Sharing By Rey - Kuliner khas Buton yang saya rindukan banyak, dan jujur saya sungguh menahan ngiler, meski hanya menuliskan hal ini.
Kalau sebelumnya saya sudah menuliskan beberapa jajanan pasar khas Buton yang sering dibelikan mama saat ke pasar.
Dan setelahnya saya terngiler-ngiler membayangkan jajanan tersebut, meski sebenarnya ternyata jajanan tersebut juga ada di beberapa daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda.
Sekarang saya ingin bernostalgia dengan kuliner khas Buton yang sering atau pernah dimasak mama sewaktu saya kecil dulu.
Bukan masakan yang wao sih, mengingat mama saya nggak terlalu pandai masak, dan kebetulan juga, masakan asli khas Buton itu, bukanlah masakan yang kaya bumbu, justru masakan yang paling less bumbu sih menurut saya.
Atau mungkin, mama saya kurang begitu paham, masakan asli dengan bumbu yang lengkap kali ya, lol. Dan kebetulan juga, saya bukan termasuk seseorang yang suka kulineran di luar, sebelum saya ke Surabaya dulunya.
Adapun kuliner khas Buton yang sering atau pernah mama saya masak dan saya rindukan selalu adalah,
1. Ikan Parende
Ini adalah kuliner khas Buton kebangsaan kami sekeluarga, maksudnya hampir setiap Minggu mama pasti masak masakan ini.
Ikan parende, sumber : wisatasultra.com |
FYI, di Buton, dulunya, lauk kebangsaan atau lauk yang sering dikonsumsi masyarakat adalah seafood aka ikan dan sebangsanya.
Jarang banget, bahkan nyaris nggak pernah ada tahu atau tempe. Kalaupun ada, tahu dan tempe dijadikan camilan, bukan lauk.
Dulunya, ikan parende ini hanya menjadi lauk kebangsaan di setiap rumah penduduk di sana, tapi seiring berkembangnya zaman, di mana faktor pariwisata di Buton semakin maju, Parende naik pamor menjadi kuliner yang diperjualkan.
So, jangan khawatir, bagi pelancong di Buton bisa banget mencicipi kuliner khas Buton berbahan dasar ikan yang segar ini di beberapa rumah makan yang ada di BauBau maupun sekitar Buton.
Tapi jangan tanya saya di mana yang enak ya, soalnya saya belum pernah cicipin, hahaha.
Oh ya sebenarnya sayapun bisa banget masak ikan parende ini, dan praktis banget. Ada 2 cara, di mana cara pertama adalah memakai bumbu-bumbu segar yang langsung dicemplungin bersama ikan dan kuahnya, tanpa ditumis.
Yang kedua, bumbu-bumbu tersebut ditumis terlebih dahulu, lalu dimasukan ke ikan beserta kuahnya. Keduanya sama enak dan segarnya sih, biasanya mama pakai cara tanpa ditumis, sementara saya pakai cara ditumis.
Bahan dan bumbunya simple, cuman ikan (lebih enak pakai ikan jenis karang yang masih segar, pakai asam atau belimbing wuluh atau jeruk, lalu bumbunya standar, bawang merah, bawang putih, cabe, kunyit, tomat, serei, dan tambahan lainnya (saya lupa hahaha).
2. Ikan Kering / Asin Bakar
Oke baiklah, saya rasa ini mungkin bukan kuliner khas Buton yang benar-benar khas, i mean bukannya bisa ada di mana saja? hahaha.
Ikan asin / kering bakar, sumber : republika.co.id |
Akan tetapi, seingat saya memang terakhir kali saya makan ikan kering / asin bakar atau panggang ya namanya, itu pas masih di Buton.
Padahal ya, kami makan ikan asin bakar tersebut, karena memang waktu kecil perekonomian keluarga kami masih sangat terbatas dan ada jenis ikan yang murah, di sana namanya ikan mangkela, kalau nggak salah bahasa Indonesianya, ikan layang.
Jadi kalau ikan tersebut sedang murah, mama bakal beli yang banyak, terus dijadikan ikan asin, yang kalau harga ikan sedang melonjak karena ombak di laut sedang ganas dan nelayan jarang dapat ikan sehingga mahal, maka mama bakal memasak ikan tersebut yang kalau udah bosan di goreng ya di bakar.
Oh ya sensasi ikan asin bakar itu beda banget ama ikan asin goreng, terlebih memang ikannya masih segar ya, oh how i miss ikan segar, di Jawa mah susah banget nemu ikan laut yang segar, huhuhu.
