :)

      Hapus
  5. aku baru tau nama obat ini, selama ini kalaupun dikasih obat sama dokter nggak pernah ngapalin nama obatnya. paling banter amoxilin, paracetamol yang mungkin familiar.

    dan semoga obat untuk virus ini bisa "ditemukan" dari perpaduan obat obat kayak gini, yang mungkin sering kita temui di dunia farmasi indo, meskipun butuh waktu lama untuk penelitian

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, iya ya, paracetamol dan amoxylin itu paling sering :D

      Hapus
  6. Memang katanya dexamethasone ini sedang ramai jadi perbincangan...Dan bisa mengobati Covid 19 Meski saya sendiri belum lihat bukti detailnya seperti apa.? 😊😊

    Obatnya aja belum pernah lihat wujudnya..Yaa kalau memang bisa secara serius menangani covid 19 tak ada salahnya dexamethasone diperbanyak dan dijual murah ...Semisalnya 10 ribu tiga butir obat...🤣🤣🤣🤣


    Luh kira prabotan plastik ceban 3.🤣🤣🤣🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, itu obat generik banyak kok, murmer pula.
      Hanya bisa menyembuhkan pasien yang udah sekarat kok, kalau yang biasa aja ya enggak bisa :D

      Hapus
  7. Pernah tulis di blog sebagai obat untuk maalah bengkak saya. Gak tahu banyak juga tentang fungsinya, ngapalin namanya saja usah sebagaimana nama obat generik lainnya, hi hi.
    Semoga saja ada obat yang manjur sekaligus aman untuk sembuhkan dari penyakit virus itu. Lelah pisan dengan berita merebaknya kasus yang terinfeksi, bikin kita jadi parno.
    Sejat selalu, ya, Mbak Rey. Semoga kita bisa tetap am,an dari penyakit itu, pun keluarga yang kita sayangi.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)