Kalau untuk kuliner ini kayaknya sih temans pelancong bakalan sulit mencarinya, setahu saya nggak ada yang jual, kalau ikan laut segar bakar mah banyak banget di sana.
3. Kambose
Kuliner khas Buton yang saya rindukan berikutnya adalah, Kambose.
Tahu nggak sih, sebenarnya makanan ini sering kami makan saat keadaan benar-benar pailit, dulu sebelum mama jadi PNS.
Kambose, sumber pioner.com |
Kambose ini semacam pengganti karbohidrat nasi, saat beras tak terbeli terpaksa mama memasak makanan ini yang bahannya jauh lebih murah yaitu jagung yang sudah kering dan sudah dipipil.
Mirip jagung yang dibikin popcorn itu loh.
Eh apa memang jagung buat popcorn itu kali ya, hahahaha.
Dan tahu nggak sih, kambose ini adalah pasangan yang perfect banget jika dimakan dengan ikan kering atau asin bakar, dicocol sambal, ya ampuuunnn ngilernya masha Allaaahhh..
Siapa sangka ya? makanan yang dulu kami konsumsi karena keterbatasan ekonomi, justru menjadi sebuah makanan yang sangat dirindukan dan sebenarnya jauh lebih sehat karena karbohidrat dari nasi putih.
Cara memasaknya super gampil, cukup masak kayak masak nasi gitu dong.
Jagung dicuci, terus masukin panci dan dikasih air dan dimasak deh, kadang kalau setengah matang dikasih santan dan itu bikin rasanya makin lezat.
Mengenai kuliner khas Buton Kambose ini apakah ada yang jual? saya kurang ngeh sih, setahu saya sih belum, atau nggak tahu lagi sih, saking saya kudet.
Temans pelancong ke Buton atau BauBau bisa nanya deh sama orang lokal di sana, ada nggak yang jual kambose.
4. Kasuami
Kasuami adalah kuliner khas Buton yang sebenarnya ada bukan hanya di Buton, setahu saya ada juga di Muna dan Wakatobi, jadi kalau temans pelancong sedang berada di daerah tersebut, jangan lupa deh dicicipin kasuaminya.
Kasuami, sumber liputan6.com |
Hampir mirip dengan kambose, kasuami juga merupakan alternatif makanan karbohidrat kami di masa kecil.
Karena bahannya jauh lebih murah dari beras, dulunya.
Kasuami dibuat dari olahan singkong yang namanya kaopi, bahan yang sama digunakan untuk membuat tuli-tuli
Memasak kasuami agak unik, karena menggunakan sebuah alat khusus yang terbuat dari anyaman dari daun kelapa yang dibentuk seperti bentuk topi ulang tahun hahaha.
Anyaman buat masak kasuami, sumber antarafoto.com |
Dalam anyaman tersebut dimasukan kaopi yang sudah dihancurkan dan dicampur beberapa bumbu seperti garam dan bawang merah (cmiiw), lalu dimasukan ke sebuah belanga yang bentuknya khusus, lalu di masak deh.
Kuliner khas Buton kasuami ini bisa temans beli di banyak tempat, baik di warung makan, atau di penjual makanan di pinggiran jalan.
5. Ayam Masak Ngkolo-Ngkolo
Saya nggak tahu ya ini sebenarnya kuliner khas Buton atau bukan, karena pas saya cari di Google kok ya nyaris nggak ada keterangan tentang kuliner khas Buton yang satu ini.
kalau ini namanya ayam nasu wolio, kuliner khas Buton, tapi jarang dimasak mama hahaha sumber : picuki.com |
Sebenarnya ini masakan yang terbilang mewah bagi kami, karena ayam adalah sebuah lauk yang amat sangat mahal buat masyarakat Buton dulunya.
Saat itu di sana masih belum ada yang namanya ayam potong, so sudah pasti harus menggunakan ayam kampung.
Ayam masak ngkolo-ngkolo ini sebenarnya lauk yang masaknya sangat sederhana. tapi merupakan makanan kesukaan bapak saya.
Konon dulu almarhum mamanya sering banget masak ayam ngkolo-ngkolo ini.
Dan yang paling enak masak ini, hanya bapak dan kakak saya, hahaha.
Setahu saya, resepnya sangat sederhana.
Ayam kampung, setelah dipotong (iya ayamnya segar banget, dipotong sama bapak saya) lalu disiram air mendidih agar mudah mencabut bulunya, setelah itu ayamnya dipanggang sebentar, gunanya untuk menghilangkan bulu-bulu halus ayam.
Setelah itu dipotong-potong, bersihkan, masukin panci dan dikasih daun ngkolo-ngkolo (tahu deh bahasa Indonesianya apa, daunnya mirip daun kedondong, tapi rasanya kecut-kecut enak), garam dan bwang merah (kalau nggak salah hahaha).
Lalu masak deh, jadi.
Praktis dan rasanya, segar!
Oh ya, orang Buton memang paling suka masakan dengan taste kecut, hahaha.
6. Lapa-lapa
Ini mah sebenarnya makanan yang biasanya ada saat lebaran doang, baik lebaran idul fitri maupun lebaran idul adha.
Lapa-lapa, sumber gramho.com |
Meski mama mungkin nggak selalu bikin kue lebaran, tapi tidak pernah absen bikin lapa-lapa.
Kalau untuk kuliner khas Buton ini saya bisa banget bangga mengatakan, kalau lapa-lapa buatan mama saya adalah the only one yang rasanya the best banget!
Rasanya itu pas, teksturnya nggak terlalu keras maupun lembek.
Lapa-lapa mungkin dinamakan lepet di daerah lainnya, namun lapa-lapa di Buton isinya beras ketan merah atau hitam eh kadang juga ketan putih dicampur merah, hahaha.
Saya lupa sih cara bikinnya, seingat saya beras ketan tersebut dimasak dulu bersama santan dan garam dan bawang merah, setelah setengah matang dan airnya mengering, dimasukin deh ke dalam bungkus janur yang di dalamnya dikasih daun pisang, diikat yang rapat, setelah itu di masak deh sampai matang.
Kuliner khas Buton ini bisa temans beli di beberapa penjual makanan di pinggir jalan juga di warung makan.
Sebenarnya masih banyak kuliner khas Buton, yang hanya pernah saya cicipin saat di Buton, meskipun ada di tempat lain tapi rasanya beda.
Seperti ikan bakar dengan sambalnya, ikan masak apa ya namanya yang dipindang dan dikasih kelapa goreng, duh itu enyak banget!
Intinya semua kebanyakan yang berbahan dasar seafood atau ikan.
Cumi yang selalu dimasak hitam, rasanya saya belum pernah lihat ada orang Buton yang masak cumi jadi putih kecuali di goreng (dulunya), gurita dimasak kayak cumi, kerang laut yang duuuhh nangenin meski masaknya cuman direbus doang, ikan kaholeo yaitu ikan teri kering yang dimasak kering.
Kerang dan keong bakau yang bikin ngiler.
Ah sudahlah, nanti saya jadi sakau kengileran hahaha.
Demikianlah beberapa kuliner khas Buton yang saya rindukan, entah kapan saya bsia mencicipinya lagi. Semoga ada rezeki dan bisa mudik menjenguk mama sambil kulineran khas Buton yang bikin ngiler tersebut.
Sidoarjo, 11 April 2020
Reyne Raea untuk #SabtuKuliner
Sumber : Pengalaman pribadi
Gambar :
- Berbagai sumber di google
- Canva edit by Rey
menu ikan parende mirip seperti menu garang asem atau asem asem kalo di daerah jember, banyuwangi-an, apalagi ada tambahan blimbing wuluhnya yang bikin seger.
BalasHapuskambose ini mungkin bahasa gaul kekinian "JASUKE", jagung susu keju hahaha, yang banyak dijual di CFD, ya mayan ngganjel perut (dikit sih)
lapa lapa iya mirip lepet kalo disini, ada juga ya ternyata di Buton sana, mirip mirip kayaknya jajanan khas indo ini, dari nama aja yang beda
Iya dong mbak, kan masih satu Indonesia. Biarpun sudah makan Lapa Lapa, kasuami (ini yang ngasih nama sepertinya orang Buton ya, kalo orang Jepang namanya Nasitakada atau Kanji kitakasi) dan Kambose, kalo belum makan nasi ngakunya belum makan.😊
HapusNah bener Mbak, garang asem, cuman kayaknya garang asem ini bumbunya nggak ditumis ya? :D
HapusKalau kambose bukan jasuke Mbak, jasuke itu setahu saya pakai jagung muda manis, kalau ini pakai jagung tua yang buat popcorn itu loh :D
Eh bener kah itu bahasa Jepangnya? hahaha
Dari semua makanan itu paling aku hanya kenal Lapa Lapa mbak atau di daerah Tegal namanya Lepet.
BalasHapusCuma bedanya kalo lepet disini dibuat dari ketan putih dan bikinnya bukan hanya lebaran tapi juga hari biasa. Bahkan kadang kalo malas sarapan saya suka makan lepet saja, perut kenyang biarpun cuma makan lima.😁
Eh, kalo lepet disini itu dikasih parutan kelapa lho mbak, jadi rasanya tuh gurih.
Oh ya, soal lepet ada sesuatu hal yang tidak ada hubungannya sama makanan. Jadi disini kalo ada cewek yang dandanan nya itu pakaiannya ketat, itu suka dicandain kayak lepet, soalnya ketat kan pakaiannya, bagian tubuhnya keliatan (ntah bagian yang mana, tanya aja tetangga sebelah kalo datang) , jadi kayak lepet diikat.🤣
hahahaha, iyaaa... saya pernah dibilangin kek lepet karena pakai celana ketat *tutup muka!
HapusKalau lapa-lapa ini sebenarnya penggantinya ketupat sih.
Jadi kalau di Jawa saat lebaran makannya ketupat dan lontong, di sana kebanyakan orang lebih milih lapa-lapa dan buras :D
Nama makanann khasnya unik2 bgt mba, yang bisa saya translate cuman ikan kering/asin bakar 😂. Enak ya mba dket laut, bisa selalu nyicip yg fresh, kalo disini waaah, sungai melulu 😅
BalasHapushahahahaha, iya Mba, namanya asing kalau dibaca di daerah lain hihihi.
HapusDulu di sana asyik banget memang, ikannya fresh semua.
Terlebih kalau kita belinya di desa-desa, itu beneran baru pulang nangkap ikan di laut :D
Ga tau kenapa setelah sering bulak balik alias klak klik klak klik blog kak rey (hampir setiap hari malah)#ups ketahuan deh aku stalker sejati, hihi, aku jadi lebih menyelami Buton dan segala budayanya yang which means sering aku baca dari blog ini. Especialy bout kuliner yang aku suka banget yakni Ikan laut dengan embel-embel masih fresh. Memang kalau di bagian Indonesia tengah atau timur yang aku rasakan dalah ikannya itu bener-bener fresh. Terus bener-bener dikonsumsi dengan baik dan sudah membudaya, ga heran orangnya jadi pintar-pintar
BalasHapusTerutama yang dari perairan laut. Eniwey aku juga lebih suka ikan laut sih ketimbang ikan air tawar, soalnya kalau ikan air tawar kadang nemu yang masih bau tawar seandainya ngolahnya kurang lihai
Oke, ini aku auto cleguk cleguk tiep kali baca deskripsinya, serasa bau harumnya sampai ke sini dan ngedadak perut jadi lapaaaaarrr, aaaaargh #piring mana piring?
Pertama, ikan parende. Ngebacanya aja uda segar banget. Terutama karena kuahnya bening. Bumbunya pun kalau kata kak rey--yang jadi masakan kebangsaan kheseus bikinan Mama tiap weekend--bumbunya minimalis, rasanya malah jauh lebih autentik dan ga medok. Rasa sup ikan yang begini justru yang aku suka karena lebih ringan dan ga bikin muleg-muleg.
Eh eh...tapi kok di situ tahu tempe malah dicemilin ya, baru tau dong aku. Di sini soalnya harus sama nasi makannya. Wkwkwk, klo yang dicemilin paling mendoan atau tempe tepung ala abang gorengan saja.
Kedua, ikan kering/asin bakar. Ya Alloh, biar kata penjabarannya dikisahkan buat masa-masa prihatin dulu, tapi bagiku ini udah mevvah sekali kak. Bahkan ya, aku di sini suka nambah mulu kalau model ikan asinnya dibakar kayak gini. Lebih sedep dan ada aroma asap asapnya gitu menurutku
Sekarang aja karena wabah atau pandemi, sehari hari aku makannya ikan asin, tapi yang peda biasa sih, yang tipis gitu deh. Terus bayangin yang ada di Buton kok kayaknya agak tebelan ya dagingnya..
Kambose, yang ini uda pernah diulas kan ya pas tema jajanan buton kemaren. Tapi kalau yang ini ga ada klobot jagungnya. Dan baca pas bagian diguyurin santan, entah kenapa rasanya kayak aku ikutan makan coba...
Terus yang kasuami mirip ama tumpeng cetakannya
Kalau ngkolo ngkolo aku ngiranya mirip ayam santen sih. E iya pa ga ya hahahha #sotau ih kamu mbul, makanya udah sono main ke buton sanaaah biar bisa ngicip langsung dari tempatnya....
Nah, terakhir yang paling aku penasaran ya lapa-lapanya, sebab yang membedakannya dengan lepet yang ada di tempatku, karena lapa lapa ini isiannya pake beras merah atau ketan hitam kan ya, dan ngomong2 aku pecinta garis keras ketan hitam lho, jadi mau diapain aja ketan hitam aku mau....#etdah sapa yang mau kasih elu mbul hu hahhaha
Kak Rey dirimu dah cucok deh jadi duta pariwisata Buton. Ayo Pak Pemda Buton angkat kak rey jadi duta wisata buton, hihihi..sudah ah mau kabur dulu
hahahaha, bsia aja dirimu Mbul, saya nggak bisa bahasa Buton dong, sama kayak bahasa Jawa, tahu artinya doang, itupun nggak semuanya tahu.
HapusGitu mau jadi duta pariwisata hahaha.
Duta makanan aja deh, biar perut kenyang hahahah
Eh bener, masakan dengan less bumbu itu, asal bahannya segar, rasanya jauuhhh lebih enak, soalnya rasa aslinya yang kerasa, bukan bumbu.
Bumbu cuman melengkapi, kalau yang pintar masak banyak bumbu kan, yang kerasa bumbu dulu, baru bahan hahaha
Banyak juga ya kuliner khas Buton. Aku pun saat ini sering makan ikan laut karena setiap hari Minggu kakakku mancing ikan di laut. Tapi kalau ikan air tawar sih biasanya beli.
BalasHapuswah asyik banget tuh, ikannya segar :)
HapusIkan Parende sepertinya enaaaaak, saya suka ikan yang berkuah juga soalnya :D entah kuah kuning, atau kuah lain-lainnya ~ terus ikan kering itu pun looks yummy, mungkin bakal saya cocol pakai sambal terasi kalau ada kesempatan coba hihihi :)))
BalasHapusOhya yang menu ayamnya dari foto justru kelihatan seperti opor ayam yang biasa buat lebaran itu mba, jadiiiii lapar mau makaaaaan ayaaam :""""D
Hahahaha, ikan Parende itu sebenarnya kesukaan bapak saya, dia sukanya kepala ikan tapi cuman bisa makan mata ikan doang, soalnya nggak suka milihin tulang eh duri ikan.
HapusBiasanya paling enak kan masak parende itu buat ikan karang, nggak enaknya ikan karang itu banyak durinya, beda ama ikan sejenis tuna dan lainnya itu.
Hanya ikan tuna kurang pas dimasak parende.
Duh kok ngiler ya hahahahaha
Ngiler aku, Mbak Rey, lihat yang ikan parende. Jadi pengen makan. Tapi lagi puasa nih, buat bayar hutang puasa tahun lalu. 😭
BalasHapusKalaupun di sini ada yang jual sepertinya tetap belum berani beli. Soalnya lagi Corona nih. Tapi sepertinya ikan parende ini masaknya cukup mudah ya, Mbak. Kapan-kapan pengen coba masak ah. Bosan tiap hari makan tahu tempe ayam mulu. Hehehe.😄
sebenarnya ikan itu makanan yang paling enak, selalu menimbulkan selera makan, dan dibikin macam-macam rasanya juga enak hehehe.
HapusAyo bikin, itu gampang kok, mirip asam-asam bandeng, cuman yang enak bumbunya ditumis dulu :D
Fish is extremely useful to your health and brain, so you must add it to your everyday menu to stay healthy and feel ready for all the challenges in life.
BalasHapusThat's right :)
HapusAku penasaran pgn cobaaaa Rey :D. Kec yg ikan parende kali yaaa. Krn jujur aja, walopun aku suka seafood, tp untuk ikan aku pilih2 :D. Dan kalo dimasak kuah yg bening gitu, sejujurnya ga doyan. Aku LBH suka kalo ikan itu di bakar . Ato dimasak pedeees jd amisnya g kecium :D.
BalasHapusKrn aku besarnya di daerah pesisir, yg mana seafoodnya seger2 byanget, aku jg suka sebel Krn ikan di JKT ini jrg ada yg seger. Mana mahal pula. Makanya di JKT aku sesekali doang makan ikan. Kalo kepengin banget, pergi ke resto seafood deh. Tp kalo udh mudik, ke Sibolga, duuuh itu puaaaaas bangetttt makan seafood . Dan yg bikin happy itu hrgnya muraaaah kebangetan :D.
Kalo yg ayam ngloko, sayang daun khususnya itu pasti ga ada di jkt jkt.. menu pake santan gitu aku suka bangetttt. Intinya yg rasanya gurih asam seger, aku pasti doyan :)
hehehe iya Mba, kalau parende memang agak terasa amis kalau yang nggak biasa makan ikan :D
HapusTapi kalau kami mah, udah biasa hahahahaha.
Di sana banyak ikan bakar juga Mba, dan sambalnya itu ngangenin nyaaammmm.
Betul ya, hidup di Jawa itu jadi sulit cari ikan segar, itupun mihil :